Sejak kepulangan Clarissa, berangkat sekolah sudah tidak lagi berdua dengan Candra. Tapi kali ini jadi bertiga. Semua serba kebetulan jika menyangkut tentang pertemanan Citra, Candra dan Clarissa.
Pertemanan mereka bisa dibilang cukup intens. Saling bantu membantu dan tidak memandang rendah satu sama lain. Candra bahkan tidak merasa malu saat harus terlihat bersama Citra dan Clarissa. Di kelas, mereka bahkan dijuluki sebagai Trio C di kelas C. Entah ada apa dengan huruf "C" di kehidupan mereka ini.
Sepanjang perjalanan ke sekolah, Candra dan Clarissa kerap bermain skeatboard kepunyaan Candra. Clarissa ingin mencoba memainkannya dan Candra membantunya. Citra yang belum sepenuhnya sembuh memaksa untuk pergi ke sekolah dan berangkat bersama mereka.
"Udah aaa, gue udah gak mau diajarin lagi sama Candra. Ngajarinnya kasar."
"Lo nya yang nyebelin. Diajarin malah lo yang sok tahu."
"Albert juga ngajarin gue. Penjelasan dia lebih jelas daripada lo."
"Dih Albert siapa?"
"Temen gue di Australialah."
"Yaudah, minta dia aja sono yang ngajarin lo,"
"Citraa..." dan selalu saja, jika Clarissa sudah kalah debat dengan Candra, Clarissa akan meminta pertolongan pada Citra. Dalam pertemanan ini, Citra seperti penengah antara Candra dan Clarissa.
"Udah jangan debat lagi, kita udah di depan gerbang sekolah. Ayo masuk!" Citra mengalungkan lengan Candra dan juga lengan Clarissa, berdiri di antara mereka dan menarik mereka berdua agar bisa berjalan beriringan.
Baginya Candra dan Clarissa itu lucu. Sering berantem tapi juga terlihat saling menyayangi. Ia tahu itu, sebab setiap kali salah satu di antara mereka terluka, mereka akan sama-sama panik dan takut kehilangan.
Hanya saja yang tidak Citra tahu, bagaimana perasaan mereka satu sama lain. Benarkah hanya sebatas perasaan sahabat pada umumnya?
"Gengs," bisik Clarissa. "Gue tahu gue terkenal karena berhasil ikut program study exchange dan gue baru aja pulang kemarin, tapi emang harus banget ya gue jadi pusat perhatian kayak gini? Gue jadi risih!"
Candra dan Citra sama-sama menatap sekeliling mereka dan benar saja, selama mereka berjalan di koridor sekolah, mereka menjadi pusat perhatian murid-murid yang ada di sana.
"Lah iya, gue baru tahu kalau lo terkenal. Gak ada yang bicarain lo tuh selama kepergian lo."
"Gue terkenal dari kelas 10, kemana aja lo selama ini?" cibir Clarissa kepada Candra.
"Yaudahlah biarin aja. Yuk jalan ke kelas. Anggap aja lo hari ini lagi jadi pemeran utamanya," sahut Citra.
Mereka berjalan sambil mengabaikan tatapan siswa yang mengarah pada mereka. Bisik-bisik pun mulai terdengar, tapi tidak terlalu jelas dipendengaran mereka. Saat melewati lorong kelas 11, barulah Clarissa dapat mendengar sedikit pembicaraan adik kelasnya tersebut.
"Gue mau kasihan sih tapi ngapain? Udah jadi resikonya dia 'kan pacaran sama penjudi. Gue juga heran, tuh cewek nekat banget asli."
"Gue yakin habis ini mereka pasti putus."
"Kasihan yaa, gue jadi gak tega deh,"
Clarissa yang mendengar bisikan tersebut lantas saja berpikir; mereka tidak sedang membicarakannya. Dugaannya semakin diperkuat ketika ia menatap ke sekelilingnya dan mendapati tatapan mereka mengarah pada Citra dengan tatapan iba seakan-akan hal buruk sedang menimpa Citra saat ini.
"Gengs," bisik Clarissa lagi yang kali ini Candra dan Citra sama-sama melihat ke arah Clarissa.
"Mereka bukan bicarain gue." Clarissa tertegun, seakan sedang mempersiapkan nyalinya untuk mengungkapkan kebenaran. "Tapi Citra!"
Candra dan Citra sama-sama terdiam. Namun melihat wajah panik Clarissa membuat Citra berinisiatif untuk mencairkan suasana.
"Aaa ... udah biasa itu mah. Sejak gue pacaran sama Gustiar, pemeran utamanya jadi berganti ke gue."
"Tapi kayaknya ada masalah serius deh. Bentar!"
Clarissa berhenti dan membuka ponselnya. Saat melihat berita utama hari ini, ia begitu terkejut saat melihat foto yang terlihat di ponselnya.
"Ada apa?" Kali ini Candralah yang bertanya karena ia juga ikut penasaran.
"Ci–Citra.." Clarissa menunjukkan foto itu dengan tangan yang gemetar. Candra dan Citra pun sama-sama melihat foto itu dengan seksama.
🦋•••🦋
Rooftop adalah satu-satunya tempat untuk mereka bisa berbicara dengan leluasa. Berita yang mengejutkan pagi ini membuat Clarissa segera cepat-cepat ingin mendikusikannya dengan Candra dan Citra sebab masalah ini tidak bisa dianggap sepele.
"Sorry banget ya Cit, gue sekarang jadi mempertanyakan kewarasan lo yang mau-mau aja jadi pacarnya Gustiar. Gue tahu dia ganteng, kaya... tapi lo juga harus lihat kepribadian dia dong. Plis jangan jadi cewek yang berpikiran pendek kalau Gustiar bakal berubah sejak pacaran sama lo."
"Citra gak berpikir kayak gitu!" kali ini Candra datang membantu Citra lepas dari tuduhan Clarissa.
"Terus?"
"Kalau lo gak tahu, mending jangan hakimin Citra. Lo samperin aja Gustiar dan labrak dia."
"Of course! Gue bakal lakuin itu nanti tapi setelah gue memberikan pencerahan ke Citra. Ya kali gue bakal diem aja saat tahu temen gue diselingkuhin."
"Wait... wait! Jangan ambil kesimpulan gitu aja. Gue yakin kok foto itu cuma jebakan. Gustiar gak mungkin selingkuh!"
"Oh My God! Please Citra, come on! Open your eyes and your mind! Jelas-jelas foto itu nunjukin kemesraan Gustiar sama cewek lain. Mana ceweknya seksi banget lagi, bajunya juga kurang bahan.. eiuwwh ...! Belum lagi posisi mereka yang intim banget. Cewek itu duduk di atas pangkuan Gustiar loh. Sekali lihat juga udah ketahuan dia cewek kayak gimana. Dan lo masih mau menyangkalnya?"
Citra terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Memang benar di foto tadi terlihat gambar Gustiar dengan seorang wanita yang cantik dengan pakaian yang modis sehingga terlihat sangat seksi jika dipakainya. Posisi mereka terlihat intim dengan sang wanita duduk di atas pangkuan Gustiar. Di foto memang tidak terlihat secara jelas wajah Gustiar, tapi dari postur tubuhnya itu memang benar Gustiar.
Kalau memang seperti itu, lantas kenapa? Toh dalam perjanjian mereka, Citra memang tidak menyebutkan kalau Gustiar hanya boleh dekat dengannya saja. Ia hanya mengatakan bahwa mereka pacaran dan tidak membuat perjanjian apapun. Jika Gustiar ingin bermain dengan wanita lain, tak ada hak pula untuk Citra melarangnya melakukan itu. Jadi ia tidak bisa menyebut ini sebagai perselingkuhan. Masalahnya sekarang bagaimana caranya ia harus menjelaskannya kepada Clarissa dan Candra?
"Biar Citra dengar alasan dari Gustiar dulu. Gue yakin ada alasannya kenapa Citra masih percaya kalau Gustiar itu gak selingkuh."
Clarissa mendengus sebal mendengar jawaban Candra. "Percuma. Paling nanti Gustiar bakal ngeles!"
Citra menatap Candra yang ternyata ia juga sedang menatapnya. Melalui matanya itu, Candra seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Clarissa, mungkin akan terdengar mengesalkan bagi lo. Tapi gue percaya sama Gustiar. Alasannya karena untuk sekarang gue yang paling mengenal Gustiar dibandingkan orang lain. Jadi gue lebih percaya sama dia melebihi siapapun."
Clarissa bungkam. Meskipun ia tidak mengerti jalan pikiran Citra, tapi ia menghargai itu. Memang kepercayaan sepasang kekasih tidak akan mampu dipikir menggunakan akal sehat. Jalinan itu terbentuk karena hati dan hanya bisa dipahami dengan hati pula.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Teen Fiction[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...