Michi berjalan menuju parkiran, ia sendirian karena Jordan tidak menjemputnya di kelas.Bruk..
Tubuh Michi menabrak seseorang, Michi langsung menatap wajah seseorang yang ia tabrak.
"Ci jujur deh sama Abang" ucapnya dengan menatap tajam mata Michi.
Michi balas menatapnya namun dengan tatapan yang berbeda, terdapat kemerahan serta berkaca kaca.
"Udah di bilangin nggak" kesalnya.
"Bukan gitu ci, masalahnya Abang liat sendiri"
Deg.
Michi terpaku di tempat.
"Deim? Abang liat, orang yang pake sepatu putih, ada hiasan sakura, dan sepatunya agak tinggi hari ini, cuma Cici, gak apa apa jujur aja, cuma Abang kecewa, kenapa Cici harus bully dia, kunciin dia di kamar mandi, terus tampar dia berkali kali, kenapa? Dia ada salah apa sama Cici?" Berbeda dengan di kantin tadi, kali ini Jordan mengajaknya berbicara dengan lembut.
"Bukan Cici" kedua mata Michi semakin berkaca kaca.
"Emang yang mampu beli sepatu gini cici doang? Terus mereka?, Itu, kalo yang itu?" Michi menunjuk semua orang yang memakai sepatu yang sama dengannya.
"Kenapa langsung nuduh ke Cici?" Michi melepaskan sepatunya.
"Terserah" Michi berlari meninggalkan Jordan, dengan berlari tanpa sepatu.
Jordan dapat Michi yang berlari sambil menangis.
Michi terus berlari hingga sampai gerbang sekolah ada seorang siswi yang sedang menunggunya, Michi langsung mendekati siswi tersebut.
Plak.
Mereka bertos ria, namun dengan padangan datar, kemudian saling berjalan seolah tidak pernah terjadi apa apa.
.
.
.
"Sialan, orang jelas jelas si Michi kok yang bully kenapa gak ada yang percaya" kesal Audrey yang saat ini sedang mengompres pipinya yang sedikit memerah samar.
Prak...
Jendela kamar Audrey pecah seseorang melemparkan sebuah kotak.
"Apa nih, bunga bunga? Kayaknya ada yang suka deh sama gua" Audrey mengambil kotak dengan hiasan Bunga tersebut.
Dengan senyuman yang lebar, tentu saja ia sangat bahagia mendapat kiriman dari pengagum rahasianya.
Kyaa....!
Jeritnya begitu mengetahui jika isi kotak tersebut terdapat bangkai kelinci dengan darah yang cukup banyak.
"Sialan Lo michi" lirihnya.
Sementara di dalam kamar, Michi tampak sedang tersenyum puas.
"Gitu Aiden, hebat kan?"
Aiden mengangguk.
"Tapi bagaimana bisa anda tidak terlihat begitu keluar dari toilet?"
"Kita punya duit, kita harus bisa gunain itu dengan baik, juga ya suruh siapa Jordan gak langsung masuk, bukan salah Cici kan hahah" Michi tertawa yang membuatnya tampak menggemaskan bagi Aiden.
"Ya, lakukan saja apa yang anda inginkan nona, saya hanya mendukung, dan sedikit membantu"
"Oh ya Aiden, Cici" ucapannya menggantung.
"Kenapa hmm?" Aiden mengusap kepala Michi.
"Cici ragu" cicitnya.
"Cici Ragu kenapa?" Tanya Aiden.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Way Home (Sudah Terbit)
FantasyBak Pygmalion yang mencintai Galatea sebuah mahakarya patung wanita cantik yang ia pahat sendiri dan ia perlakukan layaknya manusia sungguhan, dan di akhir kisah mereka, Galatea berubah menjadi manusia dengan bantuan dari Dewi Aprodhite. ...... Ini...