33

17K 1.4K 127
                                    

1 Minggu telah berlalu namun sudah banyak perubahan yang terjadi seperti Edward dan Runa yang menjadi lebih pendiam, mereka masih mengira jika Michi sudah kembali ke negara asalnya.

Jordan yang sempat di rawat beberapa hari, ia sempat drop karena terlalu banyak pikiran sementara dirinya tidak makan sama sekali, pikirannya masih seputar Michi, ia belum meminta maaf kepada adiknya itu, Elio yang terlihat sangat tidak bersahabat.

Itu semua karena Elio sama sekali tidak mendapatkan jejak Michi, ia sudah melacak ponsel Michi namun titik terakhirnya masih berada di rumah, itu menandakan jika Michi memang tidak ingin di temui, padahal Elio belum menyatakan perasaannya kepada Michi.

Keadaan di kediaman Michi yang semakin hari semakin sepi, begitupun dengan keadaan Cela dan Aiden, Cela menjadi tidak terbuka kepada aiden, ia seakan memberi jarak.

Meski begitu Aiden masih tetap melakukan pekerjaannya, mengerjakan tugas tugas yang Cela beri dan memperhatikan Cela seperti biasanya.

Justru sekarang Cela malah dekat dengan Arthur, ya pria yang sudah lama ia targetkan ayahnya.

Eh pria yang ayahnya sudah Cela targetkan.

Pertemuan pertama mereka saat berada di cafe, saat  Cela tidak sengaja menumpahkan minumannya, yang kejadian tersebut tanpa sengaja dilihat oleh Anggie,  sejak hari itu Cela selalu mencari cari kesempatan agar bisa berdekatan dengan arthur.

Oh ya ngomong ngomong soal Anggie, Anggie dan Yura masih belum mengenal Cela lebih dekat.

"Ah begitu, makasih ya kak" Tersenyum manis.

Saat ini Cela, Arthur dan Aiden sedang berkumpul di rumah Arthur.

Brak...

Bruk..

Dari arah dapur rumah Arthur terdengar suara gaduh yang membuat mereka bertiga penasaran.

"Hahahah maaf maaf" ayah Arthur datang dengan membawa sebotol cairan dan tertawa.

Arthur menatap kesal, ia malu apalagi saat ini sedang ada teman temannya.

"Sorry" Arthur menunduk malu.

"Buat apa"

Ayah Arthur kembali memasuki dapur.

"Bokap gua, agak gila" Arthur menoleh ke sembarang tempat.

"Maksudnya?" Gumam cela tak mengerti.

"Dulu bokap gua pernah koma gara gara kecelakaan di lab tempat dia kerja, dia koma 2 tahun, begitu sadar dari komanya, dia malah aneh, dia bilang selama dia koma sebenarnya dia gak koma, jiwanya masuk ke raga lain, dia bilang kalo dia sempet tinggal selama dua hari di multiverse lain, dia juga cerita kalo di multiverse yang dia datangin teknologinya lebih maju, lebih canggih, dimana ada mobil yang pake tenaga listrik, robot kaya manusia, sampe ada Ai Ai gitu, komputer hologram 3d dan benda benda aneh lainnya"

"pokoknya sejak hari itu dia di anggap gila sama rekan rekannya, atasannya bahkan beberapa ilmuan terkenal juga menganggap gitu"

Cela tersenyum manis.

"Dia gak gila" gumam cela.

"Dia gila ce, mana ada robot kaya manusia, dan multiverse? Bahkan teori itu aja cuma di percaya sama beberapa ilmuan, ya cuma beberapa ilmuan itu doang yang menganggap ayah gak gila, ada juga yang bilang ayah gila karena IQ nya terlalu tinggi"

"Aiden" panggil Cela.

Aiden berjalan menghampiri Cela.

"Lo bilang bokap Lo gila?" Tanya cela yang tentu saja di angguki oleh Arthur.

"Berarti gua juga gila"

Cela meraba leher Aiden dan menemukan sebuah tombol samar, tombol yang di gunakan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan aiden.

Klik.

Dalam sekejap mata Aiden langsung tertutup.

Arthur yang melihat itu tentu saja terkejut, tidak percaya dan lemas, ia benar benar tidak bisa mempercayai matanya, mempercayai apa yang baru saja ia lihat.

"Panggil ayah Lo"

.

.

.

"Udah mendingan?" Sapa papi, saat ini papi baru saja menyempatkan diri untuk menjenguk Jordan, memang sudah keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu.

"Udah Pi"

"Cici kok gak bisa di hubungi ya?" Tanyanya.

"Bukan gak bisa tapi gak mau" papi menunjukkan ponsel mochi.

"Cici kemana pi?"

"Nanti kalo kamu sembuh papi kasih tau, sekarang papi pulang dulu" pamitnya.

Jordan mengangguk.

Papi pergi meninggalkan kediaman Jordan setelah berpamitan dengan ayah Jordan sahabat lamanya.

"Tunggu om" cegah Elio.

Papi mengentikan langkahnya.

"Cici dimana om, jujur deh" Elio berbicara dengan datar ia memang tidak sopan.

"Sebenarnya Cici kabur dari rumah, salah om sih" gumam papi.

Meskipun papi bergumam namun telinga jeli Elio tentu saja dapat mendengarnya dengan jelas.

"Maksud om?"

"Cici kabur dari rumah, gara gara dia ngerasa om terlalu pilih kasih, dan om gak ngertiin dia, setelah om pikir pikir emang om yang salah"

Setelah mengatakan itu papi langsung pergi begitu saja, meninggalkan Elio yang masih terpaku di tempat.

Tunggu tunggu ia tidak bisa kehilangan Michi lagi, cukup sekali ia kehilangan cinta pertamanya, tidak lagi, tidak boleh, bagaimanapun juga ia harus menemukan Michi, dengan cara apapun.

Elio menghubungi salah satu tangan kanannya, untuk mencari michi, tidak hanya itu, Elio juga mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari michi, sama seperti apa yang di lakukan oleh papi.

Mungkin ia akan tutup mulut untuk ini, ia tidak mau jika sampai keadaan sekarang, menjadi tidak terkendali dan Michi tau jika dirinya sedang di cari, yang nantinya malah membuat Michi pergi semakin jauh.

















Hay Hay Hay ayoo nanti aku buat grup, nanti link nya aku taro di papan percakapan ya, eh apa sih namanya, yang pokoknya kalian nanti buka profil aku abis itu di geser yang suka orang buat numpang promosi itu, okeyy

Babai...

No Way Home  (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang