Aku tidak percaya ini. Benar-benar sebuah kejutan. Ternyata hal ini tidak mengecewakan sama sekali.
Begitu kubuka kardus sepatu itu, kulihat sebuah buku. Tampaknya seperti buku harian. Buku itu tidak terlalu tebal, dengan sampul kulit berwarna coklat yang sudah mulai rusak karena sering dibuka. Sontak, kubuka buku itu.
Di halaman pertama, tertulis :
Milik : Jacob Adrian
Isi : hal-hal pribadi, mungkin? Setelah dipikir kembali... bukan. Isinya lebih mendekati 'misi sebelum mati'.
Buku ini : buku catatan tentang misi itu. Berfungsi juga sebagai catatan harian.Karena penasaran, aku membalik halaman itu.
URUTAN MISIKU
PENCARIAN1. Lacak Hannah.
2. Temukan 'dia'. Kemungkinan, 'dia' tidak ada. Lebih tepatnya, tidak ada kepastian akan keberadaannya. Tapi, tidak ada salahnya mencari. Toh sebentar lagi aku mati. Setidaknya aku jadi punya tujuan hidup untuk mengisi tahun-tahun terakhir hidupku.
3. Setelah semua terkumpul, temui 'dia', kalau 'dia' memang nyata.
4. Lalu... apa?Ya sudahlah. Akhirnya aku punya sesuatu yang bisa membuat hidupku menjadi berarti.
Aku meraba halaman itu. Terasa abu rokok tersapu tanganku. Pada akhirnya aku menemukan petunjuk yang bisa mengarah kepada pribadi pamanku. Aku mengerutkan dahiku. Jantungku berdebar-debar. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang ditulis pamanku. Namun, kata-kata 'misi sebelum mati' membuat bulu kudukku berdiri. Hal ini, apapun itu, pasti dilakukannya setelah positif didiagnosa kanker.
Di halaman-halaman selanjutnya, terdapat coretan-coretan yang tampaknya dibuat secara terburu-buru. Sepertinya alamat dan nomor telepon. Lalu, terdapat pula tanggal-tanggal. Ada satu tanggal yang dilingkari dan diberi tanda tanya. Anehnya, tanggal-tanggal tersebut terletak puluhan tahun lalu.
"Paman, apa yang dulu kau coba lakukan? Apa maksud semua ini?" Gumamku. "Lebih penting lagi, siapa Hannah dan siapa 'dia' yang kau cari?"
Dengan cepat kubalik-balik halaman-halaman buku itu. Semuanya penuh. Catatan harian, nomor telepon, bahkan coretan tidak jelas. Aku beralih ke halaman terakhir. Aku merasa ngeri membacanya.
Kondisiku memburuk. Sepertinya aku tidak akan bisa menyelesaikan misi ini. Setidaknya aku ingin bertemu dengan 'dia' sebelum aku mati, tapi sepertinya hal ini mustahil.
MISI GAGAL.
Ada bercak-bercak darah di halaman itu. Titik-titik hitam kering itu menambah kengerian yang kurasakan.
Aku menghela nafas. Kututup buku tersebut dan kuletakkan di atas meja. Aku tidak yakin, tetapi saat itu sepertinya aku membuat sumpah kepada almarhum pamanku.
"Akan kuselesaikan misi ini, paman. Entah apa yang dicari, atau siapa, namun aku akan menunaikannya."
Aku mengalihkan pandangan. Kali ini, kembali ke dalam kardus sepatu yang masih berada di atas pangkuanku. Ada setumpuk amplop di dalam sana. Sepertinya, amplop-amplop itu berisi sesuatu. Dengan rapi, mereka disusun dan disatukan menggunakan sebuah karet gelang. Bisa kulihat amplop-amplop tersebut memiliki bermacam ukuran. Dari yang kecil dan tipis sampai yang besar dan sangat tebal.
Kukeluarkan amplop-amplop itu dari dalam sana. Hanya itu isi kardus sepatu tersebut. Tak kusangka orang seperti pamanku menyimpan hal seperti ini. Dari caranya memperlakukannya, tampaknya hal ini tidak ada hubungannya dengan bisnis. Apapun ini, hal ini pasti sangat penting baginya. Hal ini... pribadi.
Entah apa yang membuatku sangat tegang saat membuka karet gelang itu. Kuambil amplop paling atas. Kelihatannya, amplop itu dan amplop-amplop lainnya berisi surat. Amplop yang kupegang dialamatkan kepada pamanku. Semua amplop dialamatkan kepada beliau. Tidak ada nama dan alamat pengirim.
Segel amplop itu sudah dibuka, sama halnya dengan amplop-amplop lain. Hal itu menandakan pamanku telah membaca semua surat itu.
Rasa takut campur bersemangat mengisi diriku saat aku membukanya. Dengan pelan, aku mengeluarkan secarik kertas dari dalam amplop itu. Kubuka lipatan-lipatan kertas tersebut. Tebakanku benar, sebuah surat.
Dengan rasa takut dan bersemangat yang berlipat ganda, kubaca surat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius?
Детектив / ТриллерKarina tidak pernah membayangkan seorang pengacara akan mengetuk pintunya dan mengatakan bahwa almarhum pamannya yang tak pernah dia kenal mewariskan seluruh hartanya padanya. 'Mantan' penulis itu pun menemukan banyak kejanggalan dalam kehidupan san...