Lagi-lagi Citra kehilangan fokusnya. Setiap kali ia mengingat betapa dekatnya ia dengan Gustiar, jantungnya pasti akan berdebar dengan kencang. Sejak kepergian Gustiar, tidak pernah sedikitpun pikiran Citra berhenti memikirkan tentang Gustiar.
Ada apa ini? Gak mungkin 'kan aku beneran suka sama Gustiar? Batinnya menggebu. Sebab kalau Citra benar-benar menyukainya, itu akan berbahaya. Karena Citra menyukai orang yang memiliki kehidupan yang tidak normal.
"Citra, temen-temen kamu dateng."
Pintu yang terbuka menampilkan sosok Adila yang menyampaikan bahwa temannya dateng karena ingin menjenguknya. Citra sudah menduga bahwa orang itu mungkin adalah Candra. Tapi mendengar kata 'teman-teman' membuat Citra jadi bertanya-tanya siapa lagi yang datang ke rumahnya.
"Siapa, Ma?"
"Candra sama Clarissa," mendengar namanya Clarissa membuat Citra jadi berjengkit kaget.
"Dia sudah kembali!" gumam Citra tapi tidak sampai terdengar oleh Adila.
Adila tidak jelas berbicara apa. Tapi yang pasti ia akan mengajak Candra dan Clarissa untuk masuk ke kamarnya.
Clarissa juga termasuk temannya. Rumahnya berada dua blok dari tempat tinggalnya dan juga Candra. Dia anak yang manis dan suka berbagi pengalamannya. Clarissa adalah orang yang paling cerewet di antara mereka bertiga. Kalau sudah ada dia, seluruh percakapan akan dikuasai olehnya sampai-sampai Citra terkadang tidak kebagian untuk berbicara dan perhatian Candra akan selalu berpusat kepadanya.
"Citraaa," pekik Clarissa sesaat setelah ia masuk ke dalam kamarnya. Clarissa langsung saja memeluk Citra dengan erat dengan wajah riangnya.
"Gu-gue sesek kalau lo peluk gini,"
"Hehehe... sorry, habis gue kangen banget sama lo." See ... Clarissa memang menggemaskan dan Citra tidak pernah sanggup untuk marah kepadanya.
Anehnya berapa kalipun Citra tidak suka dengan sifat Clarissa tapi ia tidak pernah bisa marah ataupun membencinya. Clarissa pasti selalu punya cara untuk tidak bisa dibenci oleh orang lain.
"Gimana sama study exchange lo di Australia? Seru gak?" tanya Citra membuka topik obrolan.
"Woah ... kalau itu sih gak usah ditanya. Seru banget, Cit. Gue dapet banyak teman di sana. Lo mau gue kenalin ke cowok gak? He's really handsome!"
"Gak usah racunin orang. She have a boyfriend!" Belum sempat Citra menjawab, Candra sudah menjawabnya terlebih dahulu. Citra baru sadar kalau Candra sudah berada di sampingnya.
"Really? Kok lo gak cerita kalau lo udah punya pacar."
"Hehehe... gue gak kepikiran Ris."
"Who's he?"
Citra menatap Candra meminta persetujuannya; haruskah ia mengatakannya pada Clarissa. "Udah gak usah minta persetujuan Si Candra, dia udah pasti setuju," geram Clarissa. Ia bahkan sampai menangkup pipi Citra agar Citra hanya melihat ke arahnya saja.
"Gustiar,"
"OMG... Gustiar dari sekolah kita? Demi apa lo, Cit? Kaget gue loh,"
"Iya Gustiar yang itu."
"Ini selama gue pergi ada berita mengejutkan apaan lagi? Gustiar udah tobat, kah?"
"Yee ngaco, mana mungkin bocah itu tobat," sahut Candra.
"Iihh ... buktinya dia pacaran sama Citra. Citra 'kan anak baik-baik." Clarissa melotot, menatap Citra dengan pandangan yang horor. "Jangan-jangan lo lagi yang berubah, Cit. Lo gak kebawa sama pergaulannya Gustiar, kan?"
Citra tertawa karena kekhawatiran Clarissa yang terlalu berlebihan terhadapnya. "Lo berlebihan, Ris. I'm fine and nothing has changed about me!"
"Thanks God. I was really worried earlier, I was afraid you would get carried away with bad company,"
"Oh, that's how it's played... your conversations are in English? Do you think I don't understand?"
"Hahaha gak gitu Can, gue seneng karena ada yang bisa diajak ngomong bahasa inggris lagi. Gue ngerasa pelafalan english gue jadi kaku karena udah jarang dilatih ngomong pake bahasa inggris," jawab Citra.
"Lo iri ya karena gak diajak ngobrol daritadi?" tunjuk Clarissa pada Candra yang kali ini sudah duduk di atas sofa.
Candra melempar bantal yang kemudian dapat ditangkap oleh Clarissa.
"Wleee ... It doesn't work." Clarissa tertawa sambil melempar kembali bantalnya ke arah Candra. "Lo bener-bener gak berubah Can,"
"Lo baru enam bulan pergi ya, apa yang lo harapin dari perubahan gue?"
"Kayak Citra dong udah punya pacar. Gue pikir setelah gue pulang dari Australia, gue bakal langsung dapat kabar kalau lo udah pacaran. Eh gue malah dapet kabar kalau Citra yang udah punya pacar. Kaget loh gue!"
"Gue lagi nunggu seseorang," ucapan itu terdengar santai. Namun Clarissa dan juga Citra sama-sama terdiam.
Tanpa terlihat oleh mereka, Citra menunduk sambil memilin jarinya karena malu. Jelas-jelas Candra menunggunya dan apa yang ia lakukan? Berdebar karena dekat dengan Gustiar? Ia harus menyelesaikan misinya secepat yang ia bisa agar Candra tidak lagi menunggunya. Itu tekadnya.[]
![](https://img.wattpad.com/cover/313427844-288-k346279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Teen Fiction[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...