BAB 19

51 3 4
                                    

Gustiar menatap jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia ingin memastikan apakah dirinya telat atau tidak menjemput Citra sebab ketika dirinya sudah sampai di depan pagar rumahnya, gadis itu sudah berdiri di depan rumahnya dengan anggun.

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Citra yang langsung saja memasuki mobilnya tanpa menunggu untuk dibukakan pintu terlebih dahulu olehnya.

"Hai.." sapa Citra begitu ia sudah duduk di kursi penumpang.

"Pakaian aku gak berlebihan 'kan ya?"

Gustiar meneliti penampilan Citra yang memang tidak terlihat berlebihan.

"Saya bisa katakan bahwa pakaian kamu gak berlebihan,"

"Heuh.. syukurlah kalau gitu. Aku sempet takut kamu bakal nyuruh aku ganti baju," sahut Citra sambil terkekeh pelan. Tak lama, Gustiar pun menjalankan mobilnya menuju ke tempat di mana ia hari ini akan bermain judi dengan salah satu pemilik mall terbesar di kota ini. Jadwalnya sudah ditetapkan, jam sembilan malam di bar Heaven Night. Di dalam bar itu tersembunyi tempat kasino yang luas. Tentu saja keberadaannya amat sangat dirahasiakan.

"Nanti di sana aku harus ngapain?" tanya Citra di tengah keheningan.

"Intinya kamu jangan jauh-jauh dari saya."

"Kalau mau ke kamar mandi?"

"Bilang aja, nanti saya temenin."

"Emang bahaya banget ya di sana? Aku juga punya teman yang suka pergi ke bar, tapi dia bilang dia gak diganggu. Semua orang sibuk sama dunia mereka sendiri."

"Temen kamu gak bohong. Tapi jangan lupa tempat yang mau kamu datengin itu kasino bukan bar. Saya rasa, saya gak perlu menjelaskan secara detail perbedaan tempat seperti itu kayak gimana. Yang perlu kamu tahu, orang-orang yang datang ke kasino adalah orang-orang yang serakah, orang gabut yang gak tahu mau bagaimana cara mereka menghabiskan uang, atau orang yang putus asa karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan dan mencoba peruntungan mereka dalam bermain judi. Mereka orang-orang pecundang yang bisa menggila kalau kalah. Nanti kamu akan lihat betapa menyeramkannya tempat seperti itu sampai-sampai kamu gak mau lagi datang ke sana."

"Kok jadi seram."

"Itu sebabnya saya tidak mau kamu datang ke sana."

Citra tak lagi bersuara, jelas sekali di wajahnya bahwa ia sedang banyak pikiran sekarang. Gustiar sendiri tidak dapat mengerti jalan pikiran dari Citra. Ia selalu mencoba untuk memahami, tapi selalu berakhir dengan tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Sejauh ini, Gustiar hanya ingin mengikuti alur yang sedang Citra buat.

"Karena ada kamu, aku jadi gak perlu takut kok. Aku yakin kamu pasti akan bisa lindungin aku, iya 'kan?"

Gustiar terkekeh. "PD banget kamu. Gimana kalau saya gak lindungi kamu sama seperti waktu kamu diserang sama Stella?"

"Kamu berusaha nakutin aku ya?"

"Gak. Cuma kemungkinan itu 'kan pasti selalu ada. Gimana kalau saya terlalu fokus bermain sampai-sampai saya gak tahu kalau kamu lagi dalam bahaya, apa yang akan kamu lakukan?"

"Jadi maksud kamu aku jangan terlalu bergantung sama kamu, jangan terlalu percaya sama kamu karena mau bagaimanapun juga cuma aku yang bisa menjaga diri aku sendiri, gitu?" Inilah yang menarik dari Citra. Ia mampu membaca langkah jauh ke depan dibandingkan wanita lainnya.

Senyuman Gustiar nampaknya mampu membuat Citra mengerti bahwa itulah jawabannya.

"Oke, aku akan jaga diri sendiri. Aku akan berusaha untuk gak ngerepotin kamu. Supaya kamu bisa main sampe menang."

Pick Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang