Di antara semua hari, Citra paling suka dengan hari kamis. Hal itu dikarenakan ia menyukai seragam batik SMA GSN, menurutnya dengan memakai seragam batik bercorak biru itu membuat tampilan Citra menjadi fresh. Apalagi katanya seragam batik SMA GSN adalah seragam yang paling bagus di kota ini.
Dengan penuh percaya diri, Citra memasuki gerbang sekolah. Tentu saja hari ini ia akan menjadi pusat perhatian. Citra sudah menduga hal ini akan terjadi kepadanya.
Di tengah perjalanan, tali sepatu Citra terlepas. Mungkin karena ia tidak memasang tali sepatu dengan benar. Tapi Citra sedang malas mengikat tali sepatunya, lagipula berjalan beberapa meter sampai ke kelas juga tidak akan membuatnya jatuh bukan?
Di lorong ruang bahasa, Tania dan Wulan menghampirinya. Mereka adalah adik kelas Citra yang satu ekskul dengannya. Yaitu ekskul Teater.
"Gimana Kak? Kita kekurangan pemain soalnya," Tania menawarkan Citra untuk bermain peran di drama mereka yang akan ditampilkan pada saat acara ulang tahun sekolah. Acaranya masih lama, masih dua bulan lagi dari sekarang. Karena acara tersebut akan diadakan setelah ujian tengah semester.
"Pemerannya jadi apa?" tanya Citra.
"Gampang kok, Kak. Kakak cuma jadi pemeran pendukung aja yang kurang lebih dua kali tampil."
Citra terdiam memikirkan. Selama ia mengikuti ekskul teater, ia tidak pernah menjadi pemeran yang penting. Pasti selalu jadi pemeran pendukung yang tak terlihat. Citra tidak mengerti konsep pentas drama yang diadakan di ekskulnya itu seperti apa. Mereka selalu asal memilih pemain dan tidak pernah melakukan casting terlebih dahulu. Dan yang pasti sampai hari ini, keberadaan Citra tidak pernah dianggap di dalam ekskul kecuali jika mereka membutuhkan pemain pendukung, barulah mereka mencari nama Citra.
"Pemeran utamanya siapa?"
"Kak Firly,"
Oh ... pantas saja. Gumam Citra. Jika Firly yang bermain sebagai pemeran utama, maka yang menjadi pemeran utama laki-lakinya adalah Adnan. Mereka seperti pasangan putri dan pangeran sungguhan di dunia nyata.
"Oke, aku bisa."
"Yeayy... terima kasih ya, Kak!" Wulan mencatat namanya. Saat Citra masih mengobrol dengan Tania, tiba-tiba ada yang memanggil namanya.
"Kamu belum masuk?" tanya orang tersebut.
"Belum. Kamu juga mau masuk kelas?" pertanyaan yang konyol sekali.
"Iyaa," Citra menatap Tania dan Wulan yang tampak berdiri kaku di sebelahnya karena menatap Gustiar dari jarak yang dekat.
Citra pun tersenyum dan berkata ramah. "Gustiar, kenalin ini Tania dan ini Wulan. Kita satu ekskul," baik Tania maupun Wulan melambaikan tangan mereka dan menyapa Gustiar. Tapi Gustiar tidak menghiraukan dan hanya melirik mereka sebentar lalu kembali lagi melihat ke arah Citra.
"Saya anter kamu ke kelas!"
"Oke."
Citra ingin berjalan, namun lengannya ditahan oleh Gustiar. Citra pikir ada apa, ia pun bertanya pada Gustiar.
"Kenapa?"
Lalu tanpa menjawab apapun, Gustiar berlutut di hadapannya dan membuat semua orang yang berdiri di lorong jadi memekik tertahan saat melihat aksi Gustiar yang tak terduga itu.
Bisik-bisik pun mulai terdengar sampai terjadi kehebohan. Seperti;
"Ini gue gak salah lihat, 'kan? Itu Gustiar mengikat tali sepatu cewek itu,"
"Eh anjir siapa sih yang nulis postingan kalau Gustiar bukan pacar yang baik? Dia romantis banget gila, kalau tahu gitu gue gak bakal termakan sama ketikan bullshit dan tetep ngejar Gustiar dari dulu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Your Love
Roman pour Adolescents[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Di beberapa BAB terdapat kata-kata yang kasar. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] *** "Jangan pernah dekat-dekat dengan Gustiar, dia itu berbahay...