38

121 18 0
                                    

Happy reading !♡

Sama dengan hari biasanya, pagi ini mereka baru selesai pembelajaran Fisika. Yang pastinya membuat isi kepala terasa di remas untuk memahami rumus dari materi Fisika.

"Baik anak-anak pembelajaran Hari ini selesai, jangan lupa mengerjakan tugas nya" ujar Bu Kety sebelum pergi dari kelas.

"Baik Bu, terimakasih" ucap siswa kelas XI A-1 dengan serempak.

Setelah melihat punggung guru tersebut sudah tak terlihat lagi, Reysa dan Kita menghela nafas lega.

"Gila. Otak gue gak nyampe buat pelajarin semua materi itu" gerutu Reysa.

"Iya, pusing banget kepala gue. Rasanya mau pecah"
Timpal Kia dengan gerutu.

Queensha melihat sahabatnya menggerutu kesal hanya menggelengkan kepala, dasar sahabat-sahabatnya ini. Selalu saja begitu kalau guru Fisika tersebut telah selesai mengajar.

"Sha, emang Lo gak pusing apa?" Tanya Kia heran melihat Queensha anteng saja sedari pelajaran di mulai, sedangkan ia rasanya sudah ingin muntah saja. Sungguh pelajaran Fisika sangat lah rumit.

"Iya pusing, tapi gak lebay" sarkas Queensha, mampu membuat dua sahabatnya itu mendelik sinis.

Queensha hanya diam tak menggubris dua sahabatnya yang sedang di landa kesal. Lalu matanya menangkap Acha yang sedang menelungkup kan kepalanya di antara lipatan tangannya. "Cha kamu kenapa?" Tanya Queensha menyadari sahabatnya ini diam saja.

"Eh iya, Lo kenapa Cha? Gak biasanya" ujar Reysa ikut tersadar sahabatnya yang biasanya ceria itu kini terlihat murung.

Acha masih enggan menjawab. Ia menatap sahabatnya satu per satu setelah itu menggelengkan kepalanya lesu.

Queensha dan Reysa mengernyit Bingung, benar-benar tidak tau sahabatnya ini ada masalah apa.

Berbeda dengan dua sahabatnya itu, Kia menepuk pundak Acha. "Raga?" Tanya Kia singkat.

Bukannya menjawab, Acha semakin menundukkan kepalanya dalam. Seolah mengiyakan pertanyaan Kia.

"Kenapa?" Tanya Queensha heran, pasalnya kemarin dua sepasang bucin ini kelihatan baik-baik saja. Itulah makanya ada perkataan "yang kita kira baik-baik saja belum tentu yang seperti kelihatannya."
Meng ea.

"Raga marah karena gue muji si Bara kemarin. Padahal kan gue cuma bercanda." Ujar Acha lesu.

"Lagian Lo becanda kelewat gitu" ucap Kia. Benar sih yang Kia bilang tapi kata-katanya agak deg gitu. Tidak perlu di herankan, Kia memang gadis bermulut tajam dan pedas. Meski begitu ia adalah sahabat yang paling peka.

"G-gue udah minta maaf. T-tapi Raga masih marah. Gue lihat matanya kayak kecewa banget sama gue" ucap Acha dengan mata berkaca-kaca berusaha menahan tangisnya yang siap meledak kapan saja.

"Ssttt udah ya, nanti juga Raga nya maafin Lo kok. Tapi emang dia butuh waktu aja dulu" ujar Reysa menenangkan sambil mengusap bahu Acha.

Air mata yang sudah di tahan dengan susah payah, kini mengalir tanpa bisa di cegah.  "Gue hiks g-gue jahat banget kan. Gue-"

"Sstt hei, kamu gak jahat okey." Ujar Queensha ikut menenangkan. Bukannya tenang, Acha menggelengkan kepalanya kuat.

"Nggak! Gue gak bisa ngertiin perasaan Raga. Gue hiks harus nya ngerti, gue salah. Gue jahat!" Pekik Acha Dengan isakannya.

"Berhenti nyalahin diri Lo sendiri! Nanti minta maaf aja lagi. Gue yakin Raga bisa maafin Lo" celetuk Kia

Acha mengangguk-angguk kepalanya sambil mengusap air matanya.

"Yaudah, ini lima menit lagi istirahat. Kuy lah langsung aja kantin. Gue laper banget" ujar Reysa dengan mengelus perutnya yang kelaparan.

"Eh, nanti di marahin" cicit Queensha

"Ah astagaaa, come on ini tinggal lima menit lagi. Udah ah ayo, gak bakal di marahin gue jamin!" Ucap Kia mantap.

"Eummm" gumam Queensha masih ragu. Biasalah, namanya juga murid ambis dan sangat baik menuruti peraturan.

"Udah ayok, gue juga bosan di kelas terus" ucap Acha, setelah itu tangannya menarik Queensha. Mau tak mau Queensha berjalan mengikuti sahabat+sahabatnya.

******

"Woi Kia, duduk sini aja sama temen-temen Lo. Meja lain udah penuh" panggil Devan pada Kia yang menatapnya cengo.

"Udah yok, bener juga gak ada meja lagi" aja Reysa menyetujui ajakan Devan.

Queensha hanya diam mengikuti saja, berbeda dengan Acha yang seperkian detik matanya menatap  perkumpulan inti Tigerangers hingga manik matanya bersitatap dengan Raga. Baru beberapa detik, Raga langsung memutus tatapan itu sambil melihat Acha dengan sinis.

Hati Acha rasanya sakit melihat kekasihnya menatap seperti itu. Gadis itu meremas rok samping nya dengan kepala menunduk. "Gue ke kelas aja deh" ujar gadis tersebut dengan suara bergetar. Ketara sekali ia sedang menahan tangisnya.

"Cha, gak papa. Nanti minta maaf lagi" ujar Reysa

"Cha, menghindar dari masalah bukanlah hal yang tepat untuk menyelesaikan. Yang ada malah tambah rumit" ucap Queensha bijak

Acha masih tak bergeming, matanya kini berkaca-kaca. Tetapi tak lama kemudian ia mengikuti langkah temannya mengarah meja inti Tigerangers.

"Udah duduk aja, biar gue yang pesan" ujar Ardan

"Nah gitu dong baik" celetuk Devan santai.

"Heh apaan Lo ikut gue goblokkkk!" Sinis Ardan

Tampak bahu Devan merosot, baru saja ia bersenang. Keenan melihat Devan seperti itu ia berinisiatif "sama gue aja Ar" ujar nya.

Seketika mata Devan langsung berbinar senang. "Ah emang Lo the best beb"

Reysa mendelik "Beb beb apaan Lo" ujar Reysa tak suka.

"Cih ayang nya cemburu" ucap Devan sambil menampilkan muka sok jutek.

Sudah menyebutkan menunya masing-masing, Keenan pergi di susul Ardan.

"Ehm, jadi diem-dieman aja nih kalian?" Ledek Devan pada dua sejoli yang biasanya bucin.

Acha dan Raga melirik sekilas pada Devan dengan sinis, lalu tak sengaja mata mereka bertemu. Acha langsung memutuskan kontak mata tersebut.

Berbeda dengan Gavin yang terus saja melihat Queensha secara terang-terangan. "Sial dia kok tiba-tiba cantik si di mata gue" batin Gavin sambil terus menatap dalam Queensha.

Gadis yang di tatap tersebut masih melihat dua bucin yang setia dengan kediaman. Sesaat ia melihat ke depannya dan

Deg

Mata mereka bertemu. Gavin enggan memutuskan tatapan itu. Ia masih setia melihat Queensha yang tampak gugup. Gadis berhijab itu memalingkan wajahnya, memutuskan eyes contact. Semburat merah sudah menjalar di pipinya. Susah payah ia menahan senyum nya.

"Heh sha, kok merah sih pipi Lo?. L-lo sakit?" Tanya Reysa menyadari pipi sahabatnya memerah.

"H-hah ngga kok" jawab Queensha gugup. Lalu matanya melirik pada Gavin yang masih setia menatapnya. Lelaki yang sedari tadi melihat gadis itu kini tersenyum kecil melihat gadisnya salah tingkah. Eh gadisnya?

"Raga" panggil Acha pada kekasihnya yang masih enggan bersuara.

"Hm"

"Aku.."

"Ikut gue" ujar Raga memotong ucapan Acha. Gadis. Yang menyandang status sebagai pacarnya itu hanya diam sambil mengikuti langkah cowo nya.

Lama mereka berada di keheningan. Hingga Acha membuka suara "mau kemana?" Tanya nya.

Raga enggan menjawab, namun melihat arah langkah mereka ke arah tangga. Acha langsung tau tujuan mereka kemana.

Rooftop

Itu lah yang ada di fikiran gadis itu. Dan ya! Benar.








To be continued
Jangan lupa vote ya famorsers
See u !♡

FATAMORGANA? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang