"Norak" gumam Michi yang saat ini sedang berjalan menuju stand minuman."Dipikir pikir, emang ada ya sendal semahal itu" gumam Michi memikirkan ucapan Audrey tadi.
"Ci maafin Audrey ya, jujur aja sebenernya kita malu sama kelakuan dia" Dirga ikut mengambil minuman.
"Adik Lo beda banget sama Lo pada" cetus Michi.
"Bukan adik kandung kok, makanya beda" jawab Dikta.
"Hah?" Michi bingung.
Dikta menarik Michi menuju salah satu meja yang kosong dan memiliki jarak cukup jauh dari para tamu, namun sedikit dekat dengan pelaminan.
"Audrey itu anak pancingan, ibu dari dulu pengen punya anak perempuan, makanya dia mutusin buat rawat Audrey, sampe ibu hamil Angga, karena yang lahir laki laki, jadi ibu minta sama sepupu jauhnya buat tetep rawat Audrey" jelas Dikta.
"Oh, pantes beda" acuh Michi.
"Jujur aja dari dulu gua gak suka sama dia, bukan cuma gua sih kita bertiga gak suka"
Tanpa mereka sadari sedari tadi papi mendengarkan percakapan mereka.
Papi menatap Joana dengan tatapan tak percaya, Joana bilang jika Audrey adalah putri kandungnya.
Sebenarnya sebelum acara pemberkatan tadi, papi sempat melihat wajah Joana yang tampak biasa saja baginya, maksudnya tampak biasa saja untuk seorang yang akan menikah, bukankah harusnya orang yang akan menikah itu cenderung bahagia, ia sempat memikirkan itu beberapa saat, hingga pada akhirnya ia lebih memilih untuk tidak memikirkannya lagi.
.
.
.
Acara selesai tepat di jam 2 siang, semuanya sudah selesai, termasuk anak anak yang saat ini sudah berada di kamarnya masing masing.
"Nona, anda terlalu menikmati ini semua" Aiden duduk di tempat tidur Michi dengan mengelus pucuk kepala Michi.
Michi sendiri menatap Aiden dengan tatapan bingung, saat ini mereka berdua sedang duduk berhadapan.
"Nona bilang, jika ini bukan tempat nona, namun pada kenyataannya, nona menikmati ini semua, bahkan nona melupakan alur cerita yang harusnya terjadi"
Michi membulatkan matanya, benar Jordan ia terlalu menikmati semuanya, hingga ia melupakan alur cerita.
"Lo bener Aiden, sekarang gua harus gimana?" Lirihnya dengan kedua mata yang sudah memerah.
"Nona temui saja orang itu" saran nya.
"Gimana caranya"
Aiden menyeka air mata Michi.
"Nona itu murid transfer, mudah bagi saya untuk memanipulasinya"
Aiden meraup wajah Michi, kemudian menyentuh hidungnya.
"Seharusnya satu bulan lagi nona akan kembali ke sekolah lama anda di NL bukan?"
Michi mengangguk.
Aiden memegang kedua bahu Michi dan menatapnya.
"Saya bisa membuat surat surat palsu untuk bukti pemindahan anda, anda bisa bersekolah di sekolahan yang sama dengan putranya orang itu, tugas nona hanya memikirkan cara agar nona pergi dari rumah ini, jika tidak maka rencana kita bisa sia sia, juga dengan perginya anda anda bisa lebih leluasa dan bebas"
"Sisanya, saya yang atur, mulai dari identitas, tempat tinggal dan semuanya, biar itu menjadi urusan saya"
Aiden tersenyum manis, ia benar benar ingin menolong nona ya.
"Atau nona memang nyaman di dunia ini? Jika ya anda bisa menikmatinya tapi ingat, efek samping, butterfly effect, dan paradox yang nantinya akan berdatangan"
(Buat yang udah baca Hazel pasti paham)
Michi mengangguk.
Meskipun ia menyukai tinggal disini, dan memiliki semuanya disini, tetap saja hati kecilnya berkata lain, ia sedikit merindukan keluarganya, ia rindu dengan suasana saat berkumpul atau merayakan hari hari besar tertentu.
Masih ingat bukan jika di dunia lamanya Michi berasal dari keluarga terpandang dan memiliki gelar yang cukup tinggi.
Nah ia merindukan kebersamaannya saat keluarganya berkumpul untuk upacara upacara adat.
"Gua mau, Aiden, Lo urus semuanya biar gua yang pikirin cara biar bisa pergi dari sini"
Aiden mengangguk dan tersenyum tak lupa tangannya yang kembali mengusap pucuk kepala Michi.
Jujur saja Michi suka saat kepalanya di elus.
"Makasih Aiden" Michi memeluk Aiden dengan erat.
Aiden mengangguk lagi.
"Jangan sungkan nona" gumamnya.
Aiden menatap sekeliling kamar Michi, karena seingatnya kemarin seseorang memasuki kamar Michi entah melakukan apa karena ia tidak melihatnya, hanya mendengarkan.
"I smell a rat" gumam Aiden.
Michi menatap Aiden dengan penuh kebingungan, Ada yang tidak beres? Seingatnya kamarnya memiliki sensor jadi tidak mungkin seseorang bisa masuk kecuali orang itu memilik kunci duplikat.
"Nona ada yang menyimpan kamera pengawas dan penyadap suara di ruangan ini, maafkan kelalaian saya" bisik Aiden.
Michi melepaskan pelukannya dan menatap Aiden waspada.
"Akan saya urus anda istirahat saja, besok anda sekolah bukan"
"Urus sampai selesai ya" perintahnya.
Michi merebahkan tubuhnya dan berusaha untuk tertidur, meski sebenarnya ia memang sudah mengangguk.
Aiden berdiri dari duduknya, dan menelusuri area pajangan yang berada di kamar Michi, dan langsung mengambil dua alat itu, untuk ia cari tau siapa pengirimnya.
Ia membawa dua alat itu ke lemari.
"Perempuan sialan ini, untuk apa menyimpan benda benda tidak berguna ini"
Aiden langsung menghapus semua rekaman yang ada di dalam dua alat itu dengan cara meretasnya tentu saja.
Aiden tersenyum smirk.
Kemudian mengeluarkan beberapa alat dari dalam laci.
Jika Audrey menyimpan alat alat Seperti itu di kamar nona nya maka, Aiden juga harus melakukan hal serupa.
.
.
.
Pagi ini Susana sekolah cukup sepi mungkin karena memang cuaca yang agak mendung, Michi berjalan sendirian menuju kelasnya karena ia berangkat sendirian.
"Pagi Michi, denger denger Michi suka cokelat ya?" Salah satu kakak kelas menghampiri Michi.
"Iya kak" jawab Michi.
"Ini dari kak Ibel, sekalian tolong kasih ini ke Jordan ya, cantik" Ibel memberikan dua buah cokelat dan satu kertas.
"Oke kak, makasih ya" Michi tersenyum ramah.
Beberapa orang yang melihat itu langsung berbondong bondong menghampiri Michi dan memberikannya beberapa makanan ringan.
Yang tentu saja tidak bisa Michi tolak, makanan adalah berkah.
Jadi jangan buang buang makanan, dan menolak rezeki itu tidak baik.
Hay Hay Hay ini kalau ada typo maapkan ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
No Way Home (Sudah Terbit)
FantasiBak Pygmalion yang mencintai Galatea sebuah mahakarya patung wanita cantik yang ia pahat sendiri dan ia perlakukan layaknya manusia sungguhan, dan di akhir kisah mereka, Galatea berubah menjadi manusia dengan bantuan dari Dewi Aprodhite. ...... Ini...