21

21K 1.7K 33
                                    


  "Nona, sudah pagi, ayo bangun" Aiden mengusap kepala Michi dengan lembut.

Michi perlahan duduk dan mengumpulkan nyawanya.

"Loh kok?" Gumamnya saat menyadari dirinya berada di kamar yang berada di rumahnya, bukan di rumah Jordan.

"Tadi malam, ayah anda" ucap Aiden tiba tiba.

Michi mengangguk santai.

"Aiden, gua mau siap siap dulu, Lo balik ke tempat biasa okey, soalnya gua mau manggil susri"

Tanpa bertanya lebih Aiden langsung memasuki lemari.

Sementara Michi pergi menuju kamar mandi dan  bersiap.

15 menit berlalu Michi sudah memakai dress-nya tinggal makeup dan beberapa hal lainnya.

Michi tidak menggunakan jasa MUA karena ia tidak mau ikut mengantri bersama calon ibu tiri dan saudari tirinya.

Maka dari itu, ia akan menggunakan jasa susri, jangan berpikir buruk dulu, susri itu jago makeup.

"Susri, Cici mau yang natural aja ya, sama ini rambutnya di rapihin aja jangan aneh aneh, oh iya perhiasannya yang sederhana aja" pintanya.

Susri mengangguk.

"Ci, pake Tiara ya" ucapnya.

"Nggak ah, kaya apa aja" tolaknya.

"Audrey juga pake Tiara loh"

Michi menutup mulutnya dengan tangan, ia berusaha menahan tawa.

"Pake jepitan aja, sus"

Susri kembali mengangguk dan langsung mengerjakan apa yang nona nya mau.

.

.

.

Michi sudah siap dan sudah rapih, ia keluar dari kamarnya, ia melihat Dikta yang juga baru keluar dari kamarnya dengan memakai setelan Tuxedo, begitupun sang kembarannya yang sama sama baru keluar.

"Bareng?" Tawarnya.

Michi mengangguk.

Michi memakai dress selutut, yang terlihat sederhana namun penampilannya saat ini membuat banyak pria merana.

Jangan tanya dimana Audrey, karena ia sudah pasti ikut bersama ibunya untuk makeup di gedung.

Juga Angga ia sudah lebih dulu karena ikut dengan ibunya juga.

Mereka bertiga baru saja keluar dari lift disana ada papi yang sedang duduk menunggu putri sematawayangnya.

"Cantik" gumamnya.

"Mira, putri kita begitu mirip denganmu"

Michi berjalan mendekati papinya.

"Ayo" ajak Michi.

....

Mereka baru saja tiba di gedung pernikahan, pernikahan ini di adakan secara tertutup, hingga hanya beberapa orang yang di undang, dan tidak memperbolehkan wartawan untuk meliput berita apapun.

Tanpa sengaja Michi melihat dress yang di gunakan oleh Audrey, dress berwarna merah maroon yang tampak sesuai dengan lekuk tubuhnya, dengan banyaknya manik manik yang tertera pada dress tersebut membuat Audrey diliputi banyak cahaya, oh jangan lupakan Tiara besar yang ia kenakan.

Michi yakin 100% outfit yang Audrey kenakan saat ini, tampak seperti Miss universe daripada pemilik acara.

"Kan untung gua persen sendiri" gumamnya menatap puas.

Di pandangan Michi, Audrey terlihat seperti mencuri perhatian pengantin.

Terlalu glamor dan terlalu ramai, seperti pasar malam.

Dari kejauhan Michi melihat Jordan dan dua orang lainnya, siapa lagi jika bukan Chris dan Elio.

Acara dimulai, dengan Angga sebagai pengiring Joana menuju pelaminan, sementara Michi lebih memilih untuk menghampiri Jordan.

Jujur saja sebenarnya Michi agak bingung melihatnya, mengapa harus Angga yang jadi pengiring, mengapa tidak salah satu anak kembarnya.

Karena ia belum terlalu dekat dengan dua kakak kembarnya, mungkin lain kali ia akan berusaha mendekatkan diri, mungkin.

Michi duduk di samping Jordan.

"Cantik" gumam Elio.

"Ini lama gak sih?" Tanya Michi yang sudah mulai bosan dengan suasana seperti ini.

"Tuh, acara inti nya baru selesai" ucap Chris.

"Ci kesana dulu, foto keluarga" ajak Dirga.

"Gak bisa ya di edit aja gitu" gumamnya lelah, namun Michi tetap berjalan mengikuti Dirga.

Elio masih menatap Michi dengan lekat.

"Bro, bukannya kesempatan bagus buat deketin Cici, Cici amnesia" Chris menepuk pundak Elio.

"Kalo ternyata perasaan Cici masih sama?"

"Lagian gua bukan pengecut yang manfaatin ini semua demi keegoisan gua sendiri, gua emang cinta sama Cici, tapi kalo Cici lebih bahagia sama orang lain, kenapa gua harus tahan dia"

"Perasaan gua cukup jadi urusan gua, mau gimanapun akhirnya nanti"

Ucapan Elio membuat Chris dan Jordan bungkam.

"Besok kita introgasi Cici" ucap Jordan, ia sedang berusaha kembali mencarikan suasana.

"Jangan, nanti aja, tunggu dia sendiri yang bilang" cegah Chris.

"Gak bakal bilang, kita aja taunya gak sengaja, kita tanya dia tapi nanti gak sekarang"

"Elio bener" gumam Jordan.

"Sorry" Jordan menepuk bahu Elio.

"Lo gak salah, lagian emang dulu Cici cinta sama Lo, bukan Lo yang kejar Cici"

Acara foto keluarga telah selesai ini tinggal para tamu yang bergantian untuk sekedar berfoto atau bertegur sapa.

Michi di perintahkan papinya untuk selalu bersama saudaranya yang lain.

"Kamu sederhana banget ya" Audrey memberikan tatapan remeh.

"Iya" Michi tersenyum dan mengangguk santai.

"Keliatan sih baju murah" ucapnya lagi.

"Emang, baju seharga uang jajan doang" jawab Michi asal.

Sebenarnya dress ini Jordan yang bayar.

"Emang uang jajan kak Cici berapa sebulan?" Tanya Angga.

"Berapa ya, gak pernah di batas sih" jawabnya santai.

Para saudara tiri Michi menatap terkejut, tidak di batas? Bagaimana bisa pikir mereka.

Michi tidak balik bertanya, sejujur nya ia kurang menyukai percakapan seperti ini.

Audrey menunduk lesu.

"Enak ya, dulu uang jajan aku cuma 500 ribu dua Minggu, setara sama harga sendal Cici" lesunya.

Dirga dan Dikta menatap tak suka kepada Audrey, selama ini mereka mati Matian menjaga harga diri mereka, sedangkan Audrey malah menjatuhkannya begitu saja.

"Tapi sendal aku gak ada yang harganya segitu" Michi menatap Audrey polos.

Audrey mengepalkan tangannya kesal.

"Ah ahaha iya, mana mungkin ya pake sendal murah gitu, kamu kan kaya dari lahir, gak kaya aku" tawa Audrey canggung.

Michi menatap Audrey dengan tatapan polos.

"Audrey jangan suka merendahkan diri sendir, nanti yang ada malah di injek injek sama orang"









Hay Hay Hay mulai hari ini aku up agak sorean ya.

Babai..

No Way Home  (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang