PART 32

4.2K 308 31
                                    

PART 32


PART 32

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





_____________



"La, lala kenapa?" tanya Rakha panik saat ia melihat tubuh Mala yang saat ini terlihat kejang-kejang.

"La, lala baik-baik aja kan?" kini rasa khawatir dan panik bercampur menjadi satu.

"Dok!" Rakha berteriak sesekali kepalanya menoleh kebelakang dan setelahnya ia kembali menoleh kearah Mala.

"Dokter!" tanpa menunggu lama, Rakha pun berlari keluar untuk memanggil dokter.

"Dok..." seru Rakha saat ia sudah sampai diruang dokter.

"Ada apa?" tanya Dokter itu.

"Dok tolong pasien yang ada dikamar Mawar nomer 6. Tubuhnya kejang-kejang." ucap Rakha masih dengan kepanikannya.

"Mari," ucap dokter itu lalu melangkah keluar dari ruangannya bersama kedua suster dan diikuti langkah kaki Rakha dari belakang.

"Kamu tunggu disini dulu. Biar kamu yang akan memeriksa pasien." ucap Dokter itu, dan membuat langkah Rakha terhenti tepat diambang pintu ruang rawat inap Mala.

"Berikan penanganan yang terbaik untuk pasien, Dok." mohon Rakha.

"Kita akan berusaha semaksimal mungkin." ucap Dokter itu lalu melangkah masuk.

Sudah ada lima belas menit Rakha menunggu diluar. Ia berdiri dari duduknya dan berjalan mondar-mandir didepan pintu rawat inap Mala dengan perasaan gelisah dan juga khawatir. Perasaannya sedari tadi tidak enak.

"Kenapa lama, sih, arghhttt!" geram Rakha, ia sudah tidak sabar menunggu dokter untuk keluar dari dalam.

Clekkkkk...  atensi Rakha teralihkan saat ia mendengar suara tarikan knop sebuah pintu. Dan benar saja, dokter itu sudah keluar dari dalam sana. " Dok," suara Rakha seraya berjalan menghampiri Dokter itu.

"Gimana keadaan pasien?" tanya Rakha dengan raut wajah yang menuntut penjelasan.

"Maaf, Dek. Kami semua sudah berusaha semaksimal mungkin yang kami bisa. Tapi pasien tidak bisa kami selamatkan, jantungnya melemah dan detak jantung pasien sekarang berhenti." jelas Dokter itu dengan wajah kecewanya.

"Gak!" Rakha menggeleng kepalanya kuat. "Dokter bohong! Gak mungkin Mala meninggal, gak mungkin!" teriak Rakha lalu ia berlari memasuki ruang inap Mala. Ia berlari menghampiri raga Mala yang terbaring dengan wajah putih pucatnya.

"Lala..." lirih Rakha, ia kini memegang tangan Mala yang sudah terasa dingin. "Jangan tinggalin, Akha." sambungnya ia menempelkan tangan dingin Mala dikulit pipinya.

"Lala boleh marah sama Akha. Tapi, jangan hukum Akha dengan kepergian Lala, Akha mohon, La." lirih Rakha. Ia menggoyahkan tubuh kaku Mala.

"Lala, bangun... Jangan tinggalin Akha."

HURT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang