41

13.2K 1.1K 123
                                    


Pygmalion dalam mitologi Romawi dan Yunani adalah seorang pemahat patung yang tidak memiliki ketertarikan pada wanita, bukan bukan berarti ia menyukai pria, ia hanya tidak memiliki ketertarikan kepada wanita di daerah tempat tinggalnya, karena wanita disana menurutnya sangat murahan, dan seakan akan mereka tidak menghargai tubuhnya sendiri, berhubungan intim dengan bebas dan sesuka hati mereka, itu yang membuatnya tidak menyukai wanita di tempatnya tinggal.

Hingga suatu hari ada yang mengiriminya sebuah batu yang sangat besar yang tanpa pikir panjang ia langsung membuat sebuah patung wanita, dinamai Galateia, yang sangat cantik karena Pygmalion membuatnya sesuai dengan imajinasi dan bentuk wajah yang ia inginkan, hingga tanpa sadar Pigmalion jatuh cinta pada patungnya sendiri.

Setiap hari ia memakaikan patungnya dengan gaun gaun indah, kain kain mahal serta perhiasan dan permata yang sangat mahal, setiap hari ia memperlakukan Galatea layaknya istri, hingga ia sadar jika sampai kapanpun Galatea tidak akan pernah bisa menjadi seperti yang ia mau, namun pada akhirnya ia berdoa pada Dewi Aphrodite.

Dewi yang terkenal sebagai dewi tercantik, lembut dan melambangkan cinta melalui putranya. Aphrodite mendengar semua doa doa Pygmalion dan menjadikan Galatea hidup seperti manusia.

Setidaknya itu versi yang sedang di baca oleh Arthur.

"Seenggaknya mau di versi pertama atau kedua dua duanya happy ending" komentar Arthur.

"Itu dia, makanya Lo berdoa aja sama Dewi Aphrodite biar wifu atau husbu Lo jadi nyata"

Arthur menatap temannya dengan datar.

"Siapa wifu Lo?" Tanyanya.

"Dasar wibu"

Arthur lergi begitu saja meninggalkan temannya.

Elga tersenyum manis melihat kepergian Arthur, ia melihat kiri kanan dirasanya tidak ada siapa siapa ia langsung mengunci tangannya dan menutup matanya.

"Dewi Aphrodite yang cantik dan baik, buat Hinata Hyuga jadi nyata dong"

.

.

.

"Jadi Lo selama ini suka sama Aiden?" Tanya Edward.

Cela mengangguk.

Tunggu kalian bingung? Okey biar aku jelaskan.

Flashback...

"Ayo cerita aja gua gak bakal ember kok" Abhi menatap cela dengan tatapan meyakinkan.

"Okey deh" finalnya.

"Gua lagi suka sama seseorang" cela menunduk lesu.

"Siapa?" Tanya Abhi.

"Sama Aiden" jawabnya dengan lirih.

"Okey wart denger kan, ni bocah udah ngerti cinta cintaan" abhi berbicara kepada ponselnya yang ternyata sedang melakukan panggilan terhubung dengan Edward.

Cela menatap Abhi galak dan langsung merebut ponselnya.

Klik..

"Abhi bangsat"

Bug..

Bug..

Bug..

Cela memukul abhi menggunakan bantal dengan brutal, kilat kekesalan terpancar begitu mencolok layaknya lesser yang bisa kapan saja menghunuskan cahaya berkekuatan dan membuat abhi menghitam alias terbakar.

"Akh ampun"

"Ampun ampun"

Seakan tidak mendengar cela terus memukul abhi.

Flashback end...

"Oh yaudah, kalo Lo suka ya Lo bilang aja" ucap Edward dengan menatap cela dengan tatapan rumit.

"Tapi gak bisa" gumamnya.

Diam diam Edward tersenyum puas.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Gak bisa aja" gumam cela dengan menunduk.

"Juga kenapa Lo bisa suka sama si Aiden robot itu?" Tanya Abhi.

"Siapa perempuan yang gak suka sama laki laki kaya Aiden?"

.

.

.

Prak....

Cermin di kamar audrey tiba tiba pecah.

"Siapa?"

Panik Audrey yang langsung berlari ke arah balkon kamarnya.

Disana ia melihat sosok pria yang memakai pakaian serba hitam dengan mata memerah yang sedang menatapnya.

Audrey tidak melihat wajah pria itu dengan jelas karena posisi pria itu yang berada di bawah pohon.

"IBU..." jeritnya panik.

"Softlens murah gini nih" seseorang itu membuang softlens yang ia pakai ke sembarang arah.

Joana terengah-engah karena sehabis berlari menuju kamar Audrey.

"Ada apa sayang?" Tanyanya.

"Ayo kita pindah, rumah jelek kumuh gini, jadi aku banyak yang teror" kesalnya.

"Uang kita tinggal sedikit sayang, gak cukup buat beli rumah yang lebih bagus dari ini"

"Cih ya jual dulu rumah ini, baru pake uang sisa itu buat tambah tambah, gimana sih punya otak gak di pake" kesalnya.

"Kalo minggu depan belum pindah juga, Audrey mau pulang aja ikut mami"

"Jangan nak, iya nanti ibu Usain Minggu depan kita pindah" bujuknya.

"Awas Lo kalo pindah ke pemukiman kumuh, jijik tau gak level" kesalnya.

"Iya-iya"

.

.

.

"Cici" panggil Aiden.

Saat ini hanya Aiden dan cela semua orang sudah pulang, mereka pamit karena abhi akan kembali nanti malam.

Dan besok cela baru oleh pulang, sebenernya cela tidak sakit parah, ia hanya kelelahan, karena memang tubuhnya yang lemah.

Cela menatap Aiden.

"Ini buahnya" Aiden memberikan jeruk yang baru ia kupas.

Dengan segera cela memakan jeruk tersebut, pandangannya ia alihkan ke arah jendela.

"Cici maaf jika saya lancang" ucap Aiden yang membuat cela mau tak mau menoleh ke arahnya.

Cela menaikkan alisnya seolah bertanya ada apa.

"Sepertinya saya menyukai anda, bukan sebagai atasan, melainkan sebagai perempuan"

Prak...

















Hay Hay Hay Hay Hay.....

No Way Home  (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang