Pesta ulang tahun Lia dan Lily diadakan di rumah utama milik Gustiar dan hanya dirayakan oleh penghuni rumah tanpa mengundang siapapun. Pestanya baru akan dimulai pukul empat sore. Dan pagi ini—di hari Minggu—baik Gustiar, Vano, Selin dan yang lain sibuk mendekorasi rumah mereka dengan hiasan yang biasa digunakan untuk perayaan ulang tahun. Hampir di setiap sudut rumah diberikan balon, beruntung tak ada anak yang takut dengan balon.
"Kakak, emang ini buat apa?" tanya Lily menunjukkan balon berwarna kuning di hadapan Gustiar yang saat itu sedang meniup balon.
"Iihh.. balonnya bentuknya L," jawab Lia. Mereka berdua duduk di hadapan Gustiar sambil memperhatikan Kakak kesayangan mereka itu meniup balon. Namun sesekali menganggu Gustiar dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana namun juga terdengar konyol jika ditanyakan oleh orang dewasa.
"Yeayy... dapet satu balon lagi," seru Lia saat Gustiar telah selesai meniup balon.
"Kok balon bisa membesal sih kalau ditiup, emang kenapa kak?"
"Karena diisi angin," jawab Gustiar sekenanya. Ia pun kadang lelah menanggapi pertanyaan mereka yang tak ada habisnya, seakan tak pernah puas jika tidak bertanya.
"Kalau gitu talo aja balonnya di lual kak, gak ucah ditiup. Di lual kan banyak angin, nanti juga membesal sendiri," celetuk Lily dengan bangga.
Si kembar dengan rambut yang dibuat mirip itu berseru senang seakan itu adalah solusi terbaik yang bisa mereka berikan untuk menyelesaikan masalah Gustiar.
Gustiar yang melihat tingkah kedua adiknya itu tertawa, memang hanya Lia dan Lily saja yang bisa membuatnya tertawa geli seperti sekarang. Bahkan meskipun mereka tidak lahir di rahim Ibu yang sama, Gustiar benar-benar sangat menyayangi mereka seperti adiknya sendiri.
Anak-anak yang lain membantu Selin memasang dekorasi yang lain, sementara Vano pergi menelpon pemilik toko kue yang dipesan mereka jauh-jauh hari, menanyakan kapan kue ulang tahun itu akan sampai.
Sementara itu, Gustiar lanjut meniup balonnya yang lain.
"Katanya nanti siang bakal dianter," ujar Vano menyampaikan informasi tentang kuenya.
Gustiar hanya mengangguk sebagai jawabannya. Sementara itu Vano menghampiri Lia dan menggendongnya.
"Woah yang ulang tahun hari ini, udah punya gaun belum."
"Udah, kak celin yang beliin," jawab Lia dengan polos.
"Kok gak dipake?"
"Kata Kak celin nanti aja kalau acalanya udah mau dimulai,"
"Aaa... Lily juga mau digendong," Vano menurunkan Lia dan mengangkat Lily ke dalam gendongannya. Ia mengajak main mereka berdua, tentu saja karena ia malas ikut mendekorasi ruang. Daripada harus ikut bekerja, lebih baik ia main dengan si kembar.
Sampai siang hari menjelang, kue pesanan mereka belum tiba juga di rumah mereka, membuat Gustiar dan Vano jadi merasa khawatir. Sementara Selin membantu para anak-anak untuk mengganti baju mereka, Vano sibuk menelpon toko kue untuk menanyakan pesanannya.
Gustiar saat itu mengecek ponselnya, ia sedang menimbang-nimbang haruskah ia mengundang Citra ke acara pesta ulang tahun adiknya atau tidak? Ia memang tidak membicarakan apapun dengan Citra tentang hal ini selain seminggu yang lalu ia meminta Citra untuk menemaninya membeli hadiah untuk Lia dan Lily. Saat itu Gustiar hanya mengatakan bahwa hari ini adalah hari ulang tahun adiknya dan akan ada pesta di rumah tapi tidak mengundang Citra untuk datang ke rumahnya. Citra juga sama sekali tidak bertanya apakah ia di undang atau tidak.
Gustiar hanya tidak tahu haruskah ia mengundang Citra atau tidak sebab jika ia mengundangnya, maka Citra pasti akan tahu mengenai kehidupannya. Ia hanya tidak ingin Citra masuk terlalu jauh ke dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Teen Fiction[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...