"Semuanya sudah siap bos" lapornya.Sang "bos" tersenyum puas.
"Tunggu sampai waktunya Audrey" gumamnya dengan menatap foto Audry dengan tatapan penuh nafsu untuk membunuh.
"Bagiamana dengan yang satunya?"
Lagi lagi sang "bos" tersenyum, namun bukan senyuman pusa kali ini hanya senyuman devil yang ia keluarkan.
"Lakukan hal serupa"
.
.
.
"IBU.....!" Jerit Audrey yang baru saja pulang dari sekolah.
"Kenapa sayang?" Tanya Joana dengan tatapan khawatir.
"Minta uang, liat, malu banget, masa sekolah di Klandestin tapi pake tas yang udah lewat dua bulan, viralnya"
Hufttt..
Joana menghembuskan nafasnya ia berusaha untuk bersabar.
"Nanti ya sayang, Angga kan lagi masuk rumah sakit, nanti kalo Angga sembuh, kamu juga kan baru minta pindah rumah kemarin" Joana mencoba untum memberi pengertian.
"Gak mau, lagian kenapa sih Angga, sakit sakitan Mulu, heran deh dia hidup cuma buat sakit dan ngabisin uang ibu gitu gitu aja, nyusahin, mending uangnya buat aku, buat beli tas baru"
Plak...
Joana menampar Audrey dengan mata yang menyorot tajam.
"Jaga batasan kamu Audrey" kesal joana.
Audrey menatap Joana dengan kedua mata yang berkaca kaca dan memegang pipinya yang memerah.
"I..ibu tampar Audrey?" Lirihnya tak percaya.
"Ma..Maaf ibu gak maksud"
"Ibu jahat, ibu terlalu pentingin Angga" lirihnya.
"Angga itu anak ibu" tekan Joana.
"Tapi aku juga anak ibu" lirih Audrey.
"Kamu anak pancingan ibu, sadar sama posisi kamu Audrey"
Air mata Audrey turun tanpa diminta.
"Ibu jahat, gak punya hati, audrey mau pulang ke mami"
Joana mengangguk tersenyum remeh.
"Asal kamu tau, Dikta Dirga aja ibu jual buat kesembuhan Angga, apa lagi kamu yang bukan siapa siapa, terlalu banyak minta, banyak mau, banyak nuntut, padahal kamu udah gak berguna lagi buat ibu, semua yang ibu lakuin demi Angga, bahkan kalian bertiga gak berharga bagi ibu, kalian cuma beban, yang seharusnya gak ada di dunia ini"
Audrey berjalan mundur semua kata kata yang keluar dari mulut Joana seakan menusuk jantungnya.
Joana sendiri tidak sadar jika sedari tadi ponselnya dengan melakukan panggilan terhubung dengan Angga, yang tentu saja Angga dapat mendengar semuanya.
"Dan asal kamu tau, tujuan ibu paksa mami kamu buat izinin kamu tinggal sama ibu ya karena Angga, Angga juga yang sayang sama kamu"
"Kenapa? Kenapa ibu tega lakuin itu semua?"
"Ibu ngelakuin itu karena, semua harta yang dimiliki mendiang ayah bakal jatuh ke tangan Angga, ya emang hartanya gak banyak dan tinggal dikit, itu semua karena kamu Audrey, kamu yang selama ini sibuk foya foya, beli barang barang dengan brand mahal"
"Aku?" Audrey menunjuk dirinya sendiri.
"Bukannya kita kerja sama Bu? Ibu kuras uang papinya Michi buat biaya hidup Angga, sementara aku karena emang buat kesenangan dan kepuasan aku sendiri"
"Kamu itu sama seperti ayah kamu Audrey, serakah"
"Kamu serakah, kamu selalu memaksakan keadaan, kamu selalu menyusahkan kita berdua"
Audrey menatap kesal tak terima.
"Memang seperti itu kenyataannya, kamu serakah, dengan sifat buruk kamu ibu bisa manfaatin kamu, dan dengan bodohnya kamu mau mau aja"
"Kamu bodoh karena belum apa apa, sudah merasa jika Michi menyaingimu, kamu terlalu serakah maka dari itu kamu selalu ingin apa yang Michi miliki, sampai pada akhirnya, pada titik ini pada akhirnya tidak ada satupun yang kamu miliki"
"Dan pada akhirnya tetap Michi lah pemenangnya, kamu bukan tandingan michi, bahkan sebenarnya kamu sudah tau itu, Michi sempurna"
Tak mau mendengar lagi Audrey langsung pergi berlari begitu saja,
Klik...
Angga memutuskan panggilannya sepihak.
"Angga?" Joana terkejut begitu mengetahui jika ponselnya masih terhubung dengan ponsel Angga.
Ia takut jika Angga mendengar semua percakapannya, karena selama ini yang Angga tau Joana adalah sosok malaikat tak bersayap yang bahkan rela mengorbankan apa saja untuk anak anaknya.
Bahkan Angga terang terangan membenci papi, karena ia mengira jika papi menahan Dikta dan Dirga agar mereka tidak bisa pulang bertemu ibu, Angga juga tidak menyukai Michi karena kata ibu Michi sudah membuat Dikta dan Dirga membencinya.
..
Sementara di sisi Angga, saat ini Angga sedang memeluk kedua kakinya, ia benar benar shock mendengar semua pengakuan Joana.
Kedua matanya berkaca kaca ia malu, ia sangat malu dengan semua kata kata tak pantasnya untuk papi dan Michi, itu semua karena hasutan Joana.
Angga sangat malu bahkan Angga pernah beberapa kali membandingkan Michi dan Audrey yang menurutnya meskipun ia tidak menyukai Audrey namun ia selalu merasa jika Audrey lebih baik daripada Michi, namun ternyata semua yang ibu ya ucapkan tidak ada satupun yang benar.
Ibunya bahkan mengira jika dirinya sangat senang dengan kehadiran Audrey padahal sebaliknya.
Angga semakin memeluk erat kaki kakinya, ia menangis disana, ia benar benar merasa jika dirinya adalah orang jahat, karena semua kejahatan yang dilakukan ibu adalah untuk dirinya dan ibu juga memanfaatkan dirinya.
.
.
.
Saat ini hanya tinggal cela dan Aiden karena semua teman temannya sudah pulang tadi.
Cela sedang merebahkan dirinya di paha Aiden, sementara Aiden sedang asik mengusap rambut cela.
Oh ya tengang alat yang sedang mereka buat, sudah cela pakai padahal belum sempurna, niat awalnya mereka membuat gelang, tapi tidak jadi karena Aiden tau jika cela tidak akan mau memakainya nanti.
Alat tersebut berbentuk sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulan, yang sedang Aiden kerjakan tadi adalah bagian bulan dari kalung tersebut, sementara kalungnya hanya kalung biasa.
Kalung tersebut bisa menunjukan titik lokasi si pemakai dan perasaan, maksudnya jika setiap emosi yang di rasakan si pemakai akan menentukan bentuk bulannya, mulai dari bulan sabit, bulan purnama, hingga gerhana mereka memiliki arti emosi yang berbeda beda.
Itu semua Aiden buat karena, cela yang selalu hilang tanpa di duga, beberapa kali Aiden kehilangan cela saat sedang berjalan jalan, jajan bahkan cela bisa hilang begitu saja jika ada yang menarik perhatiannya.
Dan selain itu Aiden membentuknya menjadi bulan karena memang bulan adalah benda langit favorit cela.
Hay Hay Hay kalian nungguin aku ya, lanjut gak? Nanti deh tunggu malem hahahah
KAMU SEDANG MEMBACA
No Way Home (Sudah Terbit)
FantasyBak Pygmalion yang mencintai Galatea sebuah mahakarya patung wanita cantik yang ia pahat sendiri dan ia perlakukan layaknya manusia sungguhan, dan di akhir kisah mereka, Galatea berubah menjadi manusia dengan bantuan dari Dewi Aprodhite. ...... Ini...