Citra benar-benar tidak menyangka kalau Gustiar akan menepati janjinya untuk menemaninya latihan drama di sekolah. Citra pikir itu hanyalah basa basinya Gustiar saja.
Sejak pagi, Gustiar sudah menjemputnya menggunakan mobil mewahnya itu dan pergi ke sekolah bersama. Biasanya di hari Sabtu, sekolah hanya masuk untuk ekskul saja. Tidak ada mata pelajaran wajib. Namun Citra tidak tahu apakah Gustiar mengikuti ekskul atau tidak.
"Kamu ikut ekskul?" tanya Citra mencoba untuk mencairkan suasana di dalam mobil.
"Ikut,"
"Ikut ekskul apa?"
"Badminton."
"Ouhh ... aku baru tahu. Aku gak pernah lihat kamu latihan badminton soalnya."
"Sekedar formalitas aja," Gustiar memarkirkan mobilnya dengan baik. Setelah ia menarik tuas persenelingnya, mobil pun dimatikan. Citra dan Gustiar sama-sama melepas sabuk pengaman mereka dan keluar dari mobil.
"Kamu mau ekskul atau nungguin aku latihan?"
"Nungguin kamu latihan aja," Citra mengalungkan lengan Gustiar dengan erat dan berjalan menuju ruangan teater yang memang sudah disiapkan untuk latihan drama. Ketika mereka memasuki ruangan tersebut, seluruh atensi pun beralih menatap Citra dan Gustiar yang baru saja tiba.
"Eh–itu Gustiar, 'kan? Kok dia ke sini?" Samar-samar Citra mendengar bisikan yang mengarah kepada mereka.
"Nemenin Citra kali,"
"Seriusan lo? Kok mereka jadi makin nempel aja sih? Kalau Stella sampe tahu, abis tuh Citra dilabrak sama mereka."
Citra berusaha mengabaikan itu dan mencari tempat untuk duduk. Pandangannya jatuh pada kursi panjang yang disediakan di dekat jendela yang terlihat masih kosong. Citra pun mengajak Gustiar untuk duduk di sana.
"Kita duduk di sini aja ya," ujar Citra sambil menaruh tasnya. "Hm.. paling lima menit lagi mulai breafing dulu."
"Kamu di sini gak ada teman?"
"Ada sebenarnya, cuma gak terlalu dekat." Padahal yang sebenarnya terjadi adalah entah kenapa semua teman-temannya jadi menjauhinya.
Setelah itu tak ada percakapan lagi di antara mereka. Citra sibuk membaca naskah yang diberikan oleh Danu selaku ketua panitia kemarin. Gustiar sendiri sesekali memperhatikan Citra yang tengah sibuk membaca naskahnya.
"Bagian kamu cuma segitu doang?" Citra melihat kertas naskahnya dan menghitung berapa kali ia akan muncul nanti. Dan ya, kemunculannya tak lebih dari tiga kali.
"Iya, aku kan berperan sebagai pelayan pribadinya Firly. Dalam cerita lho ya," Gustiar ingin bicara lagi, namun terpotong oleh instruksi Danu yang menyuruh para pemain untuk berkumpul.
"Selamat pagi semuanya," sapa Danu dengan ramah.
"Pagi,"
"Sesuai jadwal ya, hari ini kita latihan drama yang bakal kita tampilkan di acara sekolah nanti. Semua udah dapat naskahnya, kan?"
"Sudah Kak," jawab sebagian adik kelas tersebut.
"Oke sebelum kita mulai alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing dimulai." Citra menunduk dan berdoa di dalam hati. Setelah selesai ia pun mendongak dan Danu pun mengintruksi bahwa doa sudah selesai.
"Yuk semangat. Kita masuk ke babak pertama dulu." Citra bergeser dan berkumpul bersama dengan para pemain lain yang belum mendapat giliran.
Pemain yang masuk di babak pertama langsung menaiki panggung kecil yang tersedia untuk latihan. Ketika adegan pertama di mulai, Citra sudah tidak lagi fokus membaca naskah melainkan memperhatikan pemain yang berada di atas panggung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Ficção Adolescente[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...