BAB 24

577 66 1
                                    

HAPPY (EARLY) NEW YEAR 2018!!

🎶🎉🙌🙌🙌🎊🎆

Semoga semua resolusi tahun yang baru ga cuma omong kosong belaka yang cuma dilakuin selama seminggu pertama bulan Januari aja...

(Sorry not sorry)

Spesial tahun baru, [Genius?] double update! Bab 24 dan 25 update sekaligus.

Semoga tahun 2018 menjadi tahun yang baik untuk kita semua..

Selamat membaca!

Salam,
Rahayu_via

========================

"Karina, kamu ga papa?"

Perutku bergolak, telapak tanganku mengeluarkan keringat dingin. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku bicara dengan ibuku? Terakhir kali aku membalas emailnya adalah tiga setengah tahun lalu. Setelah itu aku mengganti alamat email dan memblokir nomor ibuku di telepon genggamku. Aku merasa seperti bicara dengan orang asing. Aku tidak mengenalnya lagi. Terlebih, aku telah berhenti berbicara lewat telepon dengannya sejak sebelum itu. Empat tahun, mungkin?

"Karina?" Kali ini Marthen yang bertanya. Suara lelaki itu tegang dan waspada. "Siapa yang kau telepon?"

"Rina...?"

"Aku di Singapur. Mama di mana?" tanyaku pelan.

"Eh.. Mama lagi ga bisa ketemu.."

"BERHENTI SAMA ALASAN-ALASAN YANG GA MASUK AKAL. Tolong, Mah, aku tahu Mama masih di sini. Aku bakal nyamperin Mama HARI INI. Ga ada waktu lagi." Suaraku bergetar. Kurasakan air mata yang panas terbendung kelopak mataku.

Di hadapanku, Marthen tersentak. Kulihat kebingungan di matanya. Tangannya setengah terulur seolah hendak mengambil teleponku, namun dia mengurungkan niatnya.

"Rin.." ucap ibuku ragu-ragu. "Keadaan lagi ga aman. She's here.."

"Madeleine Gara?"

Hening. Ibuku tidak menjawab.

"Ya," katanya pada akhirnya. "Dari mana kamu tahu nama itu, Rin?! Mama lihat di berita, dia ditangkap--"

"Aku ke sini naik pesawatnya Maddie."

Hening kembali.

"Hey, apa yang kau lakukan?" desis Marthen, tubuhnya dicondongkan ke arahku. "Itu informasi rahasia yang kau katakan tadi."

Aku bangkit berdiri menghindari Marthen. Dua orang polisi lokal yang mengawal kami menatapku was was. "Mama masih di sana?" tanyaku ke teleponku.

"Kamu.. "

"Aku ada di sana pas dia ditangkap." Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Gigiku bergemeletuk di dalam mulutku. "SMS-in alamat rumah Mama. Aku bakal nyamperin sekarang."

"Karina, stop sekarang," tegur Marthen. Dia bangkit dari kursinya menghampiriku. Kedua polisi lokal itu juga mendekat.

"Rina, dengerin mama. Ada hal-hal yang membahayakan, mama cuma nyoba lindungin kamu. Kamu--"

"Mama itu Hannah, kan?"

Ibuku berhenti bicara.

Aku tahu dia terkejut. Marthen pun sama, dia langsung menghentikan langkahnya. Tampaknya lelaki itu telah berhasil menyusun kepingan-kepingan informasinya sekarang.

Genius?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang