Pertandingan telah memasuki babak kedua. Skor tertinggi telah dipimpin oleh kelasnya Gustiar, dan kebanyakan gadis yang menonton pertandingan tersebut memberikan semangat mereka untuk kelas 12A, terutama untuk Gustiar.
Kali ini, lagi dan lagi Gustiar harus berhadapan dengan Candra saat sedang melakukan shooting agar bolanya masuk ke dalam ring, namun berhasil dicegah oleh Candra.
Di tengah perebutan bola kembali, untuk pertama kalinya Candra membuka suaranya.
"Santai aja bro, lo emosi banget." Kata Candra disertai dengan kekehan.
Gustiar tidak menjawab, ia hanya fokus untuk lepas dari Candra yang sedang melakukan Block out² kepadanya.
"Ouh pantes. Karena di sini ada Citra ya, jadi emosi lo gak stabil."
Gustiar menatap tajam ke arah Candra.
"Hahaha ... sebucin itu lo ternyata sama Citra." Ledeknya yang semakin menjadi-jadi. "Gue kasihan sama lo, Citranya nggak cinta tuh sama lo. Dia cintanya itu cuma sama gue. Menyedihkan!"
Gustiar berhenti mendribbling bola.
"Candra gue peringatin sama lo, kalau bukan karena perjanjian gue sama bokap lo yang jahat itu, lo bisa habis sama gue hari ini."
Garis rahang Candra pun ikut mengeras.
"Maksud lo apa? Kenapa jadi bawa-bawa bokap gue?"
"Karena sifat lo sama bokap lo itu sama. Pecundang!" Kali ini gantian Gustiar yang menyeringai.
"Lo nggak tahu 'kan betapa biadabnya bokap lo kalau lagi nggak di rumah? Hahaha ... ya pantes lo nggak tahu, lo 'kan cuma anak rumahan yang bisanya cuma berlindung di bawah naungan orang tua dan main sama cewek doang."
"Sialan lo punya masalah apa sama bokap gue, hah?" Candra mendorong Gustiar karena saking kesalnya, ia bahkan sampai tidak sadar bahwa ia berbicara dengan keras membuat pertandingan tiba-tiba menjadi kacau.
Keadaan pun menjadi hening, sudah dapat dipastikan bahwa akan ada keributan. Itu sebabnya beberapa siswa sudah mengeluarkan ponsel mereka karena ingin merekam perkelahian Gustiar dan Candra.
"Lo yang udah menguras uang bokap gue, buat gue sama keluarga gue hampir bangkrut dan sekarang lo berani-beraninya menghina bokap gue?" Candra terus saja mendorong Gustiar sampai Gustiar mundur beberapa langkah.
Tapi bukannya terlihat kesal, Gustiar justru malah menyeringai lebih kejam dari sebelumnya.
"Tanya sama bokap lo sendiri. Kenapa dia bodoh sampai kalah berkali-kali," itulah kalimat yang selalu Gustiar katakan kepada orang yang menyerangnya disebabkan Ayah mereka yang kalah berjudi dengannya.
"Lo pikir bokap lo itu suci, Haha... ." Gustiar melangkah mendekat. "Gue kenal dengan baik seburuk apa keluarga lo itu, dan gue kenal baik gimana sifat lo yang sebenarnya. Dan ya, termasuk Tante lo itu. Dia itu wanita yang nggak bertanggung jawab."
Bughh ...
"Urusan lo itu sama gue, bukan sama keluarga gue!" tekan Candra, wajahnya sudah memerah karena menahan amarah. Ia tidak mengerti mengapa Gustiar sampai kenal dengan Tantenya. Apa Citra yang menceritakannya?
Bughh ...
Candra lengah, ia pun balas dipukul.
"Gue nggak akan mulai kalau bukan lo yang mulai duluan sialan!"
Semua orang, tampak tegang, sepertinya perkelahian ini akan menjadi parah. Terlihat keduanya sama-sama dalam kondisi marah dan tidak main-main dalam memukul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Teen Fiction[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...