48. cinta terakhir

165 11 0
                                    

"ini soal Jake"

Sheila diam dan tidak membantah Jay lagi begitu mendengar hal yang berkaitan dengan Jake, sosok pria yang pernah mengisi hatinya.

"Kita ngobrol di balkon?" Ucap Jay menawari gadis yang berada di hadapannya.

Sheila hanya mengangguk, ia ingin cepat mengetahui apa yang akan di katakan jay.

Keduanya pun berjalan menuju balkon yang berada di kamar milik Jay, balkon itu mengarah langsung dengan halaman depan rumah mewah ini.

Keduanya duduk di pembatas balkon, mereka bisa langsung melihat langit malam, terlihat gelap, namun ada bulan dan beberapa bintang yang menghiasi, sehingga langit terlihat indah.

Jay menatap gadis yang duduk di sampingnya, gadis itu menatap binar ke arah langit, ia terlihat sangat cantik di mata Jay.

"Jake ngomong sesuatu ke gue sebelum dia pergi" ucap Jay, ia membuka suara untuk mengalihkan kekagumannya pada gadis itu.

Sheila menatap ke arah Jay, jarak keduanya dekat, manik keduanya pun saling bertabrakan. Jay mati-matian menahan kekagumannya pada Sheila.

"Dia ngomong apa?" Tanya sheila.

Flashback

Jay melangkahkan kaki memasuki ruangan Jake.

Beberapa saat sebelum pergi kesini Jay mendapat kabar dari rumah sakit tentang kondisi sahabatnya itu.

Setelah mendapat kabar, Jay bergegas menuju rumah sakit, ia ingin segera melihat kondisi Jake.

Jay melangkahkan kakinya mendekati ranjang rumah sakitnya, disekitarnya terdapat alat-alat yang menempel pada tubuh Jake, bunyi alat-alat itu memenuhi isi ruangan.

Jake terbaring lemah disana, untuk melihat kehadiran Jay ia hanya melirik matanya ke arah pria itu.

"Jay" gumam Jake yang dapat di dengar oleh Jay.

"Lo sadar? Kenapa Lo gak ngomong ke gue?" Ucap Jay menatap ke arah sahabatnya dengan tatapan sedih.

Jake hanya tersenyum kecil,"ngomong apa?" Tanyanya dengan nada lirih.

"Ngomong kalo Lo punya penyakit berbahaya, gue bisa bantu Lo berobat, atau Lo mau berobat sekarang? Kemana? Australia? Amerika? Atau kemanapun Lo mau" ucap Jay.

"Jay"
"Gue masih punya uang buat berobat ke sana, gue gak bilang karena gue takut buat Lo sama yang lainnya kepikiran" ucap Jake.

"Justru karena Lo gak bilang kita malah banyak pikiran Jake" ucap Jay.

"Maaf ya" ucap Jake.

Jay menundukkan kepalanya dan mengangguk pelan.

"Jay"

Jay menatap ke arah Jake yang memanggilnya itu.

"Gue mau kalian berlima terus bersahabat, kalian harus tetap saling melengkapi, tanpa gue" ucap Jake.

Jay menggangguk,"itu pasti, tapi kita juga butuh Lo" ucap Jay.

"Gue yakin kalian pasti bisa" ucap Jake.
"Dan gue mau ketemu heeseung, boleh? Dia dimana?" Tanya jake.

"Heeseung lagi jagain Sheila" ucap Jay.

"Sheila?"

"Dia sakit, mungkin dia shock dan belum bisa menerima keadaan Lo, padahal dia udah lama tau karena dia pacar Lo, mungkin dia belum menerima aja sih kayaknya" ucap Jay.

"Berarti kalian udah tau hubungan kita?" Tanya Jake, ia menatap Jay dengan mata yang sayu, itu karena ia memaksa untuk membuat matanya yang terasa sangat berat.

Jay kembali menganggukkan kepalanya.

"Tapi sekarang gak lagi Jay, gue masih sayang sama dia, gue cinta dia, sekarang dia adalah wanita yang gue cinta sampai gue mati, dia first love gue, dia juga orang terakhir gue cintai" ucap Jake.

"Ia gue paham, Lo akan selamanya cinta dia" ucap Jay.

Jake menggangguk lemah,"gue mau dia bahagia bersama orang yang bisa mencintainya lebih dari gue" ucap Jake.
"Gue melihat sosok itu pada heeseung, kalo gue mati, gue mau Lo terus memantau hubungan mereka, gue mau Lo memastikan mereka saling bahagia dan melengkapi" lanjutnya.

"Iya, gue janji, gue pastikan Sheila bahagia sama heeseung" ucap Jay.

Jake tersenyum,"makasih" ucapnya lirih.

"Gue juga mau ngasih tau"
"Silva, dia suka Lo" ucap Jay.

Jake sedikit terkejut dengan apa yang Jay ucapkan, namun ia pun tersenyum.

"Gue mau Lo sampaikan ke dia, maaf tapi gue cinta sama Sheila, dia wanita yang paling geu cintai setelah mami gue" ucap Jake.

Jay menggangguk.

"Lo janji ya Jay? Gue mau pergi dengan tenang" ucap Jake.

"Iya gue janji" ucap Jay.

Jake hanya tersenyum ke arah sahabatnya itu, meskipun senyumnya terlihat tulus, tapi Jay bisa merasakan betapa perihnya senyuman itu, Jay tidak melewatkan apa yang ada dihadapannya, sosok sahabat yang selalu ada untuknya, selalu mensuport dirinya, mungkin saja senyuman ini dan obrolan tadi adalah momen terakhir mereka.

Ponsel milik Jay berbunyi, ternyata itu panggilan dari ayahnya, terpaksa ia pamit kepada Jake untuk pergi.

Flassofff

"Gak berselang lama gue pergi buat menemui papa gue, heeseung nelpon gue, dia ngasih tau gue kalo Jake udah gak ada" lanjut Jay.

Sheila menangis mendengar cerita Jay, ia masih belum bisa melupakan sosok Jake, apalagi yang Jake ucapakan kepada Jay.

Jake adalah pria yang sangat mencintainya, bahkan menjadikan ia wanita yang dicintai sampai mati.

Jay mengelus punggung Sheila, ia menarik gadis itu dan membawa kedekapannya, membiarkan gadis itu menumpahkan air matanya disana.

Dibawah langit malam yang diterangi oleh bulan, dan dihiasi oleh bintang, Sheila menangis sejadi-jadinya.











































































































































































































































































































TBC

strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang