Citra menepati janjinya kepada adik-adiknya Gustiar. Ia kembali lagi ke rumah Gustiar tapi kali ini bukan karena di rumah Gustiar sedang mengadakan acara, melainkan karena Citra benar-benar ingin berkunjung ke sana.
Kedatangannya di sambut baik oleh mereka, bahkan Lia dan Lily langsung berlari saat melihat kedatangan Gustiar yang datang bersama Citra.
"Kakak lama banget datangnya, aku nungguin tahu." Lily bahkan langsung duduk di pangkuan Citra sesaat setelah Citra duduk di sofa yang tersedia di ruang tamu.
"Hehehe ... maaf ya! Kakak baru sempat sekarang,"
"Kakak kok masih pake seragam sekolah?" kali ini Lia yang bertanya. "Kata Kak Tiar gak baik main ke rumah orang tapi gak pulang ke rumah dulu,"
Citra langsung melihat ke arah Gustiar yang sudah tersenyum dengan penuh kemenangan ke arahnya. Padahal tadinya, Gustiar memang menawarkan Citra untuk pulang ke rumahnya dulu untuk berganti baju. Tapi karena Citra takut kalau nanti mereka akan bertemu dengan Candra, lebih baik ia langsung saja ke rumah Gustiar. Dan keputusannya itu sempat mendapatkan kritikan dari Gustiar. Ia tidak menyangka, saat sudah tiba di rumah Gustiar pun, ia mendapatkan kritikan yang sama dari adiknya Gustiar.
Memang benar ya, adik dan kakak itu tidak ada bedanya.
"Iya Lily, lain kali Kak Citra pulang dulu ke rumah sebelum main."
"Ih.. Kak Citra salah. Dia Lia. Aku yang Lily!"
"Oh iya, kah? Hahahaha maaf yaa, Kak Citra masih belum bisa bedain kalian."
"Cit," Saat tengah asik berbincang dengan si kembar, Gustiar memanggilnya membuat Citra jadi mengalihkan perhatiannya ke arah Gustiar.
"Aku ke kamar dulu ya,"
"Mau aku temenin?"
"Hah?"
"Eh?"
Citra pun bingung dengan jawaban yang ia berikan. Seketika wajahnya jadi memerah malu. Bisa-bisanya ia berkata seperti itu pada Gustiar.
Gustiar mungkin akan berpikir bahwa ia adalah gadis yang sangat agresif.
Namun tanpa diduga, Gustiar justru malah tertawa sambil menggodanya.
"Kamu boleh ke kamar aku, setelah buat Lia dan Lily tidur. Karena kalau mereka gak tidur, kegiatan kita nanti bakal terganggu sama mereka," usai mengucapkan hal tersebut, Gustiar mengedipkan sebelah matanya, cukup untuk membuat Citra merasa ingin menghilang saja dari hadapan Gustiar sekarang juga.
Belum cukup Gustiar membuat Citra merasa aneh dengan gaya bicara Gustiar yang sudah tidak kaku lagi kepadanya, kini Gustiar juga jadi lebih sering menggodanya lebih dari biasanya.
Tidak mau bertanggung jawab karena telah memporak-porandakan ketenangan jantung Citra, Gustiar pergi begitu saja usai melambaikan tangannya.
"Memang Kak Citra sama Kak Tiar mau ngapain? Lily boleh ikut gak?"
"Lia juga mau,"
Entah bagaimana Citra harus menjawab pertanyaan dari si kembar tersebut.
🦋•••🦋
"Naik ke lantai dua, belok kanan terus ke kiri. Warna pintu kamarnya warna putih. Kayaknya yang itu deh."
Citra bergumam sembari mengingat ucapan Selin yang memberinya petunjuk di mana letak kamarnya Gustiar. Setelah satu jam ia bermain dengan si kembar, Selin datang setelah pulang dari lesnya. Ia mengobrol sebentar dengan Selin sampai Selin mengatakan bahwa ia ingin pergi ke kamar Gustiar untuk mengantarkan amplop yang diberikan oleh pria yang bernama Prabudi. Mengingat nama tersebut, Citra jadi berinisiatif untuk mengantarkan sendiri pada Gustiar karena siapa tahu ia mendapatkan petunjuk yang penting tentang Gustiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Fiksi Remaja[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...