[19]

3.3K 129 0
                                    

Di pagi harinya, Jihan terus menerus berpikir mengenai perjanjiannya dengan Arka. Satu bulan menjadi tunangannya menurut Jihan bukan hal yang buruk juga.

Ia tidak perlu bersusah payah memikirkan rencana yang belum tentu Jihan bisa lakukan. Sungguh, selama satu bulan setelah pertunangan nanti Jihan akan berakting dihadapan semua orang selepas satu bulan itu Jihan bisa terbebas dari Arka.

Seketika Jihan penasaran, hal apa yang membuat cowok itu ingin bertunangan dengannya?

Jihan harus tanyakan mengenai ini sebelum nanti malam. Acara pertunangan mereka diadakan privat di rumah Arka.

Gadis itu menatap sekelilingnya. Sekolah ramai akan anak-anak yang baru datang disertai sambutan teman-temannya.

Ada juga yang sibuk sendiri dengan ponsel, nongkrong bersama gengnya sambil menunggu bel dan kegiatan pagi lainnya.

Jihan menatap ponselnya. Pukul setengah tujuh tetapi Agatha tumben tidak terlihat disekolah bahkan dari semalam gadis itu tidak menghubunginya sama sekali.

Apa dia sakit?

Tapi tidak ada pesan apapun darinya seperti biasa.

Jihan memutuskan untuk fokus melangkah menuju kelasnya hingga ketika suara teriakan dari para gadis sekolah memekikkan pendengarnya. Jihan terkejut, karena penasaran ia pun menoleh kebelakang.

Arka and the gang memasuki sekolah dengan kendaraan mewah mereka.

Jihan mengerut Alis, saat matanya menangkap sosok Arka yang terlihat berbeda. Terlihat lebih tampan namun apa perbedaannya?

Ah, gaya rambut cowok itu berubah. Rambut hitam legamnya memiliki poni yang terlihat cocok dengan bentuk wajahnya. Jihan memutuskan untuk berjalan cepat agar tidak berpapasan dengan cowok itu.

“Kyaaaa! Arka gue jadi Oppa-oppa koreyah!”

“Arka senggol dong.”

“Oh My Legar.. bule ku yang mempesona..”

“Raega dingin-dingin gitu tapi ganteng, gue beralih bias nih lama-lama.”

“Gakk Arkaaa.. gue tetep setia sama lo. Lo ganteng banget hari ini.”

“Mereka baru keluar dari manga ya? Sadarkan gue siapapun itu!”

“Ahhhhhh! Arka! Lihat gue!”

“Najis! Arka lihat gue ajaaa!”

“Mana ada! Muka burik gitu mana mau My prince lirik Lo!”

“Kurang ajar Lo!”

Dan beberapa kerusuhan cukup terjadi diantara para gadis. Namun saat Legar turun dari mobil hitamnya tiba-tiba seseorang menabrak bahunya sontak para gadis langsung terdiam.

Terjadi hening beberapa saat. Semua menatap seorang gadis berambut panjang tergerai tengah terduduk di aspal.

Nafas gadis itu tercekat saat Legar menatapnya. Apalagi kini anak-anak sekolah terutama para cewek menatapnya jengah serta benci.

Mengira bahwa gadis berambut panjang itu tengah cari perhatian pada tiga cowok populer mereka.

“Ma-maaf K-kak gak sengaja.” Gadis itu berdiri tertatih dengan sendirinya. Gerakan terus menunduk itu membuat Legar malas meladeni.

“Caper tuh pasti!”

“Kelas mana sih?! Kayaknya adek kelas.”

“Apaan sih tuh, cewek gak jelas. Cari perhatian sama ayang gue!”

Ia memungut buku paket miliknya serta menatap gadis di sebrang sana tengah menatapnya berang sambil melotot padanya.

“Minggir,” ujar Legar.

Gadis itu mengangguk dan langsung menyingkir dengan penuh ketakutan.

Arka melirik sahabatnya itu lantas berkata. “Gue duluan.”

Kepergian Arka meninggalkan tanda tanya semua orang yang menyaksikan.

Legar menyugar rambutnya dengan jari. “Ga, sadar gak sih Lo sama Arka sekarang kelihatan mencurigakan.”

Raega melirik sahabatnya itu. “Menurut lo?”

Legar terkekeh bengis. Dengan raut tak terbaca ia menjawab. “Gue kasih tahu dari awal.” Cowok bermata hijau laut itu mendekat. “Jangan bawa gue pada lingkaran misi lo atau pun Arka.  Karena gue gak tertarik kali ini sama permainan kalian.”

Raega sedikit memanyunkan bibirnya. Menatap aspal dengan satu alis tertarik, “Lo hanya takut sama bokap lo.” Mendongak menatap langit.

Cowok itu tersenyum lantas menepuk pipi Legar dua kali sebelum pergi meninggalkan Legar.

“Bangsat,” sembur Legar.

Jujur saja, terkadang para murid bingung bagaimana mereka bertiga bisa bersahabat sedangkan interaksi yang sering mereka lihat persahabatan para Most Wanted sekolah Garuda Bangsa itu terlihat seperti rival namun tak jarang juga mereka tidak terlihat serius.

Namu kali ini sudah dimulai lagi warna para cowok rupawan itu. Yang justru malah terlihat keren dan memiliki aura tersendiri menurut mereka.

Arka, terlihat menawan dengan wajah datar dan seringainya yang muncul sesaat.

Legar, si cowok ambisius yang emosional tetapi juga mengerikan jika mengamuk. Kalau kata Raega sih, memang gak ada otak.

Raega, berhati lembut namun lama kelamaan menghanyutkan juga.

Ada saatnya karakter kelam itu keluar. Entahlah, banyak rumor mengenai mereka bertiga seperti, Arka yang nakal dan suka bermain perempuan dengan cara habis manis sepah dibuang.

Tentang Legar yang ternyata hanya boneka ayahnya dan sering bersikap kasar pada siapapun jika permintaannya tidak dikabulkan.

Lebih mengerikan saat Raega mulai bersiap baik pada seorang gadis namun setelahnya tiba-tiba gadis itu sudah tidak masuk sekolah lagi dan hilang kabar.

Rumor-rumor seperti itu tertutup oleh ganasnya visual mereka di mata para perempuan. Justru cowok nakal membawa pesona tersendiri bagi mereka.

Semua murid terkesima dengan obrolan tiga cowok tadi yang perlahan menghilang dari area parkiran. Mereka tidak mengerti apa yang para cowok itu bicarakan namun melihat wajah mereka yang berubah ekspresi bagaikan seorang aktor membintangi sebuah drama, mereka klepek-klepek juga.

Para cewek penasaran akan kabar burung nanti mengenai siapa yang akan tiga cowok tampan itu mainkan.

Semuanya sibuk memainkan ponsel untuk membuka grup khusus penggemar ALR lOVER'S dan sibuk berselancar disana.

Lain tempat, saat sepuluh menit sebelum bel pelajaran pertama berbunyi, Jihan keluar dari toilet sambil melihat pesan dari Agatha yang ternya tidak akan masuk sekolah karena sakit.

Jihan mengetik beberapa balasan.

Gue jenguk pulang sekolah nanti.

Lo di rumah sama siapa Tha?

Atau sekarang gue ke rumah lo aja gimana? Sekali-kali bolos gak apa-apa.

Sedang mengetik...

Jihan menunggu balasan dari Agatha, dan tak lama sahabatnya itu membalasnya dengan cepat.

Gak usah.

Tumben kepikiran gitu. Biasanya juga gila belajar.

Jihan terdiam selang beberapa detik setelah membaca balasan dari Agatha. Ia lantas menutup layar ponsel, melihat siapa dibelakang dari tadi terus berisik.

Suaranya didalam toilet yang Jihan lewati tadi.

Awalnya tidak peduli tetapi rasa penasarannya membuat mati, rasa tidak peduli Jihan, hingga akhirnya langsung memutar tubuh untuk  membuka pintu toilet perempuan itu dengan suara dobrakan cukup keras.

“NGAPAIN KALIAN?!” hardik Jihan dengan tangan mengepal melihat apa yang sedang terjadi.

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang