[43]

2.1K 98 0
                                    

Langkah tungkai kakinya yang terbalut converse high menginjak jalanan tidak rata.

Bunyi kecipratan dari lubang jalanan yang menggenang air bekas hujan terdengar kala langkah terburu-buru nya diiringi gerimis mulai mereda tiba-tiba kembali turun perlahan.

"Hah, untung tepat waktu."

Dia membuka tudung Hoodie hitamnya. Masuk kedalam salah satu bilik warnet setelah memesan nomor. Privasi disana cukup bagus walaupun tempatnya terpencil karena diapit gang jalan tikus orang-orang.

Tak jarang anak sekolah memilih untuk nongkrong disamping ruko sebelah gedung warnet satu lantai yang dimasukinya.

"Mari kita mulai," ucapnya semangat. Sejenak menggosokkan kedua telapak tangan lalu mulai berselancar didepan layar komputer dengan seringai tak henti tercipta.

"Tamatlah riwayat mu Agatha. Dunia itu berputar."

**

Hosh.. hosh.. hosh..

Suara orang-orang berlarian menggema malam itu memenuhi sebuah lorong perusahan cabang yang letaknya lumayan jauh dari ibu kota.

Nafas paru baya itu menelan seiringnya irama naik turunnya detak jantung yang berdetak cepat. Adi terus menjaga bagian belakang sahabatnya untuk segera sampai menuju area parkiran dengan selamat.

"ADI, APA YANG TERJADI? Kenapa orang-orang berbaju hitam itu mengejar kita?!" Dito melirik kebelakang kembali. Ia menyipitkan mata karena pencahayaan yang gelap sebab beberapa menit yang lalu orang itu memadamkan sistem pencahayaannya. Kantor dalam keadaan gelap gulita. Satu-satunya penerangan hanyalah kamera ponsel.

"Kamu punya musuh?? ADI! JAWAB AKU! MEREKA SEMUA MEMBAWA BALOK KAYU M-MEREKA MAU MEMBU-"

"Diam Dito! Jangan panik berlebihan. Mereka hanya mengincar ku."

"Apa?!"

Kedua paruh baya yang masih terlihat bugar itu terus mengintip dari segala arah. Penampilan mereka sudah dipenuhi keringat dingin.

Semenjak dari tempat penginapan Adi sudah menduga bahwa ada yang tidak beres dengan perjalanannya. Selain ia kehilangan orang-orang kepercayaannya ia juga dibuntuti orang-orang bayaran yang sepertinya masih mengincar nyawanya. Setelah sekian lama. Mereka kembali.

Saat sedang mengendap-endap Adi dan Dito dikejutkan oleh lima orang dengan gesture memberi hormat.

"Kita akan menjaga anda Tuan. Mari kita pergi dari sini sebagian orang-orang jahat itu sudah kami amankan," ucap salah satunya.

"Tunggu-kalian siapa?" tanya Dito. Tubuhnya mundur dengan cepat. "Kalian pasti bagian dari mereka."

Adi yang dari tadi sudah menghirup udara tenang melirik sahabatnya dengan senyuman kecil. "Mereka orang-orang ku. Tenang saja. Sepertinya anakku juga menyadari bahaya memang akan datang."

"Baiklah." Dito bernafas lega. Dia juga mendengar suara orang yang tengah bertarung dan suara rintihan terdengar. "aku memang tidak salah mencari menantu. Adi kau melakukan tugasmu dengan baik sebagai seorang ayah untuk putramu." Dito menepuk dua kali pungungnya.

Adi tertegun. Air mukanya mulai keruh dan tak lama mengangguk kaku. "Kau pergilah, mobilku sudah menunggu, aku akan kembali ke dalam sebentar," pinta Adi.

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang