9. PR

272 21 0
                                    

Brum

Moge milik heeseung berhenti disebuah rumah mewah dan minimalis.

Sheila segera turun dari moge heeseung walaupun dia sedikit kesusahan namun akhirnya ia berhasil turun.

"Thanks" ucap Sheila kepada heeseung.

Heeseung tidak menjawab malah langsung menghadap ke depan kembali dan menjalankan motornya meninggalkan Sheila yang masih berdiri menatap kepergiannya.

"Sombong amat tadi aja ngajakin pulang bareng" ucap Sheila.

Sheila membalik badannya untuk memasuki pekarangan rumah.

Brum

Baru saja Sheila ingin membuka pintu utama rumahnya namun hal itu pun ia tunda ketika mendengar suara motor yang tidak asing baginya berhenti dihalaman rumahnya.

Sheila pun menghampiri orang yang masih diatas motor tersebut.

"Kenapa lagi Lo?" Tanya Sheila kepada heeseung yang masih di atas motor.

"Gue minta contekan fisika" ucap heeseung.

"Kenapa gitu?" Tanya Sheila dengan judes.

"Gue udah nganterin Lo pulang woy" ucap heeseung.

"Oh, jadi Lo gak ikhlas?" Tanya Sheila.

Heeseung pun menggelengkan kepalanya yang masih mengenakan helm.

"Dugem ajg" umpat Sheila kepada heeseung.

"Gue udah tobat anjir, gue gak dugem lagi" ucap heeseung.

"Apa iyah?" Tanya Sheila yang tidak percaya.

"Lo gak percaya?"

Sheila menggelengkan kepalanya.

"Dengerin ya menyan mau ku percaya atau gak bukan urusan gue" ucap heeseung.

"Kalo gak ada urusannya sama gue kenapa Lo bilang gitu tadi?" Tanya Sheila.

"Bilang apa?"

"Geu udah gak dugem"

"Oh ternyata Sheila gadis yang dicap baik ini pernah dugem dulu" ucap heeseung sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sheila pun melototkan matanya ke arah heeseung,"eh gak ya gue cuma niru ucapan Lo" ucap Sheila.

"Gak udah malu-malu kapan-kapan kita dugem bareng" ucap heeseung.

"Serah Lo deh"

"Yaudah buruan" ucap heeseung.

"Buruan apanya?"

"Fisika"

"Ntar malam aja Lo datang, gue juga belum ngerjain" ucap Sheila.

"Tapi Lo buatin gue martabak manis ya" ucap heeseung.

"Udah datang minta contekan, riques makanan lagi" ucap Sheila menyindir heeseung.

"Sedekah"

"Iya kan Lo fakir miskin"

"Sembrono mulut Lo, harta gue gak akan habis tujuh turunan"

"Masa sih"

"Gak percaya? Ayo buat keturunan sama gue"

Sheila pun menonyor kepala heeseung yang masih mengenakan helm itu, sedangkan oknum yang di tonyor malah tertawa dibalik helm yang dikenakannya.

"Udah deh gue pulang dulu, bye" ucap heeseung lalu menyalakan mesin motornya dan menjalankannya  meninggalkan Sheila yang mengumpat i dirinya.

"Dih, amit-amit anak geu ternodai ntar punya bapak kayak dia" ucap Sheila sambil bergidik ngeri.

Sheila menatap heeseung yang pergi dengan tatapan geli ketika mendengar heeseung yang mengajaknya membuat keturunan.






















































Jam menunjukkan pukul 7 malam, dimana langit-langit sudah gelap, matahari pun kini berhenti bulan, awan cerah yang indah kini menjadi awan yang gelap yang dihiasi oleh bintang-bintang dan benda langit lainnya yang bersinar malam ini.

Sheila gadis itu duduk di meja belajarnya yang berada di depan jendela sehingga kegiatan belajarnya tidak membosankan karena ia bisa sesekali menatap bintang-bintang malam ini.

Jari-jari lentik milik sheila menggerakkan pulpen yang ia kenakan untuk mencatat di atas kertas.

Tok tok

Atensi Sheila kini beralih dari buku yang berada dihadapannya, kini gadis itu beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.

Sheila harus membuka pintu itu sendiri karena dirinya sedang sendirian dirumah, kedua orang tuanya sedang mengurus pekerjaan diluar kota, dan untuk menyewa seorang pembantu Sheila tidak setuju karena ia pikir akan aneh rasanya bila dirumah ada orang asing.

Tok tok

"Iya sebentar!" Teriak Sheila sambil menuruni tangga rumahnya.

Sheila terlihat sangat emosi dan siap menjambak oknum yang mengetok pintu rumahnya dengan bruntal itu, karena Shila tau itu pasti heeseung.

Tok to-

"Ben-"

Ucap Sheila terpotong kala membuka pintu dan melihat siapa yang datang dimalam ini, itu adalah Jake yang berisi diambang pintu dengan senyuman yang terlihat di wajah tampannya.

"Ngapain Lo kesini?" Ucap Sheila dengan nada judes.

"Gue mau ngomong sama Lo" ucap Jake.

"Gue rasa kita gak ada urusan hari ini" ucap Sheila.

"Tapi bagu gue ada"

"Terserah, gak penting" ucap Sheila yang akan menutup kembali pintunya.

"Dengerin gue dulu" ucap Sheila.

"Cepetan" ucap Sheila yang kembali membuka pintu.

"Kita keluar"

"Gue gak bisa, kalo Lo mau ngomong langsung disini"

"Hal penting dan harus di omongin baik-baik" ucap Jake.

Sheila pun peka dan langsung mempersilahkan Jake memasuki rumahnya.

Jake pun tersenyum ke arah sheila meskipun Sheila tidak membalas senyumnya.

Jake berjalan terlebih dahulu untuk duduk di sofa ruang tamu baru Sheila yang mengekorinya.

Sheila memilih untuk duduk di samping Jake, sehingga jarak keduanya tidak terlalu jauh, Jake tidak keberatan akan hal itu, toh ini juga rumahnya Sheila bukan rumahnya.






































TBC

strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang