"Enak Lo kalo ngomong" ketus Abhi."Asal Lo tau ya, ni bocah, keturunan tulang murni, sendok emas, Lo paham gak? Nggak? Darah biru kalo gak paham"
"Ha?" Yura dan Anggie terkejut bukan main.
"Tapi kenapa kerja di cafe, kenapa ngekos?, Terus kok gak tau jajanan jajanan gini?" Tanya Yura.
"Miskin, ya miskin aja, gak usah ngaku ngaku tulang murni segala, di sekolah ini gua yang paling kaya, maka dari itu gua bayar Lo buat jauh jauh dari aiden, demi adek gua"
"Iya sih emang gua miskin" gumam Cela.
Siswa itu tersenyum sombong dan penuh kemenangan.
"Nggak ci nggak, miskinnya Lo beda sama miskinnya kita, Lo miskin Lo gak bisa pergi ke luar negri, sementara kita miskin gak bisa masak Indomie pake telor, bahkan ni ya Indomie nya aja kadang gak ada"
Mereka semua yang berada disana menatap tak percaya dengan ucapan Abhi.
"Gua gak kerja di cafe, gua cuma gantiin pesenan Arthur yang gua jatuhin" jelasnya.
"Tapi Lo ngekos kan?" Tanya Anggie.
"Ngekos? Ngekos itu apa?" Tanya Cela.
Yura memijit keningnya.
"Lo gak tau? Nyewa Lo pinjem punya orang abis itu Lo bayar tiap bulan" jelas Anggie.
"Oh gak tau, kita ngekos Aiden?" Tanya Cela.
Aiden hanya menggeleng.
"Ya tetep aja Lo miskin"
"Gini ya ngobrol sama orang kaya baru, kita berdua pindahan dari Klandestin, dan kalo mau ni anak bahkan bisa jadi wakil ketua osis, coba deh Lo pindah kesana biar tau, ada ratusan orang yang bahkan lebih kaya dari Lo yang sombong itu" jelas Abhi.
"Dia gak paham bhi, lagian 20.000 Dollar lumayan" cicit Cela ketika melihat wajah kebingungan milik siswa itu.
"Oh cuma Klandestin kan, oke besok gua pindah kesana" siswa itu pergi menjauh begitu saja.
"Aneh ya" gumam cela menatap kepergian siswa itu.
"Jadi selama ini Lo gak miskin, jadi Lo bohongi kita?" Yura menatap kecewa, bagaimana tidak Yura bahkan sempat menangisi keadaan Cela, namun begitu ia tau yang sebenernya justru ia malah ingin menangisi dirinya sendiri.
"Secara teknis gua gak bohongin kalian, tapi kalian aja yang gak nanya"
Mereka berdua mengangguk.
"Terus kenapa lo panggil cela, dengan sebutan cici?" Tanya Anggie kepada Abhi.
"Kan emang namanya Mi-"
Plak
"Abhi ada tawon" cela memukul punggung Abhi.
"Mana?" Panik Yura.
"Lari lari" Anggie langsung berlari meninggalkan mereka bertiga.
"Eh Lo jangan nyebarin nama lengkap gua dong, gua lagi nyamar soalnya" kesal Cela.
"Nyamar, buat?" Tanya Abhi.
"Stttt gak usah kepo"
Cela membaringkan kepalanya di meja kantin, kemudian tak lama dari itu ia memejamkan matanya.
Bukan bukan karena ia mengantuk, tapi ia lelah, tiba tiba badannya lemas.
"Lo kenapa hey?" Tanya Arthur dengan memegang kening Cela.
Tidak hanya Arthur, Aiden juga mengusap telapak tangan Cela.
"Dada gua sakit, kenapa ya, terus lemes juga" gumamnya masih dengan menutup mata.
Tanpa banyak bicara Aiden langsung menggendong Cela dan membawanya meninggalkan kantin.
.
.
.
"Sayang, ih kenapa sih gak nungguin aku, malah duduk bareng sama Ivanna lagi, tau kan dia itu perempuan menye menye, yang senggol dikit aja nangis" kesal Belle.
"Hah? Sejak kapan gua gitu" gumam Ivanna.
"Tau, belum lagi dia tukang bully sama kaya si Cici" timpal Mia.
Brak..
"Jangan sesekali sebut nama adek gua dengan mulut kotor Lo pada, mending kalian semua pergi deh, ganggu" tegas jordan.
Hey ini hari pertamanya sekolah setelah beberapa hari di rumah sakit, tiba tiba Ivanna datang dan langsung duduk bergelayut di sisinya, tak lama kemudian Belle datang dan hampir melakukan hal yang sama.
Bagaimana Jordan tidak stres.
"Emang bener kok, kak, aku kan korban bully Cici, bahkan di rumah juga gitu, Cici sering bully aku, dia samain aku sama maid di rumah" kedua mata Audrey berkaca kaca.
"Sorry but, gak ada alesan gua buat percaya sama satu kata pun yang keluar dari mulut Lo" Jordan berdiri dari duduknya.
"Aku bisa kasih tau kalian semua yang ada disini, kalo sebenernya Cici itu jahat" Audrey terisak.
"Oh ya untungnya apa, Cici kan udah pindah sekolah" tanya justin.
"Buat apa, biar apa?" Tanya Angkasa.
"Sejak kapan Cici berlaku buruk sama Lo, bukanya sebaliknya ya?" Ketus Dirga.
Ya Dirga yang baru saja datang bersama kembarannya.
"Siapa Lo?" Ketus Ziar yang sama sama baru datang.
Ziar datang bersamaan dengan teman temannya yang lain.
"Gua? Dirga Abang tiri nya Cela" Dirga memberikan smirk nya yang ia tunjukkan kepada Jordan.
Karena di tujukan untuk Jordan tentu saja Jordan melihat itu dan mengepalkan tangannya kuat.
"Dan buat Lo, udah deh stop jangan cari gara gara sama Cici, Lo gak puas apa, udah nyakitin dia? Lo gak puas udah rebut semua milik dia? Dan apa Lo iri sama kehidupan cela"
"Bukannya dia adek lo ya?" Tanya Chris.
"Bukan lagi sekarang" jawab Dikta.
"Buat Lo papi mau ketemu pulang sekolah ini" lirik Dikta kepada Elio.
Elio mengangguk.
"Bukan lagi? Maksudnya?" Gumam Rainer.
"Singkatnya aja, bonyok kita cerai, dan dia bukan bagian dari Van leeuweh lagi" Dikta pergi begitu saja.
Bukanya sok misterius atau apa hanya saja Dikta malas berbicara panjang lebar.
"Apa? Kamu bukan bagian dari Van leeuweh lagi? Maaf ya kita gak usah temenan lagi, kita beda level" Belle menatap jijik pada audrey.
"Kok gitu" Audrey yang memang tadinya menangis, kini tangisannya semakin menjadi jadi.
"Kita gak selevel lagi, udah sana pergi" usir Mia.
.
.
.
Edward berjalan ralat ia berlari dengan terburu buru untuk mencari ruang inap Cela.
Ya beberapa jam yang lalu ia di hubungi oleh Abhi, niat awal Abhi hanya memberi tau jika cela sakit, namun dari situ lah mereka menemukan fakta, jika sebenarnya cela kabur dari rumah.
Brak..
"Cici?" Panggilnya.
Namun Edward tidak mendapatkan sahutan, yang Edward dapatkan hanyalah sosok cela yang sedang terbaring dengan infusan pada tangannya.
"Kan, kata gua juga, Lo tuh lemah banget, sok sokan pake kabur segala" gumam Edward.
Edward berjalan mendekat untuk melihat cela lebih dekat, ia bahkan melupakan fakta jika di ruangan itu tidak hanya ada dirinya dan Cela.
"Ekhem" Abhi mencairkan suasana.
"Bilang apa Lo sama gua?"
"Thanks"
Hay Hay Hay.....
KAMU SEDANG MEMBACA
No Way Home (Sudah Terbit)
FantasyBak Pygmalion yang mencintai Galatea sebuah mahakarya patung wanita cantik yang ia pahat sendiri dan ia perlakukan layaknya manusia sungguhan, dan di akhir kisah mereka, Galatea berubah menjadi manusia dengan bantuan dari Dewi Aprodhite. ...... Ini...