Beberapa jam kemudian, seluruh anak berkumpul di meja makan. Kini sudah waktunya untuk makan malam. Berbagai macam makanan pun telah tersedia di atas meja makan.
Sambil menggendong Lia dan Lily, Gustiar menghampiri meja makan dan duduk di salah satu kursi yang tersedia. Sampai sekarang, Citra belum terlibat percakapan lagi dengan Gustiar. Ia pun ikut duduk di sebelah Selin yang kebetulan tempatnya bersebrangan dengan tempat duduk Gustiar, jadi ia bisa melihat Gustiar dengan jelas dari sini. Mereka pun bertukar pandang selama beberapa saat membuat Citra tersenyum saat melakukan kontak mata dengan Gustiar.
"Kak Citra beneran pacarnya Kak Tiar, ya?" tanya Selin dengan sedikit berbisik.
Citra mengangguk kecil membenarkan. Jika sesuai kesepakatan, maka memang benar bahwa sekarang ia adalah pacarnya Gustiar.
"Makasih ya Kak udah mau menerima, Kak Tiar. Aku jamin, Kak Citra gak bakalan nyesel deh pacaran sama Kak Tiar. Aku bahagia karena Kak Tiar juga bisa menemukan kebahagiaannya," ujar Selin dengan tulus. Citra hanya menanggapinya dengan senyuman kecil.
Memang benar apa kata Selin, Citra tidak pernah menyesal karena bisa menjadi pacarnya Gustiar, namun Gustiarlah yang akan menyesal karena pernah menjadi pacarnya Citra.
Suasana di meja makan terasa cukup hangat dengan kehebohan dari Lia dan Lily yang tidak berhenti berbicara, bahkan sampai berebut untuk disuapi oleh Gustiar. Melihat Gustiar yang tampak repot mengurus kedua adiknya tersebut membuat Citra berinisiatif untuk membantunya.
"Ada yang mau Kak Citra suapin?" Lia dan Lily terdiam menatap Citra, kemudian Lily berujar pada Gustiar.
"Boleh, Kak?" izinnya.
Gustiar pun ikut menatap Citra, terlihat ia mengangkat alisnya seolah sedang bertanya kepada Citra.
Ditatap seperti itu membuat Citra menjadi gugup. Ia lupa bahwa ia adalah orang asing di sini.
"Gak ngerepotin? Mereka banyak maunya soalnya," ucapan Gustiar itu membuat Citra mendongak senang sebab mendapatkan respon yang positif dari Gustiar.
"Gak kok,"
"Oke, Lily disuapin sama Kak Citra yaa,"
"Yeayy.." seru Lily dengan senang, saking senangnya ia bahkan sampai berlari memutari meja makan hanya untuk mencapai tempat duduk Citra dan duduk dipangkuannya.
Gustiar mengulurkan tangan untuk menyerahkan piring bekas Lily makan tadi. Dan kegiatan makan pun kembali dengan normal. Dalam waktu sekejap, Lily sudah menjadi dekat dengan Citra dan tampak tak terpisahkan.
Sementara itu, Vano masih terus memperhatikan Citra. Sulit membaca emosinya sebab apa yang dilakukan oleh Citra tampak terlihat tulus dilakukan, tanpa ada maksud dan niatan tertentu. Tapi ia masih curiga, sebab terakhir kali ia berbicara dengan Citra, gestur tubuhnya mengatakan bahwa ia memang memiliki niat tersembunyi dengan menjadi pacarnya Gustiar.
Memang benar apa kata Gustiar bahwa pikiran Citra mudah ditebak melalui gestur tubuhnya. Namun meski begitu, Vano akan tetap berhati-hati terhadap Citra sebab Citra mampu memainkan ekspresinya untuk menyembunyikan niat dia yang sebenarnya.
Hari semakin malam, dan pesta pun berakhir pada pukul 20.34 WIB. Pada jam segitu, sudah waktunya untuk anak-anak mempersiapkan diri untuk tidur. Sebab Gustiar memang melarang mereka untuk tidur larut malam.
Saat itu pulalah Gustiar mengantarkan Citra untuk pulang meskipun ada sedikit drama di mana Lily tidak mau berpisah dengan Citra. Dengan menjanjikan bahwa Citra akan kembali kesini lagi, akhirnya Lily membiarkan Citra untuk pulang.
Menuju mobil Gustiar yang sudah terparkir di teras rumahnya, Citra terus saja melambaikan tangannya kepada adik-adiknya Gustiar, terutama pada Lia dan Lily yang terus saja memanggil nama Citra sambil melambaikan tangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Teen Fiction[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...