[56]

1.3K 66 0
                                    

Setelah selesai menonton film mereka berdua duduk disalah satu kursi taman bermain sambil memegangi es krim dengan senyuman bahagia.

Jihan bahagia melihat Raega layaknya anak remaja biasa.

Gadis itu mengelus ujung kepala Reaga membuat sang empunya menoleh. “Apa kak Raega selalu nurut gini kalo lagi seneng?”

Raega menggeleng. Memakan es krimnya dengan anteng. Tatapan matanya begitu polos saat ini. Inner child laki-laki itu begitu terasa.

“Kalo sama Agatha, maaf .. em, kalian kan udah sering bareng terus pasti ada kenangan-”

“Jangan bahas cewek beban itu terus Ji. Gue muak. Asal lo tau, gue bareng dia cuma buat urusan ranjang doang,” ujar Raega enteng.

“UHUK-Ugh!”

“Hati-hati.” Rega mengelus ujung bibir Jihan yang berantakan karena es krim. Dia terkejut soal pengakuan barusan dari Reaga mengenai hal-hal yang tabu untuk dibahas.

“Kak Raega ternyata kayak punya dua kepribadian ya,” cetus Jihan diselingi tawa kecil.

“Gue emang sakit jihan.”

Reaga melempar es krimnya dan saat ini menggeser tubuh menjadi berhadapan dengan Jihan.

Kedua remaja putih abu itu saling menatap intens dan satunya menilai.

“Apa yang lo lihat dari gue Jihan?”

“Luka.”

“Semua orang punya luka,” katanya. Dan Jihan mengangguk setuju. “Apa Lo tertarik sama gue?” lanjutnya.

Jihan mengangguk. “Kak Raega baik, dan ramah,” bohong Jihan.

“Lalu?”

“Kita berteman.” Raega langsung mengalihkan pandanganya. Lidah cowok itu bermain di dalam mulut.

“Besok akan ada perayaan ulang tahun sekolah yang ke-45 lo dateng bareng gue, ya?”

Apa? Jihan baru tahu itu.

“Tapi bukannya lagi ada keru-”

“Para petinggi pasti gunakan hari esok dengan banyak klarifikasi Jihan. Dan tentunya, semua orang tua akan hadir. Lo pasti mau kan, Ji, bareng sama gue?”

“Nanti aku pikirin kak.”

Setelah menonton film Raega dan Jihan memutuskan untuk berjalan-jalan di pusat kota dengan seragam sekolah yang masih menempel membuat mereka kadang di lirik beberapa orang tapi mereka tidak peduli.

Reaga ingin membelikan Jihan barang-barang berupa pakaian dan hal-hal yang sering perempuan pakai tapi gadis itu menolak keras sehingga Raega bingung sendiri. Biasanya jika saat bersama Agatha gadis itu meminta banyak hal seperti make up, baju, sepatu atau perhiasan. Tapi tidak untuk Jihan.

“Gimana perasaan kak Raega saat ini, udah lega?” tanya Jihan. Setelah mendengar banyak cerita dan keluh kesah cowok itu. Mengenai keluarganya dan Agatha. Jihan cukup terkejut saat Reaga menceritakan semuanya padahal tanpa diberitahu pun, ia sudah tahu sebenarnya.

Tapi anehnya, Reaga tidak menceritakan soal pamannya padahal orang itu ingin sekali Jihan cekik.

“Arka, Gue dan Legar hanya anak cowok nakal seperti biasanya. Jangan berharap lebih sama kita Jihan.”

“Kalo itu sih, aku tahu kak.”

Reaga berhenti melangkah. “Lantas lo terima perjodohan konyol itu untuk apa Jihan?” Raega tidak mengerti.

Tanpa menoleh Jihan menjawab. “Hanya aku yang tahu alasannya.”

Reaga terus menatap gadis dihadapannya terus berjalan bahkan tidak peduli lagi jika dirinya bisa saja pergi meninggalkannya.

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang