22. luka

240 20 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 9 malam, langit-langit gelap hanya diterangi bulan dan bintang-bintang.

Seorang gadis sedang belajar dimeja belajarnya lebih tepatnya gadis itu sedang membaca buku yang berada dihadapannya, gadis itu adalah sheila.

Tok tok

Sheila merasa terganggu saat ada yang mengetok pintu rumahnya.

"Siapa sih malam-malam gini datang" ucap Sheila dengan kesal dan beranjak dari tempat duduknya.

Sheila menuruni tangga namun ketika kakinya menginjak lantai bawah Sheila menghentikan langkahnya.

"Jangan-jangan itu hantu atau maling ya" ucap Sheila yang overthingking.

Tok tok

"Duh masih ngetok pintu lagi, gue harus bertindak" ucap Sheila.

Sheila pun celingak-celinguk mencari barang yang bisa ia gunakan untuk melindungi diri jikalau itu orang yang berniat jahat, jikalau hantu? Sheila hanya bisa mengandalkan doa-doa yang ia hapal.

Netra Sheila menangkap sebuah raket nyamuk yang berada di sofa, Sheila berjalan menuju sofa dan mengambil raket itu lalu ia berjalan ke arah pintu.

Tok tok

Sheila mulai waspada ia berusaha menetralkan jantungnya yang berdetak kencang, tangannya menarik knop pintu lalu membukanya dengan perlahan-lahan.

Sheila menatap ke bawah dimana ada kaki yang mengenakan sepatu itu berarti yang berada di hadapannya bukan hantu tetapi manusia, Sheila pun memukul orang tersebut dengan raket nyamuk yang ia bawa.

"Mau apa Lo hah!" Ucap Sheila yang memukul orang itu dengan bruntal.

"Apaan sih Lo! Berhenti gak! Sheila! Woy menyan!" Teriak orang itu saat Sheila memukulinya dengan raket nyamuk.

Sheila mengehentikan aksinya saat mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan orang itu, Sheila mengenal orang itu.

"Heeseung" ucap Sheila kepada orang yang berada dihadapannya.

Heeseung memegang batang hidungnya yang mancung,"gara-gara Lo nih hidung gue berdarah" ucap heeseung sambil menunjuk hidungnya yang berdarah.

Sheila menatap hidung heeseung dan benar saja hidung mancung bak prosotan milik heeseung mengeluarkan darah.

"Duh gimana nih, kok Lo mimisan sih" ucap Sheila yang panik karena ulahnya heeseung mimisan.

Sheila segera menarik tangan heeseung untuk memasuki rumah dan duduk di sofa yang berada disana, tak lupa Sheila menutup pintu terlebih dahulu karena udara di luar yang dingin.

"Lo duduk di sini dulu" ucap Sheila kepada heeseung lalu meninggalkan heeseung disana.

Heeseung masih meringis dan memegangi hidungnya yang terasa perih.

Tak butuh waktu lama Sheila kembali dengan kotak p3k dan tisu yang berada ditangannya, gadis itu duduk disamping heeseung, kebetulan sofa yang mereka duduki itu panjang.

Sheila membuka mengambil tisu dan membuka kotak p3k dan mengambil kapas dari dalamnya, tangannya terulur untuk memegang dagu heeseung dan menarik kepala heeseung sehingga wajah mereka berdekatan dan tanpa sengaja netra mereka saling bertemu.

Heeseung dan Sheila dapat merasakan napas mereka satu sama lain karena jarak diantara mereka yang terbilang dekat, heeseung menatap Sheila yang sibuk mengusap darah yang berada di hidungnya.

Sheila juga menatap heeseung sesekali sehingga netra mereka bertabrakan, ia tahu heeseung sedang mengamati wajahnya namun ia tidak perduli akan hal itu dan masih melanjutkan kegiatannya.

Dara dari hidung heeseung sudah tidak mengalir lagi namun ada luka pada batang hidung heeseung, Sheila pun mengambil plester dan Betadine yang berada di kotak p3k, Sheila mulai menaruh Betadine ke kapas dan menempelkan kapas itu ke batang hidung heeseung yang terluka itu.

"Awww" rintih heeseung yang merasakan perih.

"Sorry" ucap Sheila dan masih lanjut menempelkan kapas itu ke hidung heeseung tanpa memperdulikan rintihan pria itu.

Sheila menaruh kapas itu dan mengambil plester ia mendekatkan wajahnya pada wajah heeseung untuk menempelkan plester itu.

Heeseung memejamkan matanya, Sheila menatap lekat wajah heeseung sebelum menempelkan plester yang berada ditangannya, wajah heeseung terlihat sangat damai mata rusanya tidak terlihat jika pria itu memejamkan mata, padahal yang paling membuat heeseung menarik dimatanya adalah mata rusa yang dimiliki pria itu, tunggu apa? Menarik?

Merasa tak ada sentuhan sama sekali heeseung pun membuka matanya tiba-tiba, Sheila pun terkejut dan hampir terjungkal namun heeseung dengan sigap menahan pinggangnya.

Mata rusa milik heeseung bertemu dengan hazel cerah milik Sheila, jantung keduanya berdetak lebih kencang.

"Gue pasangin plesternya" ucap Sheila yang agak canggung kepada heeseung.

Tanpa melepas tangannya dari pinggang Sheila heeseung memejamkan matanya dan menunggu plester itu menempel pada batang hidungnya.

Dengan hati-hati Sheila menempelkan plester itu dan akhirnya plester itu menempel sempurna pada batang hidung heeseung, heeseung membuka matanya sehingga netra keduanya kembali bertabrakan.

Meskipun kegiatan mereka sudah selesai namun keduanya masih enggan untuk memutus kontak mata mereka dan menjauh bahkan tangan heeseung masih setia menempel pada pinggang ramping milik Sheila.


Brak




















































































TBC

strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang