[30]

3.4K 121 4
                                    

“Kayaknya mereka udah selesai. Tumben Legar bersiap baik tetep mau kasih kesepakatan sama tuh anak. Padahal gue udah siap buat pukuli mereka berdua, terutama si Raega.” Mendengar ucapan seperti itu dari vocal rendahnya Jihan langsung menyentil dahi Arka yang tertutupi poni komanya itu.

Cowok itu tidak mengaduh sakit tapi malah menyeringai puas membuat Jihan mendengus sebal kemudian membuang arah mukanya.

“Jelas-jelas Kak Raega dipukul dan dia tetep gak balas mukul  karena Kak Raega emang salah di situasi saat ini,” balas Jihan. Dirinya sudah tahu karena Arka sempat menjelaskan semuanya mengenai tim basket yang Arka ketuai hingga keluarnya Arka dan Raega, ini ada hubungannya dengan percakapan Agatha sebelumnya. Temannya itu sempat kesal karena semua anak-anak sekolah terutama para anggota basket mereka menyalahkan Raega atas campur mulut dari Legar dan Arka yang marah atas tindakan egois Raega. Dan menurut Jihan itu hal biasa, mungkin saja Raega memang ada masalah pribadi hingga ingin keluar namun justru yang harus disalahkan Arka sendiri karena malah ikut keluar dan menyuruh timn nya bubar dan Akhirnya Legar yang keteter waktu.

“Asal lo tahu, Raega itu manipulatif gue gak suka lo deket-deket sama dia. Gue tau lo temen adiknya si Raega.” Arka membalik tubuh seraya mendekati motornya yang terparkir di bawah pohon.

Jihan cukup terdiam atas ucapan Arka yang pasti tidak Jihan percayai. Apa bedanya Arka dengan Legar? Mereka berbeda dengan Raega yang baik hati tentunya. Jihan tersenyum seraya mengikuti Arka dari belakang.

Sebenarnya mereka dari tadi melihat Legar dan Tiara berjalan menuju parkiran. Saat Jihan melihat Tiara baik-baik saja gadis itu mengelus dada dengan perasaan lega, namun yang masih Jihan tak suka adalah cara Legar memperlakukan gadis itu yang semena-mena.

Jika dimasa depan, Tiara adalah sahabat Arka yang diduga Jihan sebagai selingkuhannya.

Apakah setelah ini Arka dan Tiara akan bertemu dan memulai kisah mereka?

Jihan sih, tidak peduli. Dengan sesak di dada ia menerima helm dari uluran tangan Arka dengan wajah sedih.

“Segitunya lo suka sama si Raega?” celetuk Arka. Cowok itu meng-gas motornya seperti akan melangsungkan pertandingan balapan liar membuat Jihan takut dan langsung memegangi kedua bahu cowok itu yang dilapisi jaket hitam kebanggaannya.

“Berisik Kak Arka!” seru Jihan.

Arka hanya mendelik sebal entah kenapa hatinya merasa tak tenang. Apalagi mengingat soal video Jihan.

Tunggu?

Tiara yang Jihan maksud?

Arka mematikan mesin motor, membuka kasar helm full face nya lalu turun dari motor langsung menghadap Jihan serius.

Gadis itu menatap cengo Arka sedangkan dirinya masih duduk polos dibelakang jok motor  pacarnya itu.

“Jadi cewek yang lo tabrak itu biang dari masalah lo sama si Anis?!” tanyanya.

“Anis sia—pa..?” Jihan mengedipkan matanya polos.

Jihan tidak yakin masalahnya akan selesai sampai sini. Apalagi Arka sudah menatapnya serius. Mengingatkannya dulu saat Jihan diganggu Kakak kelas cewek yang tak sengaja menginjak kakinya dan esoknya Arka membuat kaki gadis itu cidera dan saat itulah Jihan semakin dijauhi para siswa dan siswi yang tak mau menjadi temannya jangankan teman sekedar mendekatinya pun mereka enggan karena nanti pasti akan berurusan dengan Arka.

Selamat datang, wahai posesifnya Arka.

***

Suasana canggung menyelimuti ruang tamu di kediaman keluarga Marquel yang tak lain seorang anaknya kini yang jadi tuan rumah bersikap semestinya, melayani tamu dengan berbagai hidangan mewah karena sang ayah belum pulang Legar pasti akan bertingkah seenaknya.

“Silahkan, anggap saja rumah sendiri terutama ... Jihan,” ujar Legar.

“Uh?” Jihan yang sedang dari tadi sibuk mengagumi isi rumah teman pacarnya itu sontak melirik pada Arka.

Cowok populer sekolah mereka memang anaknya para orang kaya pantas saja kelakuannya tidak punya batasan. Tapi yang paling tidak adil adalah mereka nakal, tapi termasuk para siswa terpintar seperti yang Jihan dengar dari Agatha. Peringkat satu Arka, ke dua Raega dan ketiga Legar.

“Nggak perlu basa-basi! Suruh cewek itu kesini,” perintah Arka.

Legar menatap Jihan dengan satu alis tertarik. “Yang mau ketemu kan Jihan? Tinggal ke atas aja lantai dua, kamar bagian po-jok.”

“Itu kamar lo sialan!” Arka dengan tatapan tajam.

“Tiara ada di kamar?” Legar mengangguk seraya tersenyum.

“Tapi tadi sore gue liat dia baik-baik aja.” Jihan melirik Arka yang sepertinya masih kesal soal video yang katanya ia lihat dari temannya tapi Jihan tidak tahu video apa yang Arka maksud.

“Oh.. jadi gitu.” Legar melihat temannya itu bangkit dari duduknya dengan tangan mengepal. Jujur saja ia sebenarnya takut juga melihat Arka yang tidak seperti biasanya. “K-kenapa buru-buru gitu sih? Gue masih pengen kita ngobrol disini. Lo tau sendiri geng kita baru aja nambah satu princess.”

“Bacot.” Arka langsung melangkah cepat menaiki tangga menuju lantai atas demi menyeret gadis bernama Tiara itu. Berani sekali dia meninggalkan Jihan bersama jalang gila seperti Anis di toilet sekolah. Saat di tengah anak tangga cowok itu menoleh, “Dia princess di kehidupan gue! Gak ada di kehidupan lo sama sama Raega, gue gak suka berbagi.” setelah mengatakan itu Arka melanjutkan langkahnya dan mencari keberadaan gadis bernama Tiara itu.

Legar menunjukan jari tengah pada Arka saat temannya itu sudah tidak terlihat lagi. Sedangkan Jihan hanya terdiam dalam keadaan bingung. Apakah laki-laki itu tulus mengatakannya atau memang niatnya saja untuk membuat Jihan terlena?

Laki-laki itu pikir memangnya Jihan tidak bisa? Hm.

Tunggu saja.

“Setahu gue Arka orangnya gak pernah serius soal cewek. Apalagi berbagi dalam kehangatan ranjang tapi hal ini membuat gue terkesan sama lo. Tertarik selingkuh?”

“Anj-”

Legar tertawa renyah melihat respon Jihan. “Lo bikin gemes, hahah.” Tawa Legar mengudara begitu matanya membentuk senyuman sangat berbeda ketika terakhir Jihan lihat.

Gadis itu tahu, nakal-nakalnya seorang anak pasti dalam dirinya ada inner child yang butuh disembuhkan atas sikap dari orangtuanya.

Apakah Legar kurang afeksi dari ayahnya? Haruskah Jihan perbaiki apa yang salah dalam segitiga pertemanan mereka?

Atau lebih baik dirinya diam saja seperti figuran yang melihat banyak kekacauan tapi tidak melakukan apapun.

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang