25

19.8K 1.6K 83
                                        


"Kan kata gua juga apa, tu anak kalo di biarin makin ngelunjak, sekarang aja udah berani fitnah Cici, apa lagi nanti coba" kesal Dikta.

"Tu anak emang gak tau di untung banget, udah di kasih hidup enak masih aja begitu" sinis Dirga.

"Kita bujuk ibu aja, buat balikin dia ke orang tua kandungnya, toh dari dulu juga dia pengen, dan dia gak Sudi tinggal sama kita, kalo gak di iming imingi uang" usul Angga.

"Bener tuh, Angga mending Lo yang bilang, ibu bakal nge-dengerin omongan Lo doang, kita kita mah nggak, jadi mending Lo yang ngomong, gua gak tega liat dan denger Cici nangis sampe segitunya, kek iya gua emang gak ngerasain gimana sakit hatinya, yang jelas dari denger tangisannya aja udah ketebak, se gimana sakit hatinya dia" Dikta menatap Angga dengan tatapan penuh permohonan.

"Kalo aja sifat Audrey sebaik Michi, gua bisa berperan jadi Abang yang baik, tapi nggak, Audry bukan Michi, dan hati Audrey gak selembut Michi".

"Lo bener Dikta, kalo aja, tapi sayang, itu gak bakal pernah terjadi" gumam Dirga.

.

.

.

Plak..

Plak..

"Kamu" tunjuk Joana setelah menampar Audrey.

"Terbuat dari apa hati kamu, Audrey, berkali kali loh, berkali kali kamu buat ibu malu Audrey, bisa gak, sehari aja jangan buat masalah sama Michi, karena ibu masih butuh uang dari papinya michi, tahan, tahan itu semua sampe Angga sembuh, jangan gara gara kamu, ibu dan papinya michi cerai, dan Angga batal operasi, dan kalo sampe itu terjadi, uang dari mana? Uang dari mana sebanyak itu buat Angga operasi, ibu gak punya uang sebanyak itu, maka dari itu ibu mau menikah sama papinya michi"

"Demi Angga?" Gumam Audrey tak percaya.

"Iyalah, ini semua ibu lakuin demi Angga, ibu mau Angga sembuh, Angga sama kaya anak anak seusianya, dan ibu gak punya uang untuk operasi, maka dari itu ibu manfaatin papinya michi"

Audrey menatap tak percaya kepada ibunya, dengan berkaca kaca.

Mereka tidak sadar jika sedari tadi si kembar Dikta Dirga mendengar percakapan itu, sama seperti Audrey mereka berdua juga tidak percaya dan kecewa kepada ibunya.

Sementara di kamar Michi, ada Michi yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Ayo Aiden"

Aiden keluar dari lemari.

"Cici siap?" Tanyanya.

Michi mengangguk dan tersenyum.

"Liat jelek banget mata Cici, jadi besar gini"

Aiden terkekeh kemudian mengusap mata Michi dengan lembut.

"Acting Cici bangus kok"

"Bener?" Tanya tak percaya.

"Iya dong, saya kan tidak berbohong"

"Hahahah Aiden lucu tau, Aiden lucu ngomongnya berubah ubah, tapi Cici suka, dan mulai sekarang jangan panggil Cici nona ya, panggil Cici aja"

Aiden mengangguk.

"Okey sekarang tinggal tunggu tengah malem"

"Mau peluk lagi Aiden" cicitnya.

"Sini"

Michi masuk kedalam pelukan Aiden lagi.

"Aiden tuh badanya agak dingin, cici suka" bisiknya.

"Tadi Cici keren banget gak sih?"

"Keren dong, Cici itu paling keren, coba saya boleh tau cerita lengkapnya lagi?"

No Way Home  (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang