PART 6

3K 246 12
                                    

PART 6.




PART 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Mala berjalan mengendap-endap masuk kedalam rumahnya. Ia berharap kedua orang tuanya belum pulang dari kerja.

Krekkkk...

Mala dengan hati-hati membuka pintu ruang utamanya.

"Ngapain ngendap-ngendap?"

Deg.

Jantung Mala rasanya mau copot seketika. Ia mematung di tempat. Dapat Mala lihat dari ekor matanya. Disofa sana Axel sedang duduk dengan koran ditangannya. Namun saat kedatangannya, Axel melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan juga meletakan koran itu diatas meja.

"Ngapain masuk kayak maling?" tanya Axel, ia berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Mala yang saat ini sedang mematung ditempatnya.

"Emm..."

"Mau ngehindar dari saya?" tanya Axel.

Mala melirik Axel sekilas lalu ia merundukkan kepalanya saat ia menyadari tatapan mematikan dari Axel.

"Ma---"

"Gak perlu dijawab. Sekarang jawab pertanyaan saya. Ini apa?" Axel dengan cepat memperlihatkan handphonenya tepat didepan mata Mala.

Mala lagi-lagi melotot kan matanya. "Papa dapet foto itu dari mana?" tanya Mala dengan bibir bergetar. Perasaan takut kini menjalar didirikannya.

"Kamu gak perlu tau saya dapat dari mana foto ini. Mau jadi apa kamu, hah! Kan udah saya bilang jangan sampai telat! Apalagi sampai berduaan sama cowok terus gendong-gendongan! Mau ditaruh dimana muka saya Mala!" sentak Axel. Mala yang mendengar bentakan itu terlonjak kaget.

"Tapi, Pa. Mala bisa jelasin. Semuanya tidak seperti yang difoto. Tadi, Mala telat karena Mala gak punya uang buat naik kendaraan umum. Uang saku Mala gak cukup. Makanya Mala tadi telat.".

"Jadi maksud kamu, ini semua salah saya, gitu!?" Mala menggeleng lemah.

"Bukan gitu, Pa. Mala cuma mau jelasin."

Bught!

Arghhhhhtt!

"Pa, sakit." lirih Mala saat ia didorong keras oleh Axel kebelakang hingga punggu Mala membentur tembok yang ada dibelakangnya.

"Tadi pagi saya udah bilang sama kamu, jangan sampai telat. Kalau sampai telat dan bikin malu saya. Saya tidak segan-segan menghukum kamu."

"Melisa!" teriak Axel.

"Ada apa, Mas." sahut Melisa lalu berlari menghampiri Axel.

"Ambilkan saya cambuk. Saya mau menghukum tikus kecil pembawa sial ini." titah Axel. Mala yang mendengar kata-kata cambuk. Menggeleng kepalanya lemah..

"Pa, Mala mohon jangan cambuk Mala, itu rasanya sakit."

"Diam kamu!" dan seketika itu Mala mengantupkan mulutnya rapat-rapat. Ia tidak bisa membantah lagi ucapan Axel. Sekarang ia pasrah.

HURT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang