“Orang-orang sibuk mencari ku rupanya.”
Sosok yang sudah lama tak dilihatnya beberapa tahun kini tengah duduk dimeja kerjanya. Dion mengepalkan tangan selagi mendekat
Ketika akan meninjunya, tangan Dion tertahan karena dengan sigap lengan penuh tato itu hinggap ditangannya. Menahan kuat dengan seringai kian memudar.
Gerald melepaskan genggamannya ditangan sang kakak. Kini menatap tajam. “Bagaimana kabarmu, setelah membuat Nisa mati?”
“Kau yang membunuhnya, benar?”
Gerald tersenyum pongah. Melipat kedua tangannya di dada.
“Selama ini kau tinggal dirumah utama. Wah, bukankah aku terlalu nekat datang ke kandang, tempat dimana aku selalu diperlakukan buruk oleh keluarga ku sendiri.” Tidak menjawab pertanyaannya membuat Dion geram.
Pria itu maju selangkah. “Diperlakukan buruk?” Dion menggebrak meja. “Kau tidak tahu beban ku seperti apa, harusnya kau bersyukur bisa bebas dari tuntutan papa dan satu lagi, kesalahanku pada mu hanya karena diam saja saat kau melakukan penggelapan dana waktu itu. Aku ingin menolong mu tapi dengan bodohnya kau melakukan apa yang mereka inginkan.”
Dahinya mengernyit begitu Dion tengah mengingat sesuatu dalam otaknya.
“Kau selalu seperti ini. Bahkan ketika tidak dihadapan keluarga kita pun kau selalu bersikap seakan-akan orang baik,” dengus Gerald. Muak.
Dion mendesah. “Kita kerja sama saja, bagaimana?”
Gerald merasa tertarik, orang didepannya itu tidak punya rasa malu rupanya. “Kerja sama, dalam bentuk?”
“Aku tahu, kau meninggalkan kelompok mu itu. Kau bukan lagi mafia. Kau sendiri, untuk saat ini.”
“Apa yang kau inginkan?” Gerald langsung pada intinya.
“Aku punya semua bukti kejahatan mu selama in-”
“Bukan hanya aku. Bahkan sisi gelap pemerintahan negara ini pun, aku sudah siapkan semuanya. Apa sudah sampai pada pada tanganmu? Terakhir bocah itu mengambilnya. Kau dapat darinya juga?” tanya Gerald dengan enteng.
“Bocah? Jangan main-main!”
Gerald tertawa terbahak-bahak. “Aku serius. Putra Adi, mantan kekasih istrimu itu. Dia mengambil segalanya yang telah ku persiapkan.”
“Dan kau diam saja?!”
Gerald mengangguk. “Em, Aku tidak takut apapun lagi.” Ia bisa melihat netranya menunduk. Tidak ada yang tau dibalik bengis dan kejamnya Gerald, pria itu menyimpan banyak hal dalam hatinya.
Dion terdiam.
Sorot matanya berpendar ke lain arah.
Ia membalik tubuh seketika.
“Kau turuti saja perintah ku, untuk kali ini kita bersatu dan ... Percayalah rencana ku ini membuatmu pergi tanpa orang tahu. Mengenai masa lalu.. Aku minta maaf, untuk yang pertama kalinya sebagai kakakmu.”
“Soal Reaga... Aku ingin dia tinggal bersama ku. Aku tahu kau tidak menginginkannya.”
“Terserah.”
**
Di sebuah pemukiman kumuh terdapat satu rumah yang saat ini diselimuti api yang mulai menjalar disetiap sudut.Langkah kaki siluet itu mundur perlahan. Dibalik kobaran api yang berkobar seseorang itu melempar jerigen kemudian pergi dari area itu.
Diliriknya si jago merah melahap bangunan tidak seberapa dihadapannya lantas ia memutar tubuh melanjutkan langkah kakinya dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] AKHIR YANG TAK SAMA
RandomSetelah perceraiannya terjadi, Jihanara Cilyn merasa jika hal yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Menandatangani surat cerai dengan impulsif. Saat semuanya benar-benar berakhir, perempuan itu tersadar, harusnya ia mencari tahu segalanya terle...