Hai.

1.8K 147 1
                                    

24 Juli 2014

Hai.

Anda mungkin tidak ingat saya, dan pasti Anda tidak mengenal saya. Lucunya, saya sendiri tidak tahu mengapa saya menulis surat ini untuk Anda. Tapi, karena sudah terlanjur ditulis, saya lanjutkan saja.

Mungkin Anda ingat beberapa hari lalu, di sebuah stasiun kereta api. Anda tengah berlari terburu-buru untuk mengejar kereta sambil membawa segelas kopi. Saat Anda melihat jam tangan Anda, tidak sengaja Anda menabrak seorang lelaki. Alhasil, kopi Anda menumpahi setelan jasnya.

Anda meminta maaf padanya. Anda berhanji akan melakukan apapun untuk mengganti kerusakannya. Tapi, Anda sedang terburu-buru. Jadi, Anda tidak bisa melakukan hal itu saat itu juga.

Akhirnya, Anda mengambil sebuah kartu nama bisnis dari dalam tas Anda dan menyerahkannya kepada lelaki itu. Anda menyuruhnya menghubungi Anda jika perlu. Setelahnya, Anda berlari meninggalkan lelaki yang kebingungan itu.

Anda pasti bisa menebak kalau lelaki yang saya maksudkan adalah diri saya sendiri.

Sekarang, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya menyurati Anda. Tapi, pertama-tama izinkanlah saya untuk mengubah kata ganti orang pertama yang saya gunakan dari 'saya' menjadi 'aku'. Selain itu saya juga akan menulis dengan bahasa yang tidak seformal ini.

Perusahaan yang tercantum di kartu nama anda sudah bankrut, setelah kuselidiki. Setelah penyelidikan lebih lanjut, aku menemukan alamat rumah anda. Maafkanlah keterusteranganku.

Entahlah... aku sendiri bingung. Tapi, dari senyum anda dan pembawaan anda, aku dengan cepat menyimpulkan anda orang yang bisa diajak berbicara, atau setidaknya pendengar yang baik. Yaa... sebenarnya hal ini juga tidak bisa dibilang bicara dan mendengar. Apakah surat menyurat membutuhkan kemampuan berbicara dan mendengarkan?

Masalahnya, akhir-akhir ini aku merasa butuh menceritakan kisah hidupku kepada seseorang. Maaf kalau aku menggangu anda dengan ketidakjelasanku. Jika surat ini sudah di tangan anda, terserah saja mau diapakan. Aku tidak peduli. Yang penting aku sudah 'merasa' bercerita pada seseorang.

Jadi... sekarang apa?

Oh, iya. Perkenalan.

Salam kenal. Namaku Yohandio Hernan. Orang-orang memanggilku Dio. Tapi terserah mereka saja sih. Aku tidak peduli.

Sekarang, umurku dua puluh delapan. Ya ampun. Aku jadi merasa bersalah karena memanggil diri sendiri 'aku' di dalam surat ini. Menurut perkiraanku, anda berusia sekitar enam puluh tahun. Mungkin lebih. Maaf jika tebakanku melenceng atau anda tersinggung. Ya... setidaknya, aku tidak memakai 'gue' dan 'elu' dalam surat ini, kan?

Jangan takut. Aku bukan penguntit atau semacamnya. Tidak perlu melaporkanku pada polisi. Aku hanya butuh curhat, itu saja. Semoga saja anda tidak menindak diriku berdasarkan hukum perdata. Apakah sekedar curhat saja bisa menjadi alasan masuk penjara?

Aku menderita semacam penyakit. Banyak orang tidak menganggapnya penyakit. Mereka malah menganggapnya berkat atau semacamnya. Tapi, aku termasuk 'kasus khusus'. Penyakit itu disebut ke-jenius-an.

Ya ampun! Penyakit ini sangat menyiksa! Jika orang-orang tahu, mereka akan berharap banyak dariku. Dan hal itu sangat menyebalkan. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri dan melakukan apapun yang ingin kulakukan. Apa salahnya?

Apa yang dianggap seseorang sebagai kenikmatan dapat dianggap penyiksaan oleh orang lain.
Itulah masalahnya.

Tapi sekarang keadaan sudah lebih baik bagiku, setidaknya menurut standarku yang bisa dianggap abnormal. Aku menemukan tempatku, tempat di mana aku bisa merasa nyaman.

Maaf kalau aku membuat anda kecewa dengan apa yang akan aku 'katakan' setelah ini. Aku PASTI akan menulis lagi pada anda. Setelah pikir panjang, aku putuskan untuk menceritakan kisah hidupku pada anda. Sepertinya anda orang yang bisa dipercaya. Aku percaya pada anda.

Maaf juga aku telah menjadi orang yang tidak jelas. Maaf jika nanti cerita-ceritaku akan membuat anda bosan.

Aku berjanji semua yang akan kuceritakan kepada anda 100% jujur. Aku tidak akan berbohong. Lagi pula, untuk apa juga aku bohong? Aku tidak kenal anda. Anda tidak kenal aku. Kita berdua orang asing bagi satu sama lain.

Tapi, kuharap seiring waktu kita akan saling kenal. Yaa... Setidaknya minimal salah satu dari kita akan mengenal yang lain.

Sudahlah... Sepertinya sekian dulu surat dariku. Kutunggu balasanmu, kawan.
(Jika anda tidak ingin membalas surat ini, tidak apa-apa kok)

Salam hangat, sehangat kopi yang anda tumpahkan. Yaa... kalau boleh jujur sih, kopi anda tidaklah hangat. PANAS SEKALI !!!

Yohandio :)

Genius?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang