"Udah gak apa apa?" Tanya Chris yang baru saja sampai di UKS.Michi mengangguk.
"Lo kenapa diem aja si di siram gitu, harusnya Lo bales dong, jangan takut, sahabat Lo kan ketua OSIS" kesal Edward.
Ya Ed adalah ketua OSIS di Klandestin.
"Gua males berurusan lebih panjang sama orang itu"
"Ya tapi kan Lo juga kena imbasnya, Michi"
"Ci Abang ke kelas dulu ya" Chris mengacak rambut Michi.
"Abang jangan di acak dong" kesal Michi dengan menatap tajam Chris.
Namun tatapannya kali ini bukan tatapan serius, hingga terlihat menggemaskan bagi Chris.
"Gak usah gitu matanya keluar mau" ledeknya.
Michi langsung memejamkan matanya.
"Udah sana pergi" usirnya tak tau malu.
"Titip adek gua" Chris menepuk bahu Ed dua kali.
Ed mengangguk sementara Chris meninggalkan UKS.
Jika kalian percaya Chris pergi ke kelas, maka kalian salah besar nyatanya saat ini Chris berjalan menuju halaman belakang sekolah.
Brak..
Ziar dan Rainer datang dengan sedikit terengah-engah.
"Mana Chris?" Tanya Rainer.
"Baru aja pergi" jawab Michi.
"Astaga" keluh Ziar.
"Susul bro" Rainer menarik tangan Ziar dan pergi begitu saja.
"Mereka kenapa sih?" Tanya Ed yang di jawab gelengan kepala oleh Michi.
"Lo istirahat lagi aja, gua tungguin, kita temenan sekarang"
Michi menatap jijik.
"Mau yaaa, gua gak ada temen" melasnya dengan menunjukan sebuah puppy eyes.
"Fine jijik juga lama lama"
Michi merebahkan badannya hendak tidur.
Brak..
Baru saja Michi memejamkan matanya, pintu UKS di buka dengan brutal, membuat Michi membuka matanya kembali.
Bugh ...
"Sialan Lo pegang pegang adek gua" tanpa aba aba Jordan datang langsung menyerang Ed.
"Cape banget idup" lirih Michi menatap Jordan dan Ed yang sedang saling memukul.
Entah perasaan atau memang benar, menurut Michi karakter jordan ini sangat tidak jelas.
Ah bukan, bukan hanya Jordan tapi semuanya, semua karakternya tidak jelas, mungkin ada beberapa yang waras contohnya bunda Jordan, selebihnya? Entahlah Michi tidak dapat mendeskripsikannya.
"Jordan" panggil Michi tanpa embel-embel Abang di depannya.
Jordan yang mendengar itu langsung menghentikan aksinya, dan menatap tajam Michi yang sedang duduk.
"ABANG" tekannya dengan aura kemarahan yang kental.
Tangan Jordan mengepal erat, hingga urat uratnya nya terlihat jelas, dan kuku kukunya yang memutih.
"Lo itu adik gua Michi, harusnya Lo panggil gua Abang" ucapnya datar dengan berjalan ke arah Michi.
Michi? Entahlah tiba tiba ia tidak tau harus berbuat atau berkata apa, perasaanya kemarin-kemarin Jordan tidak seperti ini, maksudnya Jordan tidak mempermasalahkan perihal panggilan seperti saat ini.
Jordan mencengkeram erat bahu Michi.
"Woy woy" Angkasa segera menghampiri mereka berniat menjauhkan Michi dari Jordan, ia takut Jordan mengamuk dan melukai Michi tentu saja.
Justin sedang mengobati luka luka yang ada pada Ed.
Posisi angkasa saat ini berada cukup dekat dengan Michi dan Jordan, baru saja hendak menarik tangan Jordan, rencana angkasa terhenti ketika melihat kode dari Michi yang melarangnya untuk mendekat.
"Lo kenapa sih, dari malem aneh" tanya Michi dengan menatap lembut Jordan.
"Maaf" lirihnya dengan melepaskan kedua tangannya dari bahu Michi.
Michi menatap mata Jordan cukup lama hingga ia menyadari, ternyata Jordan masih merasa bersalah tentang janjinya kemarin.
"Iya gak apa apa" Michi merentangkan tangannya memberi kode untuk Jordan agar masuk kedalam pelukannya.
"Abang tau, yang Abang pukul tadi sahabat Cici, Abang gak boleh asal pukul gitu" ucapnya sedikit berbisik karena saat ini Jordan berada di dalam pelukannya.
Angkasa, Justin dan Ed di buat terkejut dengan kelakuan Jordan yang tadi kelakuannya bak anjing gila namun sekaran berubah dalam sekejam layaknya anak kucing.
"Pulang bareng ya ci"
"Gak bisa bang, papi suruh pulang cepet, maaf ya, Minggu depan Cici nginep kok"
Michi mengusap rambut Jordan.
.
.
.
Sesuai dengan ucapannya tadi, saat ini Michi sudah sampai di rumahnya, meski sedikit bersama dengan Jordan yang memaksanya untuk di antarkan pulang, namun Michi menolak karena supirnya sudah sampai di depan gerbang sekolah.
Michi membuka pintu kamarnya, terdapat banyak paper bag dengan logo logo brand terkenal di tempat tidurnya.
Ia bingung karena seingatnya ia tidak memesan apapun, dan ia belum berbelanja selama ia memasuki raga ini.
Tok.. tok..
Pintu kamarnya di ketuk, dengan segera ia membuka pintu kamarnya, disana terdapat seseorang pria paruh baya yang ia duga sebagai ayah kandung pemilik raga ini.
Ayah Michi.
"Ci papi mau bicara berdua bisa? Face to face" ucapnya dengan menatap Michi penuh kelembutan.
Michi mengangguk dan mempersilahkan papinya untuk masuk.
Papi Michi duduk di sofa yang memang ada di kamar Michi sementara Michi duduk di sofa yang posisinya berhadapan hanya terhalang oleh meja.
"Cici tau kan kalo papi udah lama di tinggalin mami?" Ucapnya dengan lembut.
"Ah gua tau Lo mau minta izin nikah lagi kan, Halah basa basi Lo terlalu basi" ucap Michi di dalam hatinya.
"Papi mau minta izin sama cici, ada satu wanita yang papi suka, bukan berarti papi geser posi mami, tapi ya Cici bisa kan ngertiin papi?"
"Kan kata gua juga apa"
Michi mengangguk santai.
"Jadi barang barang itu sogokan?"
"Ya.." canggung papi.
"Dia juga udah punya anak, 4"
"Buset"
"Asal bukan anak perempuan, Cici gak mau ya posisi Cici yang di geser, Cici gak suka bersaing" Cici berbicara dengan nada lembut.
"Maaf ci, dia punya anak perempuan"
"Okelah cici, izinin, asal ya tadi, Cici gak mau posisi Cici tergeser, Cici gak suka berbagi, Cici gak suka bersaing, Cici gak mau papi berlaku gak adil sama Cici, dan kalau sampe papi banding bandingin Cici sama anaknya, maka papi gak bakal ketemu Cici lagi, ah satu lagi, tolong di inget kalo Cici anak kandung papi, gimana setuju gak?"
"Gak mungkin papi ngelakuin itu semua ke Cici, Cici itu selamanya putri satu satunya papi, princess Van leeuweh"
"Cici pegang kata kata papi"
Papinya tersenyum.
"Nanti malem kita makan malem ya ci, dandan yang cantik, semuanya udah papi siapin, papi juga udah beliin Cici mobil baru"
Michi tersenyum manis.
Hay Hay Hay....
KAMU SEDANG MEMBACA
No Way Home (Sudah Terbit)
FantasíaBak Pygmalion yang mencintai Galatea sebuah mahakarya patung wanita cantik yang ia pahat sendiri dan ia perlakukan layaknya manusia sungguhan, dan di akhir kisah mereka, Galatea berubah menjadi manusia dengan bantuan dari Dewi Aprodhite. ...... Ini...