49

9.6K 786 31
                                    

"Ikat dia dengan kuat" perintahnya.

Sang anak buah langsung menuruti perintah bosnya.

"Tinggal Audrey ya, sabar ya cantik bentar lagi giliran Lo kok" gumamnya dengan menatap foto audrey.

"Lepasin gua sialan"

.

.

.

"Udah enakan?" Tanya Aiden begitu cela membuka matanya.

Saat ini dikamar cela tidak hanya ada Aiden tapi semua teman temannya ada.

"Cela jangan sakit lagi dong" kedua mata Yura berkaca kaca.

"Iya nanti gua request ke tuhan" jawabnya santai.

"Huhu bestienya Edward" Edward merentangkan kedua tangannya bersiap hendak memeluk cela, namun langkahnya di tahan oleh Elio dan Aiden.

Arthur menatap gerak gerik Edward, yang ternyata benar, Aiden benar Edward sama sekali tidak memiliki perasaan kepada cela, bahkan kedua matanya saja tidak menunjukkan tanda tanda adanya rasa tertarik atau cinta.

Edward benar benar tidak memiliki perasaan lebih kepada cela, mungkin lagi lagi Aiden benar, ia benar jika dirinya hanya terobsesi senata.

"Jangan peluk" ucap Aiden dan Elio bersamaan.

"Cece di rebutin ya" Anggie yang memang duduk agak jauh dari teman temannya hanya menatap mereka dengan tersenyum.

"Pasti lah Cici itu termasuk kedalam BBAG, beautiful billionaire and genius siapa yang gak mau sama cici, dan gua yakin cuma orang jenius lagi yang cocok sama Cici, buka Bukannya gua sombongin Cici, tapi kebanyakan itu fakta, maksudnya gini orang jenius bakal cari yang sama sama jenius biar obrolan mereka nyambung"

"Nggak juga tuh" sanggah Anggie.

"Kan gua bilang kebanyakan, itu berarti gak semuanya begitu, ada yang begitu banyak, tapi sekali lagi gak semuanya gitu" ucap Abhi.

"Ngomong ngomong, kenapa kita manggil dia Cece sementara kalian manggil dia Cici?" Tanya Anggie.

"Di sekolah lamanya, dia dipanggil Michi, tapi buat orang-orang terdekat panggil dia cici, nah dia pindah ke sekolah kita dengan nama lain, maksudnya dia tuh dia nyamar gitu makanya kalian manggil dia Cece, karena nama dia disini Marcela kan? Eh atau apa gua lupa" jelas abhi.

Anggie mengangguk tanda mengerti.

"Kenapa dia pindah" kali ini Yura yang bertanya ia baru saja bergabung dengan Anggie dan Abhi.

"Eh ada umi" Abhi menatap genit ke arah Yura, hal tersebut sontak membuat Yura salting.

"Udah cepet, lanjutin" jengah Anggie yang sudah tidak tahan melihat sifat abhi yang benar benar jauh dari ekspektasinya.

"Okey okey, jadi denger denger nih papinya nikah lagi sama janda anak 4"

"Buset banyak bener"

"Jangan di potong nggie" kesal Yura.

"Nah anak anaknya itu 3 laki laki 1 perempuan, yang perempuan ya bisalah sirik gitu, fitnah cela yang nggak nggak, dan gak ada yang percaya sama cela, jadi cela kabur deh terus ketemu kita" jelas abhi.

"Woy Lo ngomongin orang di depan orangnya" sindir cela.

"Okey, kita puter badan" abhi memutar badannya hingga membelakangi cela, begitupun Anggie dan Yura.

"Terus kalo yang dua itu siapa?" Tanya Anggie.

"Iya Aiden siapanya?"

"Bener Aiden sama cela pacaran?"

"Keluarganya mana kok gak cariin?"

"Apa jangan jangan mereka gak cariin cela?"

"Kalian kalo nanya satu satu njir, udah ah cape, sana tanya sendiri gua mau minum" abhi berdiri dari duduknya dan pergi menuju dapur.

Yura dan Anggie menatap kesal kepada abhi yang meninggalkan mereka di saat mereka sedang penasaran.

"Pulang ci" bujuk Jordan.

"Gak mau" tolaknya.

Ya cela memang sudah nyaman dengan hidupnya yang sekarang, meski uangnya sudah menipis.

"Papi cariin, sampe gak bisa tidur" bujuk Jordan lagi.

Cela menatap Jordan.

"Nggak"

"Yaudah Abang juga tinggal disini" Jordan langsung duduk di samping Cela.

"Ih apaan sih, udah sana sana balik" usir cela.

"Ci" tegur Chris.

Cela menatap chris dengan dalam, namun tak lama kemudian ia menolehkan kepalanya ke lain arah.

Aiden yang mengerti langsung mengusap usap pucuk kepala Cela.

Plak..

"Gak usah pegang pegang, punya gua" kesal Elio, ia sudah sangat sangat bersabar sedari tadi saat melihat interaksi antara Aiden dan cela.

"Punya Lo?" Tanya Aiden dengan tatapan remeh.

Elio mengepalkan tangannya erat, ia berusaha bersabar lagi agar ia tidak kelepasan dan menghajar Aiden.

"Udah sih kalian apa apaan, sana pulang ke rumah masing masing" usir cela, entah mengapa saat menatap Chris ia masih terbayang bayang sosok kakaknya hal tersebut membuatnya ingin menyendiri.

Jujur saja ia dan kakaknya memang tidak akrab bahkan mereka layaknya dua orang asing yang tinggal satu atap, baik ia maupun kakaknya keduanya sama sama tidak memiliki niatan untuk menjalin hubungan kekeluargaan yang baik.

Namun dibalik itu semua mereka saling menyayangi, hanya ego mereka yang terlalu tinggi, cela selalu ingin kakaknya memperlakukannya dengan baik seperti sosok kakak yang sering ia lihat di televisi namun, kakaknya bukan seseorang yang seperti itu.

Cela selalu iri saat melihat interaksi antara kakak laki-laki dan adik perempuan, maka dari itu saat ia tinggal di subuh ini, ia memanfaatkan Jordan, meski pada awalnya ia menjauhi Jordan karena ia takut ini semua tidak nyata, ia takut terbuai oleh imajinasi orang lain karena dunia ini adalah dunia novel.

Dan saat mendapati kabar jika dirinya tidak bisa kembali, karena sudah tidak ada lagi jalan pulang, ia baru menyadari jika tempat yang ia tinggali selama ini benar benar dunia sungguhan, bukan hanya karangan semata.

























Hay Hay Hay huhu harusnya hari ini cerita ini udah end, tapi malah nggak.

No Way Home  (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang