18. berbeda

234 16 0
                                    

Brum

Motor milih heeseung berhenti di halaman rumah Sheila, Sheila yang berada di boncengan heeseung pun segera turun dari motor.

Sheila membalik badan melihat ke arah heeseung yang tidak mengenakkan helm, rambut dan kaos putih yang dipakai heeseung terlihat lepek dan masih sedikit basah karena tadi hujan-hujanan.

Sheila tidak bisa membayangkan rasa dingin yang dirasakan heeseung, pasti heeseung sangat kedinginan karena tidak menggunakan jaket atau mengganti pakaiannya yang basah dan dingin itu.

"Gak mau mampir?" Tanya Sheila kepada heeseung.

Heeseung menggelengkan kepalanya sambil menatap Sheila.

"Tapi baju Lo basah, mampir dulu aja" ucap Sheila memaksa heeseung.

"Kalau gue mampir malah kebablasan nginep lagi, sekarang aja jam berapa coba" ucap heeseung.

Sheila melirik jam yang tertera pada ponselnya, ini sudah pukul 1 pagi.

"Astaga!" pekik Sheila.

"Tuh kan kita keluarnya lama tadi" ucap heeseung.

Sheila menoleh ke arah heeseung,"tapikan baju Lo basah, ntar Lo masuk angin"

Dengan jail heeseung pun mencolek hidung mancung Sheila,"cie perhatian" goda heeseung.

"Gue cuma kasihan aja ngelihat Lo basah kuyup karena keluar malam ini sama gue" ucap Sheila.

"Ingat ya seorang heeseung tidak perlu dikasihani" ucap heeseung.

"Dih, kalo Lo dikejar janda gue gak mau nolongin" ucap Sheila.

"Gapapa ntar gue nikahin tuh jandanya satu persatu" ucap heeseung.

"Dih buaya" ucap Sheila.

"Siapa itu? Oh iya kerabat ku" ucap heeseung.

"Sadar diri Lo ternyata" ucap Sheila.

"Dari pada Lo terlalu percaya diri"

"Gapapa lah gue mah netral aja sih ya, kan gue cantik nih banyak yang suka"

"Dari banyaknya yang suka Lo salah satunya bukan gue"

"Gak butuh disukai orang kayak Lo"

"Disukai kembarannya heeseung enhypen gak mau"

"Heeseung gak punya kembaran model bakwan kek Lo"

"Asal Lo tau ya nama kita aja udah kembar tuh HEESEUNG"

"Cuma kebetulan"

"Gak ada yang kebetulan"

"Ada"

"Apa buktinya?"

"Lo"

"Berarti gue kalo nikah sama Lo juga kebetulan"

"Kok Lo nglatur sih sampai mimli nikah sama gue"

"Emangnya kalo nikah sama gue gak mau?" Ucap heeseung menyisir rambutnya yang basah kebelakang sambil mengedipkan sebelah matanya pada sheila.

Sheila bergidik ngeri pada heeseung,"dasar ya Lo t-"

Sheila hendak melayangkan sebuah pukulan pada heeseung, namun...










Duar








Bukannya memukul, Sheila justru memeluk lengan heeseung dengan kuat saat mendengar bunyi petir itu.

Heeseung yang masih terduduk di motor pun hampir terjungkal karena Sheila yang memeluknya tiba-tiba dan pelukan itu juga sangat kuat.

Sheila memejamkan matanya sambil memeluk lengan heeseung, bisa dilihat bahwa gadis itu sedang ketakutan sekarang ini, heeseung melirik ke keberadaan Sheila yang berada disamping badannya dan memeluk lengannya itu.

Terukir senyum tipis pada bibir heeseung, dia merasa senang karena melihat gadis yang membuatnya merasakan gejolak yang berbeda belakangan ini, memeluk lengannya itu.

"Dih Seung gue takut" ucap Sheila yang masih memeluk lengan heeseung bahkan masih memejamkan matanya.

Heeseung terkekeh dirinya tertawa kecil tanpa mengeluarkan suara.

Tangan heeseung mulai menuju surai milik Sheila dan mengelus surai itu saat tangannya berhasil menyentuhnya.

Meskipun hanya diusap bahkan sedikit lepek tetapi aroma strawberry dari rambut Sheila masih tercium olehnya.

"Udah gue usir petirnya" ucap heeseung kepada Sheila.

Sheila pun membuka matanya namun belum melepas pelukannya pada lengan heeseung.

"Gue pengen pulang" rintih Sheila.

"Bangun woy, ini udah di rumah Lo" ucap heeseung menyentil dahi Sheila.

Sheila pun melepas pelukannya kepada heeseung dan mengelus dahinya yang terasa sakit karena sentilan jari heeseung.

"Jidat gue lecet entar" ucap Sheila.

Heeseung terkekeh dan melihat Sheila dengan tatapan yang dalam, Sheila yang mengelus dahinya itu kini menatap ke arah heeseung dan berhasil memergoki heeseung yang menatapnya.

Sudah tertangkap basah, dengan berusaha menutupi apa yang ia perbuat barusan heeseung mencoba menatap ke arah lain alias membuang mukanya setelah Sheila menatapnya.

Sheila menurunkan tangannya dari atas dahi, lalu maju beberapa langkah mendekati heeseung.

"Ngapain tadi ngelihatin gue" ucap Sheila kepada heeseung.

Heeseung pun menoleh ke arah Sheila,"dih kepedean ngapain gue ngelihatin spesies kuda kayak Lo"

"Enak aja gue dipanggil kuda" ucap Sheila yang merasa kesal.

"Ya gapapa dong, biar nanti gue bisa naikin" ucap heeseung sambil menunjuk smirknya dan menaik turunkan alisnya ke arah Sheila.

Sheila yang awalnya ngelag dan berusaha mencerna ucapan heeseung pun kini ia paham dan melototkan matanya ke arah heeseung.

"Mesum Lo" ucap Sheila memukuli lengan heeseung.

"Aw" heeseung meringis saat Sheila memukul lengannya, padahal pukulan itu tidak terasa dirinya hanya ingin mengerjai Sheila.

Sheila pun berhenti memukuli lengan heeseung namun ia masih menatap heeseung dengan tatapan sengit.

"Udah jangan dipukul lagi, gue mau pulang nih" ucap heeseung.

"Yaudah pulang aja" ucap Sheila dengan nada judes.

"Gitu doang?" Tanya heeseung.

"Terus apa?"

"Makasih kek"

"Sama-sama"

Heeseung ingin mengajak Sheila adu bacot lagi, namun mengingat hari yang mulai larut bahkan sudah memasuki jam pagi heeseung mengurung niatnya itu, dan memilih menyalakan motornya meninggalkan Sheila yang masih berdiri dan memerhatikan kepergiannya.

"Kok gue ngerasa ada yang berbeda ya saat di sampingnya" ?




















































TBC

strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang