[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!]
***
"Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...
Semoga kalian betah yaa baca cerita PYL sampai tamat🤠
Oh ya, don'tforgetplease!
give me yourstarand comment! Karena hari ini aku bakal update sebanyak lima chapter, yeayyy🐣
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎶One's Summer Day🎶
Menurut aku musik ini cocok banget sih untuk menggambarkan suasana romantis pada BAB ini. Kira-kira apa yang akan Gustiar lakukan untuk Citra ya? Aaaa siap-siap baper!!!🙌
🦋•••🦋
Cuaca hari ini sedang mendung. Angin berhembus dengan kencang, seperti sedang memberikan tanda bahwa sebentar lagi akan hujan.
Musim hujan telah datang. Orang dulu kata, musim hujan adalah musim yang romantis. Dan Gustiar sangat menyukai hujan.
Meskipun angin dengan kencang melewati tubuhnya, hal itu tidak membuat Gustiar terpengaruh sama sekali dengan kehadirannya. Ia masih duduk dengan tenang, sambil sesekali melihat ponselnya.
Ia ada janji temu dengan Citra hari ini untuk menjemputnya, di taman, setelah Citra selesai dengan tugas kelompoknya. Taman ini, dekat dengan komplek perumahan teman Citra di mana ia sedang kerja kelompok sekarang.
Sembari menunggu Citra tiba, Gustiar melatih diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Citra. Ia tidak ingin menjadi laki-laki pengecut yang hanya bisa memendam perasaan padahal wanitanya sudah ada di depan mata.
"Cit, wanna be mine?" gumam Gustiar. "Ck, pasaran!"
Bughh ...
Awwhh ...
Suara jatuh dan rintihan itu menarik atensi Gustiar untuk mencari sumber suaranya. Matanya memicing ketika melihat Citra sedang duduk bersimpuh di atas tanah sembari membersihkan telapak tangannya yang kotor. Bibirnya mengerucut lucu, sembari bergumam tidak jelas.
"Ngapain, Cit?" tanya Gustiar dengan jahil. Ia mengulum senyum seperti sedang menahan tawanya agar tidak meledak.
Melihat Gustiar meledeknya, Citra semakin kesal. Citra berdiri sendiri dan berjalan ke arah Gustiar sambil menghentak-hentakkan kakinya.
