44. takut

177 12 0
                                    

Brak!
































Ketiganya menoleh ke arah belakang, dimana suara itu berasal.

Heeseung hanya menyengir ke arah ketiga sahabatnya itu, sedangkan Sheila menggelengkan kepalanya sambil menenteng kresek berisi makanan.

Ketiganya bernapas lega saat mengetahui bahwa bunyi suara itu berasal dari heeseung yang menabrak tong sampah.

"Kurang ajar Lo Seung" ucap sunghoon kepada heeseung.

Heeseung hanya menyengir sambil yang berjalan mendatangi ketiga sahabatnya itu, bersama dengan Sheila.

"Lakik kok kagetan sih" ucap heeseung mengejek sunghoon.

"Lakik juga manusia" ucap sunghoon dengan kesal.

Heeseung hanya terkekeh melihat sunghoon yang ngambek seperti gadis yang sedang datang bulan.

"Kalian tadi ngomongin apa sih?" Tanya Sheila saat berdiri di samping Silva, dan melontarkan pertanyaan itu kepada gadis disampaikannya.

"Itu si sunghoon heboh banget, katanya lihat hantu" ucap Silva dengan nada kesal.

"Gue gak bilang hantu ya! Tapi tadi ada cewek misterius lewat" ucap sunghoon yang tidak terima dengan ucapan Silva.

"Hah? Siapa?" Tanya heeseung yang penasaran dengan gadis yang mereka maksud itu.

"Ya mana gue tau, orangnya aja misterius kayak gitu" ucap sunghoon kepada heeseung.

"Anggota OSIS?" Tanya Sheila kepada Jay.

Jay menggeleng-gelengkan kepalanya,"anggota OSIS dan siswa siswi lainnya harusnya udah pulang, bahkan guru sekalipun" ucap Jay.

"Berarti di sekolahan sisa kita?" Tanya heeseung.

Jay kembali mengganggukkan kepalanya.

"Sebenarnya gue berasa jadi pemilik sekolah sih kalo sepi kayak gini, tapi gue takut juga, hawanya angker" ucap sunghoon.

Sheila dan Silva menggangguk menyetujui ucapan sunghoon.

"Gak orang suruhan bokap Lo Jay?" Tanya Sheila kepada Jay.

"Bener tuh, siapa tau bokap Lo nyuruh orang kesini" ucap Silva.

"Mustahil, bokap gue pasti sibuk ngurus perusahaan, dia gak ada waktu buat ngurus sekolah" ucap Jay.

Nino, ayah Jay, adalah pemilik sekolah ini, meskipun begitu sikap Nino kepada anak tunggalnya sangat tegas, bahkan Nino kelewat tegasnya, pria itu selalu profesional, salah satu buktinya, ketika ia tidak menyetujui protes Jay tentang pengunduran agar aniversary sekolah.

Meskipun ayahnya pemilik sekolah, Jay tidak bersikap semena-mena, ia tetap bersikap seperti siswa biasa dan tidak ingin dispecialkan, itulah mengapa sebelum ia jadi ketua OSIS, Jake yang menjadi ketua OSIS karena sikap Jake yang terlihat bijak, tegas, juga ia orang yang cerdas.

"Kita cek yuk! Gue takutnya dia punya rencana ngerusak acara nanti lusa" ucap Jay yang khawatir dengan acara kedepannya takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Tapi gue agak takut sih kalo dia macam-macam gitu" ucap Silva.

"Gak akan, kalo dia macam-macam bakalan gue tebas pake golok pak Wisnu" ucap sunghoon.

Keempat sahabatnya hanya bisa terkekeh melihat sunghoon yang tadinya ketakutan sekarang bersikap si pemberani, apalagi ia menyebut golok pak Wisnu, yaitu tukang kebun di sekolah mereka.

"Ayo deh kita cek!" Ajak heeseung kepada para sahabatnya itu.

Mereka pun berjalan bersama-sama menuju aula, sekalian mereka kembali berlatih.

Silva memegangi lengan Sheila karena ketakutan, Heeseung memimpin jalan, Jay dan sunghoon berada di belakang kedua gadis itu.

Mereka sudah sampai didepan pintu aula yang sedikit terbuka.

Heeseung melangkahkan kakinya untuk mendekati pintu aula itu dan mengintip keadaan didalam aula.

Silva merapatkan pegangannya di lengan Sheila, Jay dan sunghoon ikut mendekati pintu aula.

Heeseung membuka lebar pintu itu sehingga mereka bisa melihat ke ada aula.

"Kosong" ucap heeseung kepada para sahabatnya.

"Tapi ada orang tadi jalan ke lorong yang mengarah ke sini" ucap sunghoon.

"Sebelum ke aula masih banyak ruang kelas yang kita lewati, siapa tau dia masuk ke salah satu kelas buat ngambil barangnya yang ketinggalan" celetuk Sheila kepada mereka.

"Bisa jadi sih" ucap Jay menyetujui ucapan Sheila.

Silva berteriak saat penglihatan menjadi gelap gulita, begitu pula dengan mereka yang ikut memekik karena terkejut.

Sheila menatap ke arah Silva yang memeluk lengannya dengan erat itu, kemudian Sheila menoleh ke arah sunghoon yang juga memeluk lengannya dengan erat.

"Bokap Lo gak sanggup bayar listrik?" Tanya heeseung kepada Jay.

"Enak aja, bokap gue aja sanggup beli mulut Lo" ucap Jay kepada heeseung.

"Kayaknya mati listrik deh" ucap Sheila.

"Duh gue takut, mana udah makan lagi, gak ada cahaya sedikit pun" ucap Silva yang memeluk lengan Sheila.

"Kita balik aja yuk! Kayaknya ini bakalan lama deh mati listrik nya, percuma kita disini, kita gak bisa latihan" ucap heeseung.

"Bener juga sih" ucap Jay.

"Yaudah ayo" ucap Sheila.

Mereka pun mulai berjalan menjauhi aula untuk mencari jalan keluar dari gedung.

Mereka sedikit kesusahan karena keadaan yang gelap gulita membuat mereka tidak bisa melihat sesuatu dengan jelas.

Sheila sedikit risih karena kedua lengannya yang di peluk oleh sunghoon dan Silva, itu cukup membatasi pergerakannya.

























































































































































































































TBC

strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang