Happy reading !♡
Queensha memperhatikan vas bunga ibunya, kini terlihat semakin cantik dengan adanya bunga Daisy dari Gavin. Kalau begini bagaimana ia bisa move on? Sekarang bagaimana caranya ia kembali meyakinkan diri bahwa dirinya sudah hilang rasa?.
Memikirkan lelaki itu membuat Queensha hampir kehilangan akal. Seperti tak wajar saja perasaan gila nya pada lelaki itu.
Queensha merebahkan tubuhnya di kasurnya dengan mata yang perlahan memberat. Perlahan tapi pasti alam bawah sadar merenggut nya dari kesadarannya membawanya kedalam dunia mimpi.
*****
Gavin telah sampai di rumah keduanya, setelah mendapat telfon dari Ardan ia langsung menuju ke markas setelah mengantar Ensha nya pulang. Eh, Ensha nya? Huh seperti kepemilikan saja Gavin ini
"Ada apa?" Tanya Gavin ikut bergabung
"Gak ada apa-apa bos" ujar Ardan dengan polos, Gavin mendengar hal itu mendelik lalu menggeplak kepala Ardan dengan lumayan keras. Seperti tak ada masalah sahabat laknat nya mengatakan tidak ada apa-apa. Tak tahukah Ardan bahwa ia telah mengganggu waktu bersama Gavin dengan Queensha.
"Enteng banget tu mulut" ujar Gavin sinis.
"Hehe" tawa Canggung Ardan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kaku mengeluarkan cengirannya. Gavin mendengus kesal, seharusnya ia ingat bahwa Ardan ini memang sudah gila!.
"Biasanya juga Lo b aja" sahut Keenan heran melihat Gavin kesal seperti itu.
"Ho'oh ini malah geplak kepala gue" ucap Ardan dengan merasa tak bersalahnya.
"Diem Lo!" Ketus Gavin.
Devan sedari tadi diam ikut heran melihat Gavin Bersikap tidak seperti biasanya, "Habis dari mana Lo?" Tanya Devan membuka suara.
"Balik-balik malah sensi, Ada apee gerangan?" Tanya Raga dengan memicingkan matanya.
Gavin mendengus kesal "kepo Lo pada!".
Mereka berempat berdecak malas, kesal mendengar jawaban yang tak sesuai dengan pertanyaan mereka.
Raga yang biasanya tampak ceria dengan tingkah absurd nya kini terlihat banyak diam, sedari tadi hanya beberapa kata saja yang terlontar dari mulutnya. Mereka tentu menyadari sikap perubahan Raga. Namun enggan membuka suara, biasanya yang seringkali bertanya memang lah Gavin. Ia memang bersikap cuek dan ketus, namun ia lah yang paling peka di antar mereka. Mereka semua memang peka, tapi sebagai ketua Tigerangers tentu Gavin mempunyai insting yang lebih kuat di banding temannya.
"Harusnya gue yang nanya ga" ucap Gavin kepada Raga yang tampak masih merenung. Sontak Raga menatap Gavin bingung. "Kenapa sama gue?"
"Galau banget Lo" celetuk Devan
"Iya, biasanya juga Lo tingkah nya absurd" timpal Ardan.
Raga masih diam enggan membuka suara, Keenan melihat sahabatnya seperti itu menghela nafas pelan. "Karena Acha tadi?" Tanya Keenan yang mampu membuat mereka terdiam, tepat sasaran.
Tingkat kepekaan Keenan memang tak jauh beda dengan Gavin, bedanya Gavin gengsian sedangkan Keenan cenderung cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA? [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilSudah terbit di Penerbit Teori Kata Publishing! ★✿ ★✿ ★✿ ★✿ ★✿ ★✿ ★✿ ★✿ ★✿ Apa rasanya terlalu fatamorgana untuk kita bersama? Lalu mengapa takdir menciptakan rasa jika yang ada sebuah fatamorgana? Kita bisa bersama kan? Begitu banyak tany...