BAB 39

33 3 0
                                    

Dua hari Citra sama sekali tidak bisa menghubungi Gustiar. 

Selama dua hari ini juga, Gustiar tidak masuk sekolah. Tidak ada yang tahu alasannya, dan tidak ada yang bisa Citra tanyakan ke mana perginya Gustiar. Vano, satu-satunya orang yang bisa ia tanyakan juga ikut menghilang dan tidak terlihat keberadaannya.

Citra tidak bisa terus menunggu seperti ini. Ia khawatir terjadi sesuatu kepada Gustiar. Bisa saja ia sakit parah tapi tidak ada yang tahu. Dan Vano sedang merawat Gustiar sekarang sampai-sampai ia juga ikut tidak masuk sekolah.

Pikiran negatif yang terus menghantui Citra membuatnya pergi ke rumah Gustiar menggunakan ojek online setelah pulang sekolah.

Sepanjang perjalanannya Citra tidak berhenti melihat ponselnya, takut ada kabar dari Gustiar tapi ia tidak tahu.

Kegelisahannya semakin memuncak saat tiba di depan komplek perumahan Gustiar. Seorang satpam memberhentikan motornya.

"Mau ke mana, Pak?" tanya sang satpam kepada pengendara motor.

"Ini mau nganterin penumpang, Pak!"

Satpam yang ber-nametag Rusdi Pramana itu menatap Citra dengan saksama seperti sedang meneliti wajahnya.

Citra yang ditatap seperti itupun menjadi gelisah. Firasatnya mengatakan ada hal yang buruk yang sedang terjadi saat ini.

"Oh maaf Mbak. Mbak nggak boleh masuk ke sini."

"Nggak boleh kenapa, Pak? Saya 'kan bukan orang jahat. Lagipula saya juga udah beberapa kali ke sini kok Pak sama Gustiar. Bapak bahkan tahu saya temen sekolah Gustiar. Lihat, seragam kita sama!" ujar Citra berdalih.

"Iya, Mbak. Saya kenal Mbak kok."

"Yaudah kalau gitu tolong bukain portalnya, Pak. Saya mau ketemu sama Gustiar."

"Dengarin saya dulu, Mbak. Mbak itu gak boleh masuk. Itu pesan dari Gustiar sendiri. Dia bilang ke saya, kalau Mbak datang ke sini, langsung usir saja. Dia bahkan sampai kasih foto Mbak ke saya kalau saya lupa wajahnya, Mbak. Ini ... ini benaran Mbaknya, 'kan?"

Rusdi menunjukkan sebuah foto kepada Citra yang tenyata memang benar kalau itu adalah foto Citra.

"Tapi kenapa, Pak?" tanya Citra dengan suara yang rendah. Ia tidak mengerti dengan semua situasi ini.

"Kalau soal itu saya kurang tahu. Mungkin kalau Mbaknya sudah bertemu dengan Gustiar, Mbak bisa tanyakan langsung kepadanya."

Cepat-cepat Citra menghapus air matanya.

Ia bertanya lagi kepada Rusdi. "Tapi Gustiar baik-baik saja 'kan, Pak?"

"Setahu saya dia baik-baik saja Mbak. Terakhir kali saya lihat itu kemarin. Sampai sekarang dia belum pulang."

"Belum pulang?" Citra bergumam kecil.

"Pak kalau Gustiar sudah pulang, tolong kabari saya ya Pak."

Setelah mendapatkan anggukan dari Rusdi, Citra menyuruh pengendara motor itu untuk mengantarkannya pulang ke rumah.

Di perjalanan pulang, hati Citra terasa sesak sekali. Ia tidak mengerti ada apa dengan Gustiar. Mengapa Gustiar tiba-tiba tidak bisa dihubungi, tidak masuk ke sekolah yang padahal Citra tahu bahwa Gustiar sangat memperdulikan pendidikan. Ia bukan orang yang akan melanggar peraturan seperti ini. Lalu sekarang, Citra seperti ditampar kenyataan bahwa Gustiar melarangnya masuk ke komplek perumahan di mana ia tinggal. Artinya, Gustiar tidak mau bertemu dengannya.

Citra butuh penjelasan.

Tapi tidak ada satupun yang mau memberikan penjelasan kepadanya.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Pick Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang