10. hubungan?

252 23 0
                                    

Jake tidak langsung berbicara dengan Sheila, ia diam sebentar untuk mencari kalimat yang tepat di awal pembicaraan, hingga beberapa saat tercipta hening di antara mereka.

"Gue mau minta maaf soal kemarin" ucap Jake.

Sheila yang tadinya membuang muka kini menatap Jake yang duduk di sampingnya sambil menatap nya.

"Kemarin yang mana?" Tanya Sheila dengan nada judes.

"Lo yang paling sendirian sampai ngalamin musibah" ucap Jake.

"Udah gue maafin" ucap Sheila sambil menatap lurus kedepan, berbeda dengan Jake yang senantiasa menatap dirinya dari samping.

"Kok kayak marah gitu?"

"Emang gini"

"Shel, gue beneran minta maaf" ucap Jake memohon.

"Minta maaf buat apa lagi?"

"Buat-"

"Jak gue udah muak sama kata maaf dari Lo" ucap Sheila memotong ucapan Jake.

Jake mengernyitkan alisnya dan menatap Sheila dengan tatapan serius, Sheila pun kini juga mental Jake dengan tatapan yang sama.

"Tapi gue-"

"Gue beneran minta maaf?"

Jake bungkan dengan ucapan Sheila.

"Itukan yang mau Lo ucapin? Minta maaf terus, gue sekarang apa dimata Lo? Kita udah berakhir tapi Lo pernah janji sama gue buat tetap jadiin gue satu-satunya, tapi sekarang?" Ucap Sheila yang marah terhadap Jake.

"Tapi urusan kemarin penting" ucap Jake.

"Penting? Lo selalu ngancurin hati gue, Lo masih mikirin gak kalau gue ini penting?" Sarkas Sheila.

Jake tidak berani menatap Sheila yang menatapnya marah, ia tidak tega melihat mata Sheila yang mengeluarkan cairan bening, itu adalah air mata Sheila, sekarang gadia dihadapannya itu menangis.

"Jake asal Lo tau, gue rela diajak putus sama Lo demi jabatan Lo sebagai ketua OSIS, dan kita menjalin hubungan sebagai sahabat, tapi gue bodoh ya mana ada orang yang masih mau sahabat sama mantan dan kembali seolah-olah dulu mereka gak pernah punya hubungan apa-apa" ucap Sheila yang kini sudah terisak.

Sheila mengusap air matanya yang menbahasahi pipinya.

"Kita udah gak ada apa-apa, dan stop anggap gue special lagi karena gue tau dihati Lo usaha ada orang lain" ucap Sheila.

Jake kini mengangkat kepalanya dan menatap Sheila, terlihat mata gadis itu yang memerah saat manik mereka bertemu.

"Gue gak mau" ucap Jake sambil berusaha memegangi kedua tangan Sheila namun tidak berhasil karena sheila menepis tangan Jake.

"Stop Jake gue gak bahagia sama Lo" ucap Sheila.

"Tapi gue bahagia sama Lo" ucap Jake.

"Lo gak boleh egois ini demi gue demi Lo juga" ucap Sheila.

"Tapi-"

"GUE BILANG KALAU GUE UDHA GAK MAU SAMA LO! KITA UDAH GAK ADA APA-APA DAN JANGAN DEKETIN GUE!" Ucap Sheila meneriaki jake.

Jake menatap Sheila dalam, jauh di lubuk hati Jake masih ada rasa cinta yang pernah ia berikan kepada gadis itu bahkan sampai sekarang pun perasaan itu tetap sama.

"Pergi Lo dari rumah gue" ucap Sheila sambil terisak.

Jake paham jika ia berbicara dengan sheila pada situasi saat ini, pasti tidak akan membuat Sheka memaafkannya.

Jake pun beranjak dari duduknya dan meninggalkan Sheila yang masih terisak.

Sheila menatap punggung Jake yang menghilang dibalik pintu.

"Bahkan saat ini pun Lo gak bujuk gue lagi Jake" ucap Sheila sambil terisak.

Sheila menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menahan suara tangisannya, lebih tepatnya ia menangis diam-diam.













































Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, suasana malam heir semakin dingin, namun dingin malam bukan apa-apa bagi Sheila yang sedang merasakan hancur.

Gadis itu masih menangis di ruang tamu, padahal kepergian Jake sudah hampir satu jam yang lalu, namun dirinya masih saja terisak, bahkan belum ada tanda-tanda tangisannya akan berhenti.

"La" ucap heeseung yang baru saja membuat pintu.

Heeseung melihat Sheila yang duduk menangis di sofa yang letaknya tak jauh darinya, heeseung pun khawatir lalu ia berjalan menuju ke arah Sheila dengan buru-buru.

Heeseung memegangi pundak sheila membuat Sheila menoleh ke arahnya, heeseung terkejut melihat wajah dan mata Sheila yang memerah tidak lupa dengan hidung gadis itu yang sembab.

Sheila pun memeluk heeseung, heeseung semakin terkejut dirinya ingin protes namun ini bukan saat yang tepat.

"Lo kenapa nangis?" Tanya heeseung kepad sheila yang berada di pelukannya.

Sheila tidak menjawab malah menyembunyikan wajahnya di dada bidang heeseung.

"Lo boleh nangis sepuasnya dipelukan gue, tapi lo haru cerita sama gue nanti ya?"

Heeseung pun membalas pelukan Sheila, basah! Heeseung dapat merasakan bahwa kaos yang dikenakannya basah karena air mata Sheila, namun heeseung masih tidak memperdulikan itu.

Entah mengapa heeseung sangat panik melihat Sheila yang menangis seperti ini, biasanya dirinya dan Sheila akan bertengkar, namun ia merasa tidak tega melihat Sheila menangis ini.

"Ulah opet mana lagi ini?" Batin heeseung.




















































TBC

strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang