25

132 17 0
                                    

Happy reading!

Setelah bersih-bersih Queensha rebahan di kamarnya sambil membaca buku novel kesukaannya. Queensha selalu mendambakan hidup di dunia fiksi, pasti enak banget hidup di dunia fiksi itu pikir Queensha.

Ya emang enak banget sih, sesuatu yang terlihat mustahil pun menjadi nyata di dunia fiksi itu. Ah bolehkah Queensha pindah ke dunia fiksi saja? Melelahkan sekali rasanya tinggal di dunia nyata yang fana ini. Masalah juga Dateng tanpa ngasih aba-aba, tiba-tiba muncul tak bisa di elakkan. Ya mau gak mau harus di hadapi kan? Huft melelahkan sekali.

"Aih enak banget sih hidup di dunia fiksi ini, gak kayak di dunia nyata yang melelahkan di iringi seribu masalah yang gak bisa di elakkan, huft cape banget ngadepinnya" gerutu Queensha sambil menutup buku novel yang ia baca tadi lalu arah matanya melihat ke jendela kamar, tampak langit telah menuruni rintikan air hujan seakan ikut sedih dengan apa yang dirasakan Queensha.

"Ya memang sih namanya juga takdir mana bisa di hindari lagi, tapi minimal kasih aba-aba gitu kek jadi kan ga terkejut banget. Ngadepin masalah juga butuh kesiapan mental, lah apa daya aku punya mental sekenyal yupi dapet masalah dikit nangis" lanjut Queensha menggerutu lalu menghela nafas gusar.

"Eh astaghfirullah, maafin Queensha udah menggerutu ya Allah" ucap Queensha setelah tersadar dengan ucapannya tadi. Lalu kakinya melangkah ke arah jendela kamarnya, tangannya memegang jerjak besi di jendelanya. Matanya tak berkedip menatap langit gelap dengan air hujan itu.

"Bukannya enggak bersyukur, udah bersyukur banget malah. Tapi juga namanya manusia pasti cape kan?" Tanya ntah pada siapa.

Matanya masih terpaku, ingatannya menyelam pada masa ia masih kecil. Dulu ia begitu dekat dengan ayah nya, luka sekecil apapun pasti ia langsung mengadu pada ayahnya.

"Ayah tangan aicah cakit, bedalah hiks" Queensha kecil menangis mengadu pada ayahnya, lalu menunjukkan goresan luka di tangannya.

"Kok bisa bedarah hm? Siapa yang buat luka? Sini biar ayah marahin"  ucap ayahnya dengan nada khawatir. Ayahnya mengusap pipi Queensha, menghapus jejak air mata Queensha.

"Gak ada yang boleh ngelukain kamu, kalo ada yang lukain Aisyah, Aisyah harus langsung bilang sama ayah ya? Ayah sayang banget sama Aisyah" ucap ayahnya sambil memeluk tubuh kecil Queensha. Queensha hanya menganggukan kepalanya lalu membalas pelukan ayahnya.

"Tapi Queensha harus janji sama ayah  jadi anak yang kuat ya?" Ucap ayahnya sambil mengelus kepala Queensha dalam dekapannya. Queensha yang masih fokus menangis hanya menganggukan kepalanya saja.

Tak terasa air mata nya menumpuk di pelupuk mata, lalu jatuh tanpa di pinta. Itulah kata kata yang ia ingat dari ayahnya sebelum ayahnya pergi dengan selingkuhannya, ternyata itu kata kata terakhir dari ayah nya ya?.

"Ayah? Sebentar lagi umur Aisyah genap 17 tahun, ayah gak mau temuin Aisyah? Ayah, di paksa untuk dewasa tanpa ada dukungan dari ayah itu berat ya yah? Katanya ayah sayang Aisyah kok ayah malah pergi sama selingkuhan ayah? Ayah kok ga pernah nemuin Aisyah? Ayah tau ga, terkadang Aisyah suka iri deh sama temen temen yang ada apa-apa ngadu sama ayahnya, terus di antar-jemput sama ayahnya. Aisyah juga pengen begitu, kalo ada masalah Aisyah harus ngadu sama siapa yah? Kalo bilang sama ibu pasti nanti jadi beban pikiran ibu, andai aja Aisyah enggak jadi anak broken home pasti Aisyah jadi anak yang paling bahagia, andai aja masih ada ayah disini pasti ayah meluk Aisyah kan yah?" Ucap Queensha sendiri sambil memukul dadanya yang sedikit sesak.

Tangis Queensha pecah tak bisa di tahan, hujan pun tak kalah derasnya dengan air mata Queensha. Langit gelap seolah tau isi hati Queensha. Semilir angin diiringi dengan hujan sedikit membuat Queensha yang sedang mengintip di balik jendela jadi sedikit terkena hujan. Tapi Queensha tak peduli, ia masih menatap objek kesukaannya, langit gelap dengan hujan.

"Ayah, Aisyah rindu" ujar Queensha dengan lirih, dadanya sungguh sesak. Bolehkah Aisyah membenci ayahnya?, Kata org ayah itu cinta pertama anak perempuannya tetapi bagi Queensha ayah adalah cinta pertama sekaligus luka pertama untuknya.

Semustahil itu kah untuk bertemu dengan ayahnya?jika di ingat-ingat, mungkin kata terakhir yang di ucapkan ayahnya sebelum ayahnya memutuskan untuk meninggalkan dirinya dan ibunya adalah "kamu harus jadi anak ayah yang kuat, jagain ibu kamu ya nak" Queensha yang saat itu tidak terlalu mengerti dengan ucapan ayahnya hanya mengangguk polos saja.

"Kalo aja Aisyah tau maksud ucapan ayah, mungkin Aisyah gak bakalan izinin ayah keluar rumah" gumam Queensha dengan sesenggukan.

Cukup lama ia menangis dan merenung, dering notifikasi di handphone nya membuyarkan lamunannya, Queensha menghapus jejak air matanya dan beranjak ke arah meja belajarnya untuk mengambil handphone nya.





Sedii ga sii?
To be continued
Jangan lupa vote ygy

FATAMORGANA? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang