PART 54 (Epilog)

4.9K 283 16
                                        

.Happy reading guys.


"Bang Afan... Kenapa abang ninggalin Mala secepat ini. Padahal kita belum sempet ngehabisin waktu berdua. Masih banyak waktu yang pengen Mala habisin waktu berdua sama bang Afan." lirih Mala didalam hati dengan mata yang berkaca-kaca. Setelah ia menaburkan bunga diatas gundukan tanah yang masih basah itu lalu ia mengusap lembut batu nisan Afan dengan sayang.

"Yang tenang disana, ya, bang Afan. Mala sayang bang Afan. Maafin Mala kalau belum bisa jadi adek yang baik buat bang Afan." lirih Mala dengan linangan air mata dipipinya. Ia sedari tadi mengusap batu nisan Afan dengan perasaan sedih yang luar biasa. Sementara di sampingnya kini sudah ada Rakha yang setia memeluk bahu kekasihnya dan mengusapnya dengan lembut.

Setelah pemakaman Afan telah selesai. Orang-orang tadinya yang ikut menguburkan jenazah Afan kini sudah pamit pulang begitu pula kedua orang tua Afan dan juga kedua orang tua Rakha.

Sebenarnya Nisa tadi menolak untuk pulang dan masih ingin berada didepan makan putranya. Namun Agam membujuk Nisa agar ikut pulang bersamanya, mau tidak mau Nisa pun menurut. Ia masih begitu terpukul dengan kepergian putra satu-satunya yang ia punya. Namun Nisa tahu semua ini sudah takdir sangat maha kuasa dia harus ikhlas menerima takdir yang sudah digariskan untuknya.

Dan kini tinggalah Mala anggota inti Geng The Devil's dan juga sebagian anggota yang lain yang masih berada di pemakaman Afan.

"Hiksss, Afan." teriak histeris Cantika dengan tiba-tiba dan teriakan itu mampu membuat mereka yang ada disana terlonjak kaget dengan teriakan itu.

Cantika kini berlari menghampiri gundukan tanah yang masih basah dengan air mata yang mengalir dipipinya dan tidak lupa pula dibelakangnya ada Devi dan Harua yang setia menemani Cantika.

"Kenapa kamu ninggalin aku secepat ini, hiksss." lirih Cantika dengan memeluk erat gundukan tanah yang masih basah itu. Air matanya kini sudah mengalir deras dipipinya.

"Katanya kemarin udah janji sama aku, kamu mau ajak aku jalan-jalan yang jauh. Tapi kenapa sekarang malah kamu yang pergi jauh ninggalin aku, hiksss." tangisan Cantika semakin membuat hati Mala teriris. Maka kini tidak bisa membendung air matanya kembali.

"Can," panggil Mala dengan suara lirihnya. Sedangkan Cantika yang dipanggil pun mengangkat tubuhnya dan beralih menatap sendu kearah Mala.

"Hiksss, maafin gue. Gara-gara nyelametin gue, bang Afan pergi ninggalin kita semua." lirih Mala dengan penyesalan yang teramat dalam.

"Ini bukan salah kamu, La. Berhenti nyalahin diri kamu sendiri." ucapan Rakha mampu membuat Mala menatap Rakha sekilas. Dapat Rakha lihat ada banyak luka di sorot mata Mala.

"Ini semua memang salah aku, Akha. Andai aja kalian gak dateng selametin aku. Semua ini gak bakalan terjadi. Mungkin sekarang kalian masih baik-baik saja." lirih Mala dengan menunduk dalam.

"Bener kata Rakha, La. Ini bukan salah lo. Ini semua udah takdir. Mungkin buka hanya gue aja disini yang ngerasa kehilangan Afan tapi kita semua juga merasa kehilangan Afan. Disini gak ada yang nyalahin lo." ujar lirih Cantika menatap Mala dengan lekat. Dan detik selanjutnya ia kembali menatap gundukan tanah yang masih basah itu.

"Selamat jalan kesayangan aku. Aku akan coba ikhlas dengan kepergian kamu." ucap lirih Cantika, ia berusaha menghapus air matanya dengan kasar.

"Lo yang ikhlas, ya." ucap Haura.

"La, kita turut berduka cita atas meninggalnya Abang lo." ucap Haura mewakili.

"Lo yang sabar ya, La. Gue tahu gimana perasaan lo sekarang." ucap Devi.

HURT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang