Jantung yang berdegup kencang, langkah kakinya semakin cepat, dan rasa takutnya pun semakin besar, jika tadi ia merasa dingin kini ia merasa panas hingga ingin berkeringat.
Tanpa menghentikan langkah kakinya, Sheila menoleh ke belakang dimana pria itu juga mengejar dirinya.
Sial sekali hari ini, Sheila merasa sangat menyesal melewati gang sepi itu sehingga ia mengalami kejadian seperti ini, bahkan sendari tadi ia hanya melewati tembok-tembok tinggi, tidak ada perumahan ataupun orang yang bisa ia minta tolong.
Tidak ada yang melarangnya menangis tetapi Sheila tidak akan melakukan hal itu karena ia bukan wanita yang lemah, meksipun bisa saja ini adalah hari terakhir ia berada di dunia ini.
Pria yang mengejarnya semakin mendekat, Sheila pun mulai lelah berlari kaki-kakinya terasa ingin patah karena terus berlari.
Bruk
Yang sial semakin sial saat ia tahun tersandung batu besar, tubuh mungilnya kini terduduk di tanah, pria itu berhenti berlari tetapi masih berjalan perlahan untuk mendekatinya sambil mengayunkan balok kayu yang berada ditangannya.
Sheila tetap berusaha menyelamatkan diri dengan cara mundur perlahan walaupun posisinya masih terduduk di tanah.
Pria itu mengangkat balok kayu yang ia pegang tadi ke atas kepalanya saya sudah berdiri di depan Sheila.
Sheila mulai terisak dengan air mata yang mengalir saat melihat pria itu berancang-ancang untuk memukul dirinya.
Mata Sheila terpejam ia mulai berprasangka bahwa ketika ia membuka mata mungkin ia sudah tidak melihat dunia yang pahit ini.
Bruk
1
2
3
Sudah hitungan ketiga harusnya balik kayu itu sudah berlumur darahnya apalagi ada suara pukulan tadi, namun Sheila tidak merasakan apapun.
Bruk
Sheila membuka matanya perlahan meskipun ia merasa takut, netra Sheila menangkap sosok yang tidak asing baginya.
Itu adalah heeseung, heeseung berkelahi dengan pria tadi.
Bruk
Sheila terkejut dan meringis saya pria itu memukul punggung heeseung dengan balok kayu tadi hingga heeseung tergeletak di tanah.
Tidak ada pergerakan sama sekali dari heeseung, membuat pria itu panik seketika, tidak hanya pria itu Sheila juga merasa panik lalu ia berdiri dan berlari menghampiri heeseung yang tergeletak tak jauh darinya.
"Hee bangun" ucap Sheila mengguncang badan heeseung berharap pria itu sadar.
Namun masih tidak ada pergerakan dari heeseung, dengan keberanian Sheila mendongak menatap pria misterius itu yang berdiri menatap dirinya dan heeseung yang tak sadarkan diri.
Pria itu seperti ketakutan saat Sheila mengernyitkan dahinya untuk berusaha mengenali pria itu.
Tak ingin ketahuan pria itu langsung berlari tanpa berpamitan, tapi kan niatnya jangat ingin melukai Sheila lalu untuk apa ia haru pamitan dengan Sheila.
Tak ingin berpikiran negatif, ini adalah keadaan darurat apalagi heeseung menjadi seperti itu karena menolongnya.
"Heeseung bangun" ucap Sheila menepuk sebelah pipi heeseung dengan pelan.
Namun heeseung tidak sadarkan diri.
Sheila pun mulai terisak karena ketakutan, ia merasa bersalah akan hal ini bagaimana jika nyawa heeseung melayang karena menolong dirinya, tapi heeseung mati elit karena menolong wanita cantik sepertinya.
"Heeseung bangun" ucap Sheila sambil terisak.
"Plis Seung meskipun lo mati sekarang tapi mati Lo elit kok karena Lo nolongin wanita cantik kek gue, meskipun gitu gue belum siap kehilangan obat darah rendah gue yaitu Lo, plis deh Seung" ucap Sheila yang mengguncang badan heeseung dengan bruntal.
Hasilnya masih sama, Sheila mulai putus asa ia pun menundukkan kepalanya, dengan perasaan yang mendalam ia merasa bersalah akan hal ini.
Heeseung mulai tersenyum tipis dan membuka sebelah matanya menatap Sheila yang berjongkok disampingnya sambil menangis, jujur saja ia hanya berpura-pura pingsan, dan ucapan Sheila tadi ia mendengarnya.
Tangan heeseung terangkat untuk menyingkirkan surai Sheila yang berantakan dan menutupi wajah gadis itu.
Setelah disingkirkan heeseung melihat dengan jelas wajah Sheila yang memerah hidungnya yang mengeluarkan ingus karena menangis, namun tidak banyak berubah gadis itu masih cantik seperti biasanya.
Awalnya Sheila tidak perduli dengan rambutnya yang tersingkir dari depan wajahnya ia berpikir itu adalah angin, namun setelah mengamatinya ternyata yang menyingkirkan adalah sebuah tangan, pikiran negatif mulai beraksi, apa itu arwah heeseung yang mendatanginya?
"Plis gue minta maaf Lo meninggalkan karena nolongin gue tapi gak gini caranya Lo menunjukkan kesalahan gue, tolong jangan gentayangan in gue" ucap Sheila memohon.
Heeseung yang tadi tersenyum menatap Sheila kini senyumnya berubah.
Heeseung merubah posisinya yang terlentang menjadi duduk, Sheila yang tadi menunduk memohon kini mengangkat kepalanya dan melototkan matanya ke arah heeseung.
"Hua! Gue arwah heeseung yang bakal gentayangan in Lo!" Ucap heeseung membuat-buat ekspresi dan suaranya agar terlihat menakutkan.
Bukan takut tapi Sheila malah memukul lengan heeseung dengan keras.
"Aduh! Kok dipukul sih la! Sakit lengan gue!" Pekik heeseung sambil mengelus lengannya yang dipukul oleh Sheila.
"Mana nih arwah heeseung kok malah nyebelin kayak gitu! Gak ada bedanya sama waktu hidup dulu deh!" Ucap Sheila.
Sheila pun berdiri dan melipat kedua tangannya didepan dada sambil menatap heeseung yang masih terduduk di tanah.
"Udah ditolong tapi gak bilang makasih" ucap heeseung.
"Sama-sama" ucap Sheila.
Heeseung pun ikut bangkit dan berdiri didepan Sheila.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen
RomanceSheila gadis judes, galak, pecinta strawberry, dan wakil ketua OSIS, dengan Heeseung badboy, jail, bandel, perokok, dan membuat Sheila darah tinggi setiap hari. Sering sekali bertengkar dan jarang akur, namun keduanya malah terlibat perasaan, hingga...