41. surat

169 12 0
                                    

Malam hari, Silva berada di halaman rumah Sheila, sejujurnya gadis itu malu untuk datang ke sini, namun ia harus bertemu dengan Sheila untuk menyerahkan surat dan bunga mawar yang berada di tangannya itu.

Perlahan Silva melangkahkan kakinya mendekati teras rumah minimalis itu, meskipun berat namun tangannya tetap terulur untuk menekan bell rumah tersebut.

Tak berselang lama pintu itu dibuka menampilkan sosok gadis cantik yang kini menatap Silva , pandangan keduanya bertemu, namun dengan cepat Silva memutus kontak mata mereka.

"Ada sesuatu yang penting yang harus gue kasih tau ke Lo" ucap Silva kepada Sheila.

Sheila mengangguk, lalu membuka pintu lebih lebar lagi supaya Silva bisa masuk ke dalam rumah.

Sheila menutup pintu lalu berjalan terlebih dahulu diikuti Silva, menuju ke arah sofa yang berada di sana.

Keduanya duduk di sofa panjang, namun mereka memberikan jarak sehingga tidak duduk berdempetan.

"Lo mau minum apa?" Tanya Sheila kepada Silva dengan nada yang canggung.

"Gak usah, gue mau langsung ke intinya" ucap Silva.

Sheila mengangguk lalu membiarkan Silva memulai pembicaraan.

Silva meletakkan surat dan bunga mawar yang berada di tangannya itu ke meja didepan keduanya.

Entah sejak kapan tapi Sheila tidak menyadari bahwa Silva datang dengan membawa surat dan bunga mawar.

Sheila menatap ke arah Silva dengan penuh pertanyaan, Silva yang paham pun mulai menjelaskan kepada gadis yang berada di hadapannya.

"Ini dari Jake, perawat di rumah sakit nemuin ini di jaket Jake dan ngasih ke gue, tapi sorry ya gue buka suratnya karena gue penasaran surat itu buat siapa, dan ternyata surat itu buat Lo" ucap Silva kepada Sheila.

Sheila mengangguk kepada sahabatnya itu,"makasih Lo udah mau ngasih surat ini ke gue" ucap Sheila di tambah senyuman di akhir kalimat yang ia ucapkan.

Silva hanya mengangguk tanpa senyum,"gue pulang dulu" ucap Silva.

Silva beranjak dari duduknya dan ingin berjalan pergi, namun pergerakannya dihentikan oleh Sheila yang menahan pergelangan tangannya, hal itu membuat Silva menoleh ke arah Sheila.

"Gue pengen Lo disini, gue terpuruk dan begitu juga dengan Lo, sil gue mau kita sahabatan terus disaat susah maupun seneng" ucap Sheila kepada Silva, bahkan mata gadis itu kini mulai berkaca-kaca.

Silva menjadi tidak tega melihat gadis dihadapannya itu, sebenarnya ia juga ingin meminta maaf kepada Sheila, namun karena gengsinya yang terlalu tinggi jadi ia tidak berani.

"Gue mohon ya sil?" Ucap Sheila kepada Silva yang sedang melamun.

Mungkin ini kesempatan untuknya jadi Silva mengangguk dan menyetujui ucapan Sheila untuk berada disini.

Sheila pun dengan senang menatap ke arah Silva yang kembali duduk di sampingnya.

"Maaf ya sil, Lo bener karena gue Jake kecelakaan" ucap Sheila yang mulai terisak.

"Lo ngomong apaan sih shel, gak ada ya kek gitu, ini semua memang takdir, dan gue juga minta maaf karena ngomong kayak gitu ke Lo" ucap Silva kepada Sheila.

Silva mulai memeluk sahabatnya yang sedang menangis itu, Sheila membalas pelukan hangat yang di berikan oleh Silva.

"Sekarang gue ngerasa bersalah, Lo mau kan maafin gue?" Tanya Silva kepada Sheila.

Didalam dekapan Silva, Sheila mengangguk-angguk kepalanya.

Kini persahabatan keduanya sudah membaik karena keduanya saling membutuhkan satu sama lain, meskipun Silva gengsian namun ia memiliki sahabat yang mau mengalah dan paham akan situasinya seperti Sheila.

Keduanya melepas pelukan dan saling menatap satu sama lain, juga saling melempar senyuman.

Sheila mengusap air mata yang membasahi wajahnya, semenjak kepergian Jake ia merasa mudah sekali menangis, mungkin karena masih terlarut dalam kesedihan.

"Lo baca deh surat itu, gue pengen tau reaksi Lo" perintah Silva kepada Sheila.

Sheila pun mengangguk lalu mengambil surat dan setangkai bunga mawar berwarna pink yang berada di meja dihadapannya.

Sebelum membuka surat itu, Sheila menoleh sekilas ke arah Silva yang berada di sampingnya, Silva pun menggangguk ke arah sahabatnya yang terlihat ragu itu.

Keduanya pun kembali fokus kepada surat yang berada ditangan Sheila. Tangan mungil itu perlahan-lahan membuka kertas yang dilipat itu, hingga terpampang tulisan yang berada di sana.

Isi surat..

Hai sayang

Eh gak bisa panggil sayang lagi, kan kamu udah jadi punya heeseung, takut heeseung marah hehe.

Aku panggil Sheila aja ya?

Sheila, jujur aja aku gak ikhlas kamu sana heeseung, tapi kayaknya aku lebih gak ikhlas kalo kamu sama orang lain, jadi kalo kamu sama heeseung yaudah deh gapapa, walaupun aku cemburu, tapi tetap gapapa kok yang penting kita tetap bisa sahabat lagi.

Aku sayang Shel sama kamu, tapi kayaknya gak bisa kalo kita bersama selamanya, aku bisa tapi kayaknya kamu gak bisa ya? Soalnya kamu gak mau ngulangin lagi sama aku.

Sheila, aku pengen lihat senyuman kamu setiap saat, mulai dari detik, menit, jam, bahkan kalo bisa aku minta untuk selamanya.

Aku tau aku gak boleh egois dengan terus meminta kamu supaya bersama aku, terkadang aku sadar diri, aku itu penyakitan, hidup aku gak akan lama lagi.

Kalo aku sama kamu pasti yang bahagia sepihak doang, dan pihak yang bahagia itu pasti aku, bukan Kamu.

Sheila bahagia ya sama heeseung, dan bilangan ke heeseung harus bahagiain Sheila, pokoknya aku minta kalian bareng terus selama-lamanya.

Udah dulu deh suratnya, oh iya itu ada bunga mawar warna pink, warna yang Sheila suka karena warnanya sama kayak ice cream strawberry, boleh gak Jake minta Sheila naruh bunga itu di makam Jake nantinya? Sheila harus mau ya? Biar Jake seneng dan sayang sama Sheila.

Sampai jumpa lagi sheila, wanita yang ku cintai hingga akhir hidup ku dikehidupan kali ini.






Tangan Sheila meremas kertas yang sedang ia pegangan, gadis itu menangis kembali karena membaca surat dari Jake.

Silva yang duduk di samping Sheila, mulai membawa sahabat ke dalam dekapannya.

"Gue minta maaf ya shel sama Lo, gue sadar kalo Jake cuma mencintai Lo dihidupnya, maaf gue udah egois karena pengen dia" ucap Silva kepada Sheila.

Sheila yang berada di dekapan Silva hanya bisa menangis sesenggukan, suaranya mulai hilang, bahkan tenaganya pun mulai melemah karena seharian terus menangis.















































































































































































































































TBC

strawberry and cigarettes •heeseung Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang