Hannah (Part 7)

419 53 9
                                    


Desember 1990

"What have you done?"

"Hah?"

"Apa yang telah kamu lakuin, Jo?" tanya Corey lagi. Nada suaranya dingin, menuduh. Dia berdiri memunggungi Hannah sambil menghadap taman rumah sakit. Corey menjadi sering tanpa sadar gonta-ganti bahasa sejak pekerjaannya di JAC membuatnya menjadikan Amerika rumah keduanya.

Hannah terdiam di tengah-tengah koridor rumah sakit sambil menatap punggung lawan bicaranya. "Aku... Aku bicara sama Jacob."

"Kamu sadar ga kalo apa yang udah kamu lakuin itu bisa membawa konsekuensi yang besar?"

"Ngelakuin hal itu adalah pilihannya Jacob, Cor. Bukan aku yang nentuin pilihan itu."

Corey membalikkan tubuhnya. "Adrian ga akan ngebuat keputusan itu kalau kamu ga datengin dia, Jo!" Jari telunjuknya menuding Hannah.

"Aku yakin pilihan kakakku benar—"

"Dari segi moral, iya," Corey menggeram. "Tapi kalau dilihat dari perspektif lain, dan dengan setitik aja akal sehat, keputusan itu jelas salah besar. Do you realize sekarang kamu ngebuat Adrian harus berurusan sama siapa?" desis Corey.

Seorang suster melintas, menatap mereka dengan pandangan mencela. Mereka berdua langsung terdiam, lalu saling memunggungi satu sama lain dengan canggung. Suster itu pada akhirnya meninggalkan lorong itu.

"Aku ga mau Jacob terjerumus lebih dalam lagi, Cor," Hannah angkat bicara.

"Oh, jadi kamu ngerasa udah jadi pahlawan karena udah bikin Adrian tobat? Congrats! Selamat, ya, kamu udah berhasil 'membawa kakakmu kembali ke jalan yang benar'. He's sooooo lucky to have a virtuous sister like you," katanya sinis.

"Itulah yang diperintahin kata hatiku."

"Ini bukan dongeng, Joanna. Kehidupan nyata ga berakhir dengan happily ever after." Corey mendesah berat. "Ada saat-saat di mana kita harus membungkam kata hati kita, and start using your damn brain."

Kata-kata itu menohok Hannah tajam. "Trus aku harus apa? Diem aja? Ngebiarin Jacob ngelakuin hal jahat itu? Dia jelas-jelas ngelanggar hukum, Cor. Dan mencelakai banyak orang. Aku baru aja bikin Jacob ngelakuin hal yang benar."

"Argh! Kata-katamu barusan itu golden trash. You're so naive, Jo. Naive, stupid, and arrogant. So you think it was for the greater good?" ujar Corey frustrasi. "Grow up, kiddo."

Hannah terdiam, kehabisan kata-kata. Bukan percakapan seperti ini yang diharapkannya saat berjumpa dengan Corey. Di antara semua orang, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Corey-lah yang malah menjadi orang yang tidak setuju dengan perbuatannya. Terlebih lagi, dia tidak menyangka letupan kemarahan Corey.

"Eh... Jo," suara Corey mendadak berubah lembut, membuat Hannah terkejut. "Kamu ngasih tahu Adrian tentang.... itu ga?" bisiknya was-was.

Butuh beberapa saat bagi Hannah untuk memahami perkataannya. Kehamilan Uli, pikirnya. Ternyata Yuliana sudah memberitahukan hal itu pada Corey saat Hannah pergi. "Sama sekali engga."

Corey mengangguk pelan. "Bagus," gumamnya.

Kali ini Hannah sependapat dengan Corey. Tapi dia sendiri tidak yakin berapa lama dirinya bisa menyembunyikan rahasia ini dari Jacob, yang berpotensi merupakan ayah dari anak itu.

"Ya udah deh..." desah Corey. "Aku pulang dulu ya, gantian sekarang giliran kamu yang jagain Uli."

"Iya. Makasih banyak ya, Cor, udah nyempetin waktu kamu yang berharga, meskipun sekarang kamu pengangguran."

Genius?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang