12

26.1K 2.1K 101
                                    


Di dalam kamar Michi sedang asik merangkai beberapa komponen, Michi berencana untuk memodifikasi robot yang sudah lama ia beli dan ia modif.

Rencananya ia akan membuat AGI atau artificial general intelligence, atau AI yang memiliki tipe strong, ya kecerdasan buatan ini memiliki kemampuan seperti manusia.

Yang nantinya akan ia pasangkan pada robot, Michi sengaja membeli robot dengan ukuran yang sama persis seperti manusia lalu, memiliki tubuh yang berlapis silikon agar tampak semakin mirip dengan manusia.

Dengan bantuan kaca pembesar Michi baru saja menambahkan komponen yang nantinya akan ia masukkan kedalam robot tersebut.

Michi terlalu fokus pada pekerjaannya hingga tidak sadar jika hari mulai pagi, matahari tampak mengeluarkan cahayanya malu malu.

"Dikit lagi padahal" gumamnya.

"Okey lah, nanti gua lanjut"

.

.

.

"Susri" panggil Michi begitu ia sampai di bawah.

Papinya dan orang orang kemarin malam sudah duduk rapi di meja makan menunggu Michi untuk sarapan.

"Ya nona muda" susri sedikit membungkukkan badannya.

"Heels yang kemarin mana ya sus, mau Cici bawa hari ini, oh iya sekalian sama tas nya juga ya" tanyanya.

Sebenernya ada hal lain yang harus Michi selesaikan yang berkaitan dengan tas tersebut.

"Susri ambil sebentar ya nona" pamitnya.

"Maaf ci, ke sekolah buat apa pake sepatu tinggi gitu, kita kan ke sekolah buat belajar bukan aneh aneh, ya tapi bagus juga sih gak kaya Audry perempuan tapi gak bisa tuh pake sepatu hak tinggi, Audrey kemana mana pake sepatu yang flat terus, kaya sepatu abang" sela Audrey.

Michi menatap sekilas Audry dengan tersenyum, sementara Joana menatap tak enak ke arah Michi dan papinya.

"Gak aneh aneh kok, sekarang ada pelajaran dansa, kan gak mungkin dansa pake sepatu yang flat" Michi tersenyum di buat semanis mungkin.

"Udah udah Cici, duduk sarapan" sela papi.

Michi duduk di tempat biasanya duduk, tempat yang memang sedari awal sudah di kosongkan oleh papinya agar hanya Michi yang duduk di kursi itu.

Mereka memulai sarapan mereka tanpa ada sepatah katapun.

10 menit berlalu mereka baru saja selesai sarapan.

"Nona muda, ini" susri menyerahkan healsnya dan satu paper bag dengan brand terkenal yang berisi tas.

"Makasih susri"

Susri mengangguk lalu berpamitan untuk pergi.

"Ci, mulai sekarang kamu berangkat sekolah sama saudara kamu ya"

"Kenapa gak masing masing?" Tanyanya dengan tatapan polos, yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan, namun berbeda dengan penglihatan papinya.

"Ah buat kali ini aja" ucap papi ketika menyadari anaknya tidak menyukai saran darinya.

Michi tersenyum mengangguk.

"Ayo kita berangkat" ajak Michi.

"Angga berangkat sama papi"

Angga menatap papi kemudian mengangguk dengan ragu ragu.

"Udah gak usah takut" Joana berbisik di telinga Angga.

Di dalam mobil keadaan sangat hening, karena tidak ada yang membuka percakapan.

"Wah Audrey gak sabar banget pengen tau gimana sekolah orang kaya"

Dikta dan Dirga menatap datar Audry.

"Di Klandestin jangan harap bisa sekolah dengan tenang, kalo kalian berurusan sama orang yang pengaruh nya lebih tinggi, jangan sesekali pake kendaraan umum, contohnya bus kalo gak mau di bully sampe kelulusan, sisanya kalian bakal tau sendiri"

Michi berbicara dengan pandangan yang mengarah ke luar.

Audrey dan si kembar mendengar penjelasan yang baru saja Michi katakan seketika merasa tidak tenang, namun begitu Audrey tetap mengenyampingkan itu.

Mobil mereka sampai di kawasan sekolah, Michi langsung turun di ikuti yang lainnya.

"Cici" panggil Ed dari arah kejauhan, tak jauh dari ed ada Jordan dkk yang sedang asyik duduk di motornya masing masing, begitupun dengan Chris dkk yang juga ada tak jauh dari mereka.

Audrey tersenyum ramah ketika Ed datang menghampiri Michi.

Namun sayang Ed tampaknya tidak menganggap kehadiran Audrey.

"Pipi Lo, udah gak apa apa?" Tanya Michi ketika melihat tulang pipi dan sudut bibir Ed yang masih berbekas.

"Ya biasalah"  jawabnya dengan santai.

"Maafin dia ya" sesal Michi.

"Apaan si ci, udah lah"

"Ekhem"

"Oh siapa ci?" Tanya Ed begitu sadar kehadiran mereka.

"Nanti gua cerita" jawab Michi asal.

"By the way, Lo kan ketos ya, Anter mereka ke ruang kepsek dong, gua ada urusan sama Bu Mita, biasalah" matanya melirik kearah paper bag yang Michi bawa.

"Oh gampang, bareng bareng aja"

Mendengar ucapan Ed si kembar menatap heran dengan penampilan yang sama sekali tidak mencerminkan jabatan.

Berbeda dengan Audry yang tampaknya sama sekali tidak mendengarkan percakapan mereka, ia lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya kepada siswa siswa yang sedang menatap mereka.

"Ci, gua tungguin juga, kenapa lo malah sama dia" kesal Jordan.

"Elah masih pagi, udah marah marah Lo, cepet tua ntar"

Jordan menatap kesal Michi.

"Besok pokonya gua jemput"

Jordan langsung menarik tangan Michi meninggalkan mereka semua, sedangkan Michi yang di tarik hanya memberikan tatapan melasnya kepada Ed.

"Cici kok gitu ya, tadi deketin kamu, sekarang di tarik sama orang lain mau mau aja, atau emang dia orangnya gitu ya, sama semua laki laki?" Tanya Audrey kepada Ed.

Ed menatapnya dengan tajam.

"Lo siapanya Michi, kok berani banget panggil Cici, emang kalian Deket? Dan lagi gua yang deketin bukan Michi" Tanya Ed yang membuat Audrey diam.

"Kita calon saudara tirinya, ayah Cici nikah sama ibu kita" jawab Audrey.

"Ibu kita?" Desis Dikta dengan menatap tajam Audrey.

Audrey menunduk.
















Hay Hay Hay...

No Way Home  (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang