"Gak mau gitu gue" ucap heeseung kepada Sheila.
"Terus mau Lo apa?" Tanya Sheila.
"Nolongin Lo tuh gak gampang, punggung gue rasanya rada sakit nih" ucap heeseung sambil bergerak merenggangkan punggungnya.
"Lo mau gue pijitin?" Tanya Sheila.
"Kalo pijit pembantu gue juga jago" ucap heeseung.
"Lo bandingin gue sama pembantu kebanggaan Lo itu?" Tanya Sheila.
"Ya gak lah, beda pangkat, kecuali kalo Lo memang pembantu gue pasti geu bandingin beneran sih" ucap heeseung.
"CK gak minat gue punya majikan kayak Lo" ucap Sheila.
"Kalo punya suami kek gue minat gak?" Tanya heeseung.
"Gak" ucap Sheila.
"Terus Lo minatnya gue jadi apa Lo?" Tanya heeseung.
"Peliharaan" ucap Sheila.
"Dih jelek amat 'peliharaan' lagi" ucap heeseung.
"Daripada Lo jadi suami gue, kalo itu kejadian gue bully Lo setiap hari" ucap Sheila.
"Gue juga bakal main setiap hari" ucap heeseung tidak mau kalah.
"Bruntal bener bang" ucap Sheila.
Dipikiran Sheila ia mulai membayangkan kondisi orang yang akan menjadi istri heeseung suatu saat nanti, setelah ia mendengar ucapan heeseung barusan.
"Udah gak usah di pikirkan gak baik" ucap heeseung meraup wajah Sheila dengan tangannya.
"Apaan sih Lo" ucap Sheila ke arah heeseung.
Sheila merasa was-was bagaimana heeseung bisa tau isi pikirannya, apa heeseung bisa menebak isi pikiran orang lain.
"Lo kok bisa tau isi pikiran gue?" Tanya Sheila.
"Biasalah kelebihan gue" ucap heeseung sambil menyisir rambutnya ke belakang berniat menyombongkan diri.
"Bagus deh Lo punya kelebihan meskipun kelebihan Lo itu gak berguna" ucap Sheila.
"Kata siapa gak berguna?"tanya heeseung.
"Kata gue tuh barusan" ucap Sheila.
"Sumpah la, Lo itu habis ditolong kok gak tau diri sih sekarang malah ngehujat gue, emang gini ya konsekuensinya orang ganteng, apa-apa dihujat" ucap heeseung sambil berpura-pura merenungi nasibnya.
"Daripada menghujat rakyat kurang penting kayak Lo mending gue cebokin anjingnya Jake sih" ucap Sheila.
"Anjingnya yang gak mau di cebokin nenek lampir kayak Lo" ucap heeseung.
"Mending gue nenek lampir anjing gak ada hubungan darah, tapi Lo kakek moyangnya jadi Lo aja deh yang nyebokin" ucap Sheila.
"Gue nikahin Lo biar Lo naik pangkat jadi nenek moyangnya" ucap heeseung.
"Gak minat" ucap sheila.
"Yaudah gue mau minta bayaran sama Lo" ucap heeseung.
"Berapa?"
"Gak butuh duit Lo, nyokap bokap gue juga kaya" ucap heeseung.
"Sombong" ucap Sheila memutar bola matanya malas.
"Biar sama kayak Lo"
"Yaudah sih Lo maunya apa?" Tanah Sheila.
Heeseung pun diam dan melirik ke arah lengan Sheila.
Sheila menjadi tidak nyaman saat heeseung menatap dirinya seperti itu, dirinya pun merapatkan cardigan yang ia kenakan.
"Gue masih mau suci" ucap Sheila.
"Gue gak doyan tepos kayak Lo" ucap heeseung.
"Enak aja, terus Lo maunya apa?" Tanya Sheila yang sudah tidak menggenggam cardigan lagi supaya merapat pada tubuhnya.
Tangan heeseung terangkat dan mengelus lengan Sheila perlahan.
"Cardigan Lo bagus" puji heeseung sambil menatap cardigan itu.
"Oh Lo mau cardigan ini? Buat apa? Mau Lo pake?" Tanya Sheila yang merasa aneh dengan Heeseung, namun ia tidak menepis tangan heeseung.
"Ya gak lah jaket kulit gue lebih nyaman" ucap heeseung.
"Terus Lo maunya apa? Gak jelas Lo dari tadi" ucap Sheila yang mulai hilang kesabaran menghadapi tingkah laku heeseung.
"Gue mau Lo jadi babu gue" ucap heeseung.
Sheila melototkan matanya ke arah heeseung.
"Gimana? Babu!" Tanya Sheila tidak percaya.
Heeseung pun mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya.
"Yang lain" ucap Sheila.
"Ayolah" bujuk heeseung.
"Gak mau gue" ucap Sheila menolak permintaan heeseung.
"Terus Lo maunya apa?" Tanya heeseung.
"Terserah Lo tapi jangan yang aneh-aneh"
Heeseung nampak diam dan melipat tangan didepan dada, dirinya menatap sekitar untuk mencari ide.
"Kalo sekarang gue belum minta, tapi gak tau kedepannya gue mau apa" ucap heeseung yang masih bersedekap dada dan menatap Sheila.
Sheila mengernyitkan dahinya merasa bingung dengan ucapan heeseung.
"Maksudnya?" Tanya Sheila.
Heeseung pun berjalan dan mendekatkan wajahnya didepan wajah sheila.
"Gue anggap Lo maish punya hutang ke gue" ucap heeseung didepan wajah Sheila.
Sheila dapat merasakan deru napas heeseung yang menabrak wajahnya.
Heeseung pun menjauhkan wajahnya dari wajah Sheila, lalu Ia berjalan meninggalkan gadis itu yang berdiri mematung di tempat.
Sheila pun berlari mengejar heeseung yang meninggalkannya.
"Seung anterin gue pulang dong" pinta sheila saat berada di samping heeseung.
Heeseung menoleh ke arah Sheila yang ikut berjalan disampingnya,"kenapa gitu?" Tanya heeseung.
"Gue maish takut nih" ucap Sheila.
Heeseung menatap ke arah depan dan mengangguk tanpa ada niat membalas ucapan sheila.
"Boleh ya Seung?" Pinta sheila.
"Tapi gue jalan kaki" ucap heeseung menoleh ke arah Sheila.
"Lo temenin gue sampai rumah aja kalo gitu" ucap Sheila.
Heeseung pun mengangguk sambil tersenyum tipis ke arah Sheila.
"Makasih" ucap Sheila.
"Ayo buruan ini udah malam" ucap heeseung.
Sheila pun mengangguk.
Keduanya pun berjalan bersama malam itu. bulan, bintang, langit yang gelap, dan benda langit dimalam hari menjadi saksi kisah akur antara Sheila dan heeseung yang sering bertengkar, berbeda dengan malam ini yang keduanya asik bercanda sambil menikmati suasana malam, meskipun Sheila yang masih memakai seragam sekolah, berbeda dengan Heeseung yang memakai pakaian serba hitam.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen
RomanceSheila gadis judes, galak, pecinta strawberry, dan wakil ketua OSIS, dengan Heeseung badboy, jail, bandel, perokok, dan membuat Sheila darah tinggi setiap hari. Sering sekali bertengkar dan jarang akur, namun keduanya malah terlibat perasaan, hingga...