[16]

4.8K 173 4
                                    

Saat dari parkiran sekolah hingga diperjalanan pulang Raega terus terdiam. Terlihat dingin namun saat Jihan panggil wajah tersebut tersenyum drastis dan atmosfer dalam mobil tiba-tiba terasa cerah.

Jihan rasa, ia belum pernah bersama Kak Raega selama ini. Ini juga pertama kalinya Jihan benar-benar berbicara dengan saudara sahabatnya itu.

“Soal tadi .. apakah Agatha yang minta buat Kak Raega jemput aku?” tanya Jihan hati-hati. Lagipula kenapa harus Jihan segugup ini?

Beberapa detik sebelum menjawab, cowok itu menatap Jihan dan membalas, “Enggak.”

“Eh?” Jihan mengerut alis. Selintas ingatan saat dulu suaminya pernah menuduh dirinya dengan Raega punya hubungan. Dan Jihan menyesal tidak benar-benar melakukan itu yang justru laki-laki itu sendiri yang punya hubungan gelap.

Jika saja dulu Jihan tidak menghindari Kak Raega dulu mungkin hidupnya sudah bahagia bersama laki-laki baik hati seperti Kak Raega dan Agatha menjadi iparnya.

Jihan tersenyum kecil.

“Cantik.”

“Apa Kak Raega?” Tanya Jihan. Sadar akhir-akhir ini sering sekali memikirkan hal yang sudah terjadi hingga lupa tujuannya kembali ke masa lalu untuk merubah alur hidupnya bagaikan dongeng.

“Kita mampir sebentar ke restoran.”

Jihan akan menolak ajakan Raega namun Kakak kelasnya itu sudah memakirkan mobilnya dan juga Raega seakan tidak peduli penolakan Jihan.

“Kak, Jihan gak apa-apa mau pulang sendiri aja kalo emang-”

“Jihan.” Raega melirik datar lantas tersenyum lembut, meraih kedua pundak kecil Jihan.

Sedangkan gadis itu menatap lurus  manik itu yang nampak menargetkannya akan keseriusan. Jihan bukanya tidak mau menolak tetapi memang belum ijin pada Mamanya jika akan pulang terlambat.

“Makan bareng gue. Kalo orang rumah marahin lo karena pulang telat nanti biar gue yang kasih jawaban sama mereka.” Gadis itu mengangguk dan menerima ajakan Raega dengan hati gamang.

Kenapa rasanya Jihan merinding menatap sorot manik cowok itu. Apakah dekat dengan Kak Raega adalah pilihan yang tepat?

Bagaimana nanti jika pertemanan mereka hancur jika tahu bahwa Jihan menggunakan Kak Raega sebagai pion menghancurkan Arka?

Dan bagaimana dengan Raega?

Jihan belum mengenal Kakak kelasnya itu selain cerita-cerita dari Agatha—adiknya Kak Raega.

***

Sebuah motor besar melesat menuju arah sebuah hunian yang terlihat mewah. Kendaraan kesayangannya itu memasuki kesebuah garasi di samping rumah  tersebut setelah gerbang megah terbuka lebar.

Sang satpam menatap anak majikannya itu sambil mengelus dada atas tingkah bar-bar nya itu saat datang barusan. Jika telat sedetik saja mungkin ia kan kena semprot lagi.

Setelah memarkirkan motornya Arka melepaskan Helm full face nya dengan kasar. Ia turun dari motor kemudian keluar, memastikan bahwa mobil papanya ada atau tidak.

Dan ternyata tidak ada, Arka segera melangkah lebar sambil membawa sesuatu dari Tote bag coklat ditangannya.

Lelaki jangkung itu memasuki rumah dengan raut wajah tak biasa. Suasana hatinya buruk membuatnya tidak selera untuk bersenang-senang diluar bersama teman-temannya dan itu gara-gara siapa lagi jika bukan karena Jihan.

Calon tunangannya yang ternyata susah diatur. Jika terus begini Arka tidak yakin jika harus menjadi dirinya yang lain, lama-lama ia muak sendiri dan lebih suka semena-mena dari pada sudah bersikap baik tapi tidak dihargai.

Arka membuka pintu kamarnya dan melangkah gontai sambil melempar tasnya sembarangan. Mendudukkan dirinya di bibir ranjang ukuran king size miliknya kemudian menunduk.

Meraih sesuatu yang ia bawa dari club tadi bersama Legar. Sebuah Wine terbungkus mewah itu terlihat menggoda.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otak sexy nya membuat Arka tersenyum miring.

“Kayaknya jika terus begini lo beneran nantang gue, baby.” Arka mengelus bibir bawahnya yang terlihat tebal. Cowok tampan itu akhirnya berdiri sambil membuka kaos hitamnya menampilkan perut sixpack nya sempurna.

Seingat Arka, dirinya tidak pernah ke sekolah tanpa seragam sekalipun dipakai sebagai luaran kaosnya saja. Dan sekarang ia kehilangan sesuatu.

Tidak salah lagi.

“Jihanara Cylin,” ucapnya terkekeh.

***

“Lo suka apa?”

Raega dari tadi terus bertanya soal apa yang sering Jihan lakukan, hobi apa yang Jihan gemari dan film favorit Jihan apa semua ditanyakan tanpa ragu dan cukup lugas membuat Jihan terdiam bingung harus jawab apa.

Jihan ragu menjawab kali ini sebab 'suka' dalam hal apa?

“Jihan gak pemilih Kak Raega.”

Cowok itu terdiam cukup lama dengan gayanya yang kini terlihat seperti tokoh gepeng yang sering Jihan lihat. Menawan dan enak dipandang.

Akhirnya Raega mengangguk sambil membuka-buka menu menampilkan banyak makanan enak dan tentunya mahal.

Jihan cemas tanpa alasan tiba-tiba.

“Gue sempet kasih tahu Agatha soal ini. Dia udah izin sama nyokap lo kalo lo sekarang ini lagi di rumah kita.”

“Oh, ya? Tapi Agatha kok gak
hubungi aku dulu sih?” Jihan membuka layar ponselnya namun Raega sudah berkata lagi.

“Gue yang suruh.” Lantas cowok itu memanggil seorang pelayan dan memesan beberapa makanan dan minuman.

Pelayan itu pergi dan Jihan bertanya lagi. “Kenapa?”

Tidak seperti tadi, Raega kini menatap Jihan dan menjawab, “Biar gak ganggu kita.”

Jantung Jihan berdebar saat itu juga. Gadis itu meremas tangannya di bawah dengan senyuman kecil Raega terus memandangi Jihan yang entah sinar sore membuatnya terlihat lebih cantik. Raega tidak salah memilih tempat cowok itu menaikkan satu sudut bibirnya.

Bersamaan dengan itu tiba-tiba ponsel Jihan berdering dan sebuah nama tertera dilayar.

Arka memanggil...

Jihan melirik Raega cemas. Cowok itu seakan terganggu dan menunggu apa yang akan gadis berambut pendek itu lakukan.

Dua pelayan datang dengan membawa makanan yang dipesan dengan sapaan ramah.

“Paket spesial pasangannya datang dan ini menu terbaru di restoran Senjastic kami dan selamat menikmati.”

 [END] AKHIR YANG TAK SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang