⚠️Warning⚠️
- Banyak adegan kekerasan dan kata-kata kasar. Mohon bijaklah dalam membaca-
Basmalah Ilona Gralind, biasanya akrab disapa dengan sebutan Mala. Dia adalah anak yang diadopsi oleh keluarga Pradipta. Mereka mengadopsi Mala tujuan awalnya h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- - - - -
"Tumben, jam istirahat gak bareng sama Rakha?" tanya Cantika dengan menyuapi batagor kedalam mulutnya.
"Dia dari tadi gak masuk kelas." jawab Mala dengan mengaduk baksonya tanpa minat memakannya.
"Kalian berantem?" tanya Haura lalu meminum jus lemonnya.
Mala yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, "Gue sih gak ngerasa berantem sama dia. Tapi, yang gue heranin tuh, ya, dia tadi pagi aneh. Tiba-tiba diemin gue gitu aja." ujar Mala.
"Lo ada salah kali." seru Devi.
"Coba deh lo inget-inget." timpal Haura.
"Gak tau deh, gue pusing. Gue kira cewek aja yang ribet. Ternyata, cowok juga susah buat ditebak." sungut Mala. Ia dengan kesal menyuapi mulutnya sendiri dengan satu sendok bakso.
"Pelan-pelan kalau makan. Keselek, baru tau rasa." seloroh Cantika. Kini keempatnya pun sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
"Gue ke toilet dulu." pamit Mala, ia pun bangkit dari duduknya dan melangkah pergi untuk ke toilet.
_______
"Chelsea," panik Mala, ia segera menangkap tubuh Chelsea yang hampir saja limbun ke bawah. Terlihat ada darah segar yang keluar dari dalam hidung Chelsea.
"Lo gapapa kan?" tanya Mala. Ia menatap Chelsea khawatir.
"Gu---gue gapapa. Gue sedikit pusing aja." jawab Chelsea dengan suara paraunya.
"Hidung lo berdarah." ucap Mala.
"Hi--hidung gue berdarah." lirih Chelsea, ia meraba hidungnya dengan tangan yang sedikit bergetar. Kakinya melangkah kearah wastafel yang ada di dekatnya. Ia menyalakan kran yang ada disana lalu membasuh wajahnya dan juga hidungnya, berniat membersihkan dari yang keluar dari dalam hidungnya.
"Lo beneran gapapa?" tanya Mala ia berjalan dan berdiri disamping Chelsea.
"Mungkin waktu gue gak lama lagi, Mal." jawab Chelsea, ia menatap Mala dengan sendu. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Lo gak boleh ngomong kayak gitu." sahut Mala dengan cepat.
"Itu kenyataannya, Mal. Gue kemarin habis dari priksa. Kanker gue udah mulai nyebar di seluruh anggota badan gue. Kanker gue udah stadium akhir, Mal." pungkas Chelsea, kini butiran-butiran bening sudah lolos begitu saja dari dalam pertahanannya.
"Lo pasti sembuh, Sea." kata Mala. Ia mengusap kedua bahu Chelsea dengan lembut. Ia kini malah membayangkan kalau dirinya yang ada diposisi Chelsea, pasti dia rapuh.
"Kesempatan gue buat sembuh itu kecil, Mal. Dokter udah vonis hidup gue tinggal beberapa bulan lagi." lirih Chelsea.
"Gimana sama tawaran gue." tanya Chelsea, kini usapan dibahunya tiba-tiba terhenti. Seketika, fikiran Mala dipenuhi dengan kebimbangan. Antara iya atau tidak.