1976
"Nama saya Yuliana Roslyn. Biasa dipanggil Yulia. Saya baru pindah dari Bangka ikut ayah dinas. Salam kenal," kata gadis itu. Ada sedikit aksen yang asing dalam suaranya. Kedua matanya terpaku ke lantai.
Hannah menatap gadis yang berdiri di depan kelas itu penuh selidik. Murid baru? Di pertengahan semester?
"Duduk di sana ya, di sebelah Joanna," ucap Bu Tuti sambil menunjuk bangku kosong yang diokupasi tas milik Hannah.
Selagi murid baru itu berjalan mendekat, Hannah mengambil tasnya, mempersilahkan dia duduk. Hannah menyunggingkan senyum seramah yang dia bisa. Dia tidak pernah pintar dalam hal bersosialisasi, dan jumlah temannya bisa dihitung dengan jari satu tangan.
Apa yang harus aku lakukan? tanyanya pada diri sendiri. Jantungnya berdentum keras dalam dadanya. Kenalan? Diam saja? Kalau kenalan, apa yang harus aku katakan?
Dia melirik Yulia saat gadis itu duduk di sebelahnya.
Si Yulia ini anak baru, belum punya teman. Mungkin dia bisa dibujuk, pikir Hannah.
Dia menggigit bibirnya saat teringat percakapannya bersama Corey di kantin kemarin saat jam istirahat.
"Kalau kamu mau ekskul tari daerah lanjut, ya cari anggota satu lagi lah, biar dapet jumlah anak mimimal. Kamu pengen ekskul ini batal jalan? Engga kan? Aku udah nahan malu nih, gabung ekskul ini. Reputasiku dipertaruhkan," kata anak laki-laki peminatan IPS yang berusia satu tahun di atas Hannah sambil menyilangkan lengannya. "Cari aja satu anak, daftarin ke Pak Darto paling lambat Senin minggu depan. Gampang kan? Kamu yang nyari ya, masa aku? Pengorbananku ini sudah terlalu besar." Kalimat terakhir itu didramatisir olehnya.
Sebenarnya, kalimat itu benar adanya. Hannah tahu Corey berasal dari keluarga yang lumayan berada, dan orang tuanya ingin dia bergabung dengan orkes agar les pianonya tidak sia-sia. Hannah tidak habis pikir mengapa Corey berani menentang orang tuanya untuk memenuhi kuota minimal Pak Darto, guru sendra tari mereka, hanya agar Hannah bisa lanjut menari.
"Gimana aku mau nyari, Cor? Aku kelas fisika, nyaris ga ada cewe. Tahu sendiri kelas fisika isinya cowo-cowo yang kerjaannya baca buku cerita mesum di belakang kelas. Aku bisa apa?" tanya Hannah dengan nada memelas.
"Ya deketin lah cowo-cowo itu," Corey mengangkat bahu. "Atau coba bergaul sama anak Biologi. Banyak cewenya kan di sana? Ada yang cantik tuh, si Intan. Kalau kamu berhasil temenan sama dia, nanti aku dikenalin ya."
"Sialan kamu."
Anak kelas tiga itu tertawa. Hannah benci suara tawa Corey yang menyebalkan, tapi dia telah hidup selama tujuh tahun terakhir didampingi suara tawa itu dan juga suara tawa kakaknya yang tidak kalah menyebalkannya, sehingga dia bisa menahan diri tidak menempeleng temannya saat itu juga.
Mungkin aku bisa pendekatan ke anak baru ini, jadi temen dia, hasut, dan pada akhirnya dapet satu lagi anggota ekskul tari. Tapi... Pertama-tama harus kenalan dulu.
Hannah kembali melirik gadis yang duduk di sebelahnya, yang kini sudah mengeluarkan buku tulisnya dan mencatat entah apa yang sedang dijelaskan Bu Tuti di depan. Hannah sendiri belum mengeluarkan apapun dari tasnya, bahkan dia tidak mendengarkan pelajaran. Si Yulia ini sepertinya rajin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Genius?
Misterio / SuspensoKarina tidak pernah membayangkan seorang pengacara akan mengetuk pintunya dan mengatakan bahwa almarhum pamannya yang tak pernah dia kenal mewariskan seluruh hartanya padanya. 'Mantan' penulis itu pun menemukan banyak kejanggalan dalam kehidupan san...