Cela memejamkan matanya, ia sudah tertidur beberapa menit yang lalu.
Sementara Aiden ia masih asik menatap cela meski ia masih mengingat dengan jelas semua ucapan Arthur kepadanya.
Flashback...
Aiden berjalan menuju dapur, begitu sampai ia langsung di hadang oleh Arthur dengan tatapan membunuh dari Arthur.
Arthur mencengkeram erat baju Aiden.
"Jauhin cela, karena sampai kapan pun Lo gak bakal bisa bikin dia bahagia, jauhin dia dari sekarang, atau gua dan yang lain turun tangan, khususnya Edward" Arthur menatap Aiden.
"Persetan dengan Lo yang bukan manusia, karena mau gimanapun Lo bisa kita kalahin dengan mudah, jadi mulai saat ini jauh jauh dari cela"
Aiden tersenyum remeh.
"Lo bukan siapa siapa, buat apa gua turutin semua omong kosong Lo, karena pada dasarnya gua milik Cela, jadi gua cuma nurut sama perintahnya Cela dan Lo cuma orang baru yang sama sekali gak tau apa apa tentang cela, tapi berusaha sok tau, berusaha sok paham tentang kodisi cela, padahal cela aja gak sepenuhnya percaya sama Lo" Aiden menatap Arthur dengan tatapan culasnya.
Arthur terkejut dengan cara berbicara Aiden yang tidak seperti biasanya.
Plang...
Arthur memukul kepala Aiden menggunakan teflon hingga membuat kepala Aiden tertoleh kesamping.
Kilat kebencian semakin terpancar di mata Arthur.
"Lo salah tentang Edward, karena nyatanya Edward sama sekali gak suka sama cela, Edward cuma nganggep cela sama kaya kakaknya, Lo bahkan gak tau itu, Lo kenal Edward aja beh beberapa hari loh, atau jangan jangan Lo sendiri yang ada rasa sama cela?"
Arthur mengepalkan tangannya erat, andai saja jika Aiden ini manusia udah ia hajar sedari tadi, sayangnya Aiden robot dan terbuat dari benda benda berat.
"Ada baiknya buat Lo CEPET sadar deh, cela gua, gak suka sama Lo, sebaliknya yang dia suka itu gua, jadi, cepet hilangin obsesi bodoh Lo buat milikin, milik gua, karena sampai kapanpun gak bakal bisa"
"Paham?" Aiden menatap datar Arthur.
"Karena kalo Lo belum hilangin obsesi bodoh Lo, gua bisa buat ayah Lo gila beneran"
Setelah mengatakan itu, Aiden pergi begitu saja menghampiri cela yang sedang memarahi abhi.
Aiden duduk di samping cela dan langsung cela dekati, cela bersembunyi di balik tubuh Aiden sementara abhi melemparkan sebuah bantal kursi.
Diam diam tanpa mereka sadari Aiden menatap tajam kepada Arthur.
Flashback end.....
"Anda membuat saya gila nona" gumamnya kembali mengusap kepala cela dengan lembut dan penuh sayang.
"Karena pada dasarnya, sampai kapanpun tidak ada yang pantas untuk nona, hanya saya"
Klik..
Aiden menekan liontin bulan yang baru ia buat dan mengkoneksikan dengan sistem yang ada pada tubuhnya, sistem tersebut berbentuk persegi panjang kecil, pipih dan transparan.
Dari kejauhan benda itu terlihat seperti ponsel, setelah terhubung Aiden langsung mengangkat tubuh cela dan membawanya ke kamar agar cela bisa tidur dengan nyaman dan dirinya juga akan mencharger Karena baterainya sudah mau habis.
.
.
.
"ANGGA"
"BANGUN NAK, BANGUN SAYANG" Joana histeris begitu melihat putra kesayangannya sedang tergeletak di tempat parkir.
Tidak hanya Joana beberapa orang juga sama histerisnya, orang orang yang melihat, dokter dan beberapa staf medis lainnya menyimpulkan jika Angga lompat dari ruang inapnya.
Terbukti dengan banyaknya pecahan pecahan kaca, dan beberapa surat sirat yang di buat oleh bocah itu.
Beberapa orang yang melihat benar benar tidak menyangka dengan umur Angga, karena di umur yang baru menginjak usia 14 tahun itu sudah terlintas pemikiran untuk mengakhiri dirinya sendiri.
Entah apa yang berada di pikiran Angga yang jelas beberapa warga yang melihat sangat menyayangkan tindakan Angga.
Beberapa perawat dan staf medis langsung membawa Angga untuk pemeriksaan lebih lanjut tentu saja.
Joana sendiri masih shock bukan main, ia di tenangkan oleh salah satu perawat, dan perawat tersebut memberikan kertas yang di duga tulisan tangan Angga sendiri.
Ia langsung membaca kertas tersebut dan memeluknya.
Angga malu Bu.
Kenapa? Kenapa ibu lakuin itu semua, ibu jahat, dari dulu ibu selalu pilih kasih, kadang Angga suka liat bang Dirga nangis cuma karena iri sama angga, Angga ngerasa jahat banget sama bang Dirga, tapi Angga salut juga sama bang Dikta yang tetep mau ngelakuin semua yang ibu perintahkan, meski dia gak suka dan terkadang dia males bahkan ngomong ngomong kasar.
Angga malu, Bu, kok ibu bisa sejahat itu sama kita, terutama Abang kembar, emang salah mereka apa? Kok ibu tega banget jual mereka ke papi? Emang mereka nyusahin ibu ya? Bukannya selama ini justru ibu yang nyusahin mereka, dengan slalu ngasih apapun yang Audrey mau, kok ibu jahat bawa bawa Angga? Ibu kalo mau jahat ya jahat aja, tapi jangan buat Angga ikut merasa jahat sama Abang kembar, jahat sama kak Michi, padahal kak Michi baik banget sama Angga.
Kak Michi pernah tolongin Angga, pernah bawa Angga jalan jalan biar Angga gak liat pertengkaran kalian semua, tapi karena angga sayang sama ibu Angga percaya gitu aja semua omongan ibu, dan gara gara itu Angga jadi benci sama kak Michi, padahal kak Michi gak salah apa apa loh, Angga jadi nuduh kak Michi yang nggak nggak.
Bu, lain kali bersyukur ya, syukuri aja apa yang kita punya, jangan serakah, semua yang ibu omongin sama Audrey tadi Angga denger semua, jadi semuanya salah Angga ya? Kalo ibu lakuin itu semua buat harta warisan, yaudah kalo Angga pergi semua harta Angga buat ibu, tapi ibu, udah ya, stop buat berbuat jahat, cukup Angga aja yang jadi korban dan jadi orang jahatnya.
Bilangin sama kak michi, Abang kembar dan papi, Angga minta maaf buat semuanya, Angga sengaja nulis ini, kadena kalo ketemu langsung angga gak bakal berani, anggak gak bakal sanggup buat nampakkin muka Angga di depan mereka semua, Angga malu sama semua kelakuan ibu.
Maaf ya kalo kata kata Angga nyakitin perasaan ibu, ibu juga nyakitin kita semua soalnya.
Joana menangis tersedu sedu setelah membaca surat yang Angga tulis, meski tulisan Angga tidak rapi namun ia tau dengan jelas apa yang Angga tulis, Angga benar ia bener benar jahat, ia jahat dam membuat semua anak anaknya terluka.
Semua kata kata Angga benar benar menamparnya, hingga ia sadar nika selama ini ia juga sama seperti Audrey atau justru sifat Audrey yang buruk itu menurun darinya?
Hay Hay Hay....
KAMU SEDANG MEMBACA
No Way Home (Sudah Terbit)
FantasyBak Pygmalion yang mencintai Galatea sebuah mahakarya patung wanita cantik yang ia pahat sendiri dan ia perlakukan layaknya manusia sungguhan, dan di akhir kisah mereka, Galatea berubah menjadi manusia dengan bantuan dari Dewi Aprodhite. ...... Ini...